56
BAB IV METODELOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional dimana pengukuran variabel independen dan dependen diambil pada
waktu yang sama untuk mengetahui hubungan antara tingkat keparahan karies gigi dengan status gizi siswa kelas dua SDN 01 Ciangsana Desa Ciangsana
Kabupaten Bogor.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SDN 01 Ciangsana Desa Ciangsana Kabupaten Bogor dan waktu pelaksanaan penelitian ini pada bulan Mei
sampai Desember tahun 2010.
4.3 Populasi dan Sampel
4.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas dua di SDN 01 Ciangsana Desa Ciangsana Kabupaten Bogor yang
berjumlah 89 orang.
57
4.3.2 Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah anak yang terdaftar sebagai siswa kelas dua di SDN 01 Ciangsana Desa Ciangsana Kabupaten
Bogor tahun 2010 serta ibu dari siswa yang menjadi sampel penelitian. Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan secara simple
random sampling. Jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan rumus besar sampel uji beda dua proporsi dengan perhitungan sebagai
berikut :
n
Keterangan : n
: besar sampel : derajat kemaknaan 95 = 1,96
: kekuatan uji 90 = 1,28 : rata- rata proporsi pada populasi = 0,907 + 0,09262 = 0,5
: proporsi karies gigi pada anak gizi kurang = 90,7 = 0,907 Junaidi, 2004
: proporsi tidak karies gigi pada anak gizi kurang = 9,26 = 0,0926 Junaidi, 2004
58
Maka besar sampel yang dihasilkan adalah :
n =
= = 6 x 2 = 12 siswa kelas dua
Dari perhitungan tersebut didapatkan sampel minimal sebanyak 12 siswa maka besar sampel secara keseluruhan yang
diperlukan dalam penelitian ini adalah sebanyak 50 siswa kelas dua.
4.4 Metode Pengumpulan Data
4.4.1 Data Primer
Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Data status gizi diperoleh dengan melakukan pengukuran
antropometri yang meliputi berat badan dan tinggi badan anak. Pengukuran berat badan dilakukan menggunakan timbangan
injak bathroom scale dengan tingkat ketelitian 0,5 kg dan tinggi badan menggunakan microtoise dengan ketelitian 0,1 cm.
Subjek diukur tanpa alas kaki. Topi, baju hangat dan tas sekolah juga
harus ditinggalkan. Anak berdiri dengan
posisi membelakangi dinding, pita ukur tinggi badan berada tepat di
tengah kepala serta arah pandang tepat lurus ke depan. Posisi
59
kepala, tulang belikat, pinggul dan tumit menempel pada dinding. Status gizi ditentukan dengan menghitung nilai z-score
berdasarkan indeks berat badan terhadap tinggi badan BBTB
memakai baku rujukan WHO-NCHS 1983.
b. Data tingkat keparahan karies gigi diperoleh dengan melakukan
pemeriksaan kesehatan gigi menggunakan sonde dan kaca mulut yang dilakukan oleh dua orang perawat gigi. Perawat gigi
memeriksa karies dengan melihat gigi karies yang masih dapat ditambal d, dicabut e dan sudah ditambal f, selanjutnya
dijumlahkan d + e + f= indeks def-t dan dicatat di formulir yang telah disediakan. Penentuan tingkat keparahan karies gigi
dengan membandingkan hasil penjumlahan dengan klasifikasi
indeks def-t menurut WHO.
c. Data tingkat konsumsi karbohidrat, protein dan lemak diperoleh
dengan formulir recall dan wawancara recall 24 jam yang ditujukan kepada ibu dan siswa kelas dua yang menjadi
responden. Metode ini dilakukan oleh mahasiswi kesehatan masyarakat peminatan gizi selama 2 hari. Hasil yang diperoleh,
selanjutnya akan dibandingkan dengan kebutuhan zat gizi
masing-masing subjek.
60
4.4.2 Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini berupa gambaran karakteristik siswa kelas dua SDN 01 Ciangsana Desa Ciangsana
Kabupaten Bogor Tahun 2010.
4.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data
4.5.1 Teknik Pengolahan Data
Data yang telah dikumpulkan oleh peneliti kemudian akan diolah dengan menggunakan program komputer meliputi:
a. Editing
Pengecekan data terhadap lembaran kuisioner dan lembar pemeriksaan karies gigi dilakukan selama proses pengumpulan
data yang bertujuan untuk memastikan semua variabel terisi. Selama proses tersebut dilakukan penyuntingan data oleh peneliti
agar data yang salah atau meragukan dapat langsung ditelusuri kembali kepada responden yang bersangkutan.
b. Coding
Proses pengkodean dilakukan terhadap beberapa variabel yang ada dalam penelitian ini yaitu status gizi, tingkat keparahan
karies gigi, tingkat konsumsi karbohidrat, tingkat konsumsi protein dan tingkat konsumsi lemak. Data awal variabel tersebut
61
merupakan data numerik, untuk kepentingan analisis dan memudahkan
dalam penafsiran,
maka dilakukan
pengelompokkan, dimana masing-masing variabel dibagi menjadi dua kelompok. Untuk variabel status gizi, kurus jika -
2 SD dan diberi kode 0, sedangkan normal jika - 2 SD dan diberi kode 1. Variabel tingkat keparahan karies gigi, tinggi jika
def-t 2,6 dan diberi kode 0, sedangkan rendah jika def-t 2,6 dan diberi kode 1. Variabel tingkat konsumsi karbohidrat,
protein dan lemak, kurang jika 80 AKG dan diberi kode 0, sedangkan baik jika 80 AKG dan diberi kode 1.
c. Entry
Data yang sudah dikode kemudian dimasukkan dalam program software statistik untuk dilakukan analisis data.
d. Cleaning
Selanjutnya dilakukan pembersihan data atau pengecekan kembali untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam
melakukan entry.
62
4.5.2 Analisis Data a.
Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian ini berupa distribusi dan persentase pada setiap
variabel yaitu status gizi, tingkat keparahan karies gigi, tingkat konsumsi karbohidrat, tingkat konsumsi protein dan tingkat
konsumsi lemak.
b. Analisis Bivariat
Analisis dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara variabel independen dan juga variabel yang
diduga sebagai confounders dengan variabel dependen. Analisis bivariat yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji statistik
Chi-Square. Uji Chi-square merupakan analisis hubungan variabel kategorik dengan batas kemaknaan α = 0,05. Persamaan
chi-square adalah sebagai berikut :
Keterangan: = Chi-square
O = Efek yang diamati E = Efek yang diharapkan
63
Jika Pvalue 0,05, maka tidak ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Sebaliknya jika
Pvalue 0,05, maka ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.
c. Analisis Multivariat
Tujuan analisis multivariat adalah untuk melihat kemungkinan terjadinya pengaruh variabel lain, selain variabel
independen terhadap variabel dependen, sehingga untuk tujuan tersebut digunakan analisis regresi logistik berganda model
faktor resiko. Analisis ini digunakan karena variabel dependen dalam penelitian ini berbentuk kategorik. Langkah pertama
dalam analisis ini adalah pembuatan pemodelan dengan memasukkan semua variabel yang ada serta variabel interaksi
yang mungkin terjadi antara confounder dengan variabel independen yaitu tingkat keparahan karies gigi sehingga
menghasilkan suatu pemodelan yang maksimum. Langkah ini dapat mengontrol variabel interaksi dan confounder.
Penilaian interaksi dilakukan dengan cara mengeluarkan variabel interaksi yang mempunyai nilai p 0,05 dari model
secara bertahap dimulai dengan interaksi yang mempunyai nilai p tertinggi. Selanjutnya menyederhanakan model yaitu dengan
64
mengurangi confounder yang pengaruhnya tidak terlalu besar pada odds ratio antara variabel independen dengan variabel
dependen. Besar kecilnya pengaruh confounder dinilai berdasarkan perubahan relatif odds ratio terhadap odds ratio gold
standard dengan rumus :
ΔOR = OR crude – OR gold standard X 100 OR gold standard
Confounde r dikeluarkan dari model jika ΔOR kurang dari
10, dengan asumsi dikeluarkannya confounder tidak memberikan pengaruh berarti terhadap hubungan variabel
independen dan dependen. Pengeluaran confounder satu per satu dimulai dengan nilai p paling tinggi dan dinilai perubahan
ORnya. Eliminasi tetap dilakukan meskipun nilai p sudah signifikan p 0,05.
65
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1 Gambaran Umum SDN 01 Ciangsana
Pendidikan merupakan faktor penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pemerintah kabupaten bogor menyediakan sekolah
dalam jumlah yang cukup banyak baik negeri maupun swasta. Sekolah Dasar Negeri 01 Ciangsana terletak di Desa Ciangsana Kecamatan Gunung Putri
Kabupaten Bogor. Sekolah ini berdiri pada tahun 1969 dan sampai saat ini sekolah tersebut mengalami berbagai perbaikan pembangunan sehingga dapat
meningkatkan efektifitas kegiatan belajar mengajar yang pada akhirnya dapat mencapai tujuan dari sekolah tersebut. Adapun jumlah pengajar di sekolah
tersebut sebanyak 12 orang yang terdiri dari 10 orang sebagai wali kelas dan 2 orang sebagai guru bidang studi.
5.1.1 Visi dan Misi
Visi dari SDN 01 Ciangsana Desa Ciangsana Kabupaten Bogor yaitu terwujudnya sekolah yang menjadi pusat pembinaan akhlak serta
penguasaan ilmu dan keterampilan. Adapun misi dari SDN 01 Ciangsana Desa Ciangsana Kabupaten Bogor yaitu membentuk akhlak
yang mulia, meningkatkan prestasi dan mutu pendidikan, serta meningkatkan kecerdasan dan keterampilan.