Penjadwalan Kembali Kewajiban Pembayaran Utang Sebagai Sarana Restrukturisasi Utang

memuat undangan untuk hadir pada persidangan yang merupakan rapat permusyawaratan hari berikut tanggal, nama dan waktu tersebut, nama hakim pengawas dan nama serta alamat pengurus. Namun demikian upaya penyelesaian utang piutang terlebih dahulu dilakukan dengan mengajukan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang disertai perdamaian dari pada pengajuan pailit, karena dalam Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang pihak debitor dapat kesempatan untuk menjalankan usahanya sehingga debitor akan berusaha mencari jalan keluar dalam menyelesaikan masalah utang-piutang.

2. Penjadwalan Kembali Kewajiban Pembayaran Utang Sebagai Sarana Restrukturisasi Utang

Restrukturisasi pada Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang PKPU dimaksudkan hanya restrukturisasi utang debitor terhadap pembayaran utang- utang debitor dengan tujuan agar perusahaan debitor dapat sehat kembali. Bab II Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tidak berisi ketentuan-ketentuan mengenai restrukturisasi utang atau recognization. 50 50 Badan Pembinaan Hukum Nasional BPHN, Restrukturisasi Utang Dan Penyehatan Perseroan, Jakarta, 2002, h. 4. Dalam bab tersebut tidak terdapat aturan-aturan mengenai restukturisasi utang itu sendiri. Bab II tentang Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang itu hanya memberikan kesempatan kepada debitor untuk mengajukan permohonan kepada Pengadilan agar dapat melakukan negosiasi dengan para kreditor dalam jangka waktu tidak lebih dari Universitas Sumatera Utara 270 hari mengenai pelunasan utangnya dan bagaimana caranya mengajukan permohonan tersebut. 51 Proses restrukturisasi wajib ditempuh terlebih dahulu sebelum debitor atau seorang kreditor dapat mengajukan permohonan pernyataan pailit terhadap debitor. Pengadilan wajib menolak permohonan pailit sebelum ditempuh proses restrukturisasi utang. 52 Pada hakikatnya restrukturisasi dilakukan berdasarkan kesepakatan antara debitor dan semua para kreditor tanpa campur tangan pengadilan, proses kesepakatan restrukturisasi antara debitor dan para kreditornya diupayakan dalam waktu singkat. Restrukturisasi hanya dapat atau boleh diajukan apabila terhadap utang debitor memang layak untuk dilakukan restrukturisasi sebagaimana terbukti dari hasil studi kelayakan yang dibuat oleh tim konsultan Restrukturisasi yang independen, dan debitor dinilai oleh para kreditornya memiliki itikad baik untuk melunasi utangnya dan memiliki sikap kooperatif terhadap para kreditornya. Restrukturisasi dilakukan berdasarkan asas keseimbangan kepentingan antara debitor dan kreditor dan berlandaskan asas keadilan dan kepatutan. Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang terdiri dari: 53 1. Permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang PKPU murni voluntarily petition. 2. Permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang PKPU tidak murni involuntarily petition. Permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang PKPU murni diajukan oleh debitor sebagai pemohon, tanpa menarik pihak lain kreditor sebagai termohon. Inisiatif berperkara ada pada debitor. Sedangkan permohonan Penundaan Kewajiban 51 Ibid., h. 5. 52 Ibid., h. 6. 53 Ahmad Yani dan Gunawan Wijaya, Op. Cit., h. 16. Universitas Sumatera Utara Pembayaran Utang PKPU tidak murni adalah permohonan pailit yang diajukan oleh kreditor terhadap debitor, inisiatif beperkara ada pada kreditor. Permohonan PKPU dapat diajukan baik oleh kreditor maupun oleh debitor sendiri. 54 “ PKPU adalah suatu periode waktu tertentu yang diberikan undang- undang melalui putusan Pengadilan Niaga, dimana dalam periode waktu tersebut kepada kreditor dan debitor diberikan kesempatan untuk memusyawarahkan cara-cara pembayaran utang-utangnya dengan memberikan rencana perdamaian composition plan terhadap seluruh atau sebagian utangnya itu, termasuk apabila perlu merestrukturisasi utangnya tersebut.” Permohonan PKPU diajukan oleh debitor sendiri dalam hal debitor tersebut tidak dapat atau memperkirakan tidak akan melanjutkan membayar utang-utangnya yang sudah jatuh tempo dan dapat ditagih, ataupun diajukan oleh kreditor terhadap debitor yang demikian tersebut ke Pangadilan Niaga. Pengajuan PKPU oleh debitor maupun oleh kreditor ini disertai dengan adanya rencana perdamaian dari pihak debitor. 55 Penggunaan kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang PKPU sebenarnya telah lama diatur sejak 1905, akan tetapi dalam praktik peraturan tersebut jarang dipergunakan dan dimanfaatkan oleh para pencari keadilan, sehingga pengalaman dalam mengadili kasus kepailitan sangat minim dibanding dengan kasus perdata lainnya. Hal ini berakibat perkembangan hukum kepailitan dalam teori dan praktek tidak mengalami kemajuan yang berarti. 56 54 Pasal 222 ayat 1 UUK No.37 Tahun 2004 55 Munir Fuady, Op. Cit., h. 82. 56 Tumbuan, Fred BG, kalau dikatakan kreditor artinya sudah punya piutang, seminar tanggal 8 agustus 2004 di jakarta, www.google.com terdaftar pada www.hukumonline, tanggal 10 Agustus 2004. Universitas Sumatera Utara Alternatif upaya yang dapat dilakukan oleh kreditor untuk memperoleh hak-haknya di dalam proses kepailitan adalah dengan mengajukan permohonan pailit ke Pengadilan Niaga Jakarta Pusat. Dalam hal ini kreditor berharap utang- utang debitor yang dapat diajukan pailit adalah debitor yang telah memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. 57 Restrukturisasi utang adalah salah satu upaya yang diusahakan dalam suatu perdamaian pada proses Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Yakni mengadakan perdamaian yang meliputi tawaran pembayaran seluruh atau sebagian utang kepada kreditornya, khususnya kreditor konkuren. 58 Dalam rencana perdamaian tersebut, pada umumnya debitor memohon kepada kreditor untuk merestrukturisasi utang-utangnya. Rencana perdamaian ini bisa saja di tolak ataupun diterima oleh kreditor, karena tak adanya pengaturan rinci tentang restrukturisasi utang ini, kreditor tidak mengetahui secara pasti keadaan perusahaan debitor yang menawarkan restrukturisasi utangnya dalam rencana perdamaian. Sehingga mengakibatkan perusahaan debitor yang beritikad tidak baik, bisa saja rencana perdamaian tersebut, karena ketidaktahuan dari kreditor mengenai kondisi perusahaan debitor, diterima oleh kreditor atau sebaliknya debitor yang beritikad baik dan perusahaannya masih berjalan going concern dan mempunyai prospek, rencana perdamaiannya ditolak oleh kreditor, sehingga pailit lalu perusahaannya likuidasi. 59 57 www.google.com, kedudukan lembaga restrukturisasi utang, www.unisba.ac.idkepustakaanrenyskripsihukum5.pdf 58 Munir Fuady, op. cit., h. 210. 59 www.google.com Restrukturisasi Utang Sebagai Penyelesaian www.BUMN.II.comlibrary0000085capt-taspen.pdf Universitas Sumatera Utara Oleh karena itu, dianggap perlu mengoptimalkan hukum tatkala dihadapkan pada pilihan mempailitkan perusahaan-perusahaan swasta yang terilit utang atau membuka alternatif restrukturisasi utang seluas-luasnya. Perlu diingat kembali, peranan Pengadilan Niaga sebagai ultimun remidium, patut diakui bahwa kesempatan untuk melakukan restrukturisasi utang melalui Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang dalam konteks Undang- Undang Kepailitan memang sangat terbatas. Namun demikian, dengan adanya keharusan mencatat dan memelihara kesehatan keuangan good corporate governance atau financial accountability sebagaimana dimunculkan dalam kewajiban memelihara pembukuan dan kenyataan bahwa kemacetan pembayaran utang perusahaan swasta bukan suatu hal yang muncul tiba-tiba, seharusnya pihak debitor maupun kreditor dapat segera membandingkan catatan keuangan masing- masing. Mempertimbangkan prospek usaha serta menilai dan memutus permohonan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang PKPU. Berdasarkan uraian di atas, muncul gasasan menata kembali pranata baik masih sebagai bagian dari Undang-Undang Kepailitan maupun dalam Undang-Undang tersendiri serupa dengan Chapter XI dari Bankruptcity Act Amerika Serikat. 60 Namun perlu dipertimbangkan, bahwa transpalasi pranata hukum yang berkembang dalam sistem anglo-saxon common law sistem- Amerika dan sistem ekonomi bisnis di negara industri maju, dapat memunculkan banyak masalah hukum dan non hukum lainnya. Pemerintah Indonesia melalui berbagai instrument hukum maupun telah mengakui bahwa krisis ekonomi terutama disebabkan lemahnya fundamen hukum maupun perekonomian nasional. Apa 60 Ibid., h. 5. Universitas Sumatera Utara yang dihasilkan adalah suatu gambaran tentang struktur dan sistem ekonomi nasional yang masih dicirikan tingginya pelipatan aparatur negara menamfikkan utang bagi sejumlah perusahaan swasta yang betul masih layak dipertahankan kelangsungan hidupnnya. 61 Persoalannya, masih terletak pada bagaimana membuka kesempatan demikian dalam konteks latar belakang lemahnya fundamen hukum dan ekonomi Indonesia. Masalah kemacetan pembayaran kembali utang perusahaan swasta sekarang ini memang berkembang menjadi masalah nasional. Keniscayaan keterlibatan Pemerintah dalam persoalan keperdataan ini hanya dapat dimengerti dalam konteks krisis moneter yang dimulai tahun 1997 yang kemudian segera menjadi krisis multidimensional. 62 Berdasarkan atas kajian terhadap struktur sistem ekonomi nasional demikian, serta alternarif kebijakan-kebijakan makro-mikro yang dikembangkan pemerintah menanggulangi krisis ekonomi, dapat diungkapkan bagaimana selama ini pemerintah manggunakan hukum sekedar sebagai instrumen. Pengoptimalisasi hukum meniscayakan perubahan paradigma terhadap cara pandang instrumentalis terhadap hukum. Terutama agar tidak terjebak pada kecendrungan mereduksi hukum menjadi sekedar hukum perundang-undangan. 63 Undang-Undang Kepailitan harusnya tidaklah semata-mata bermuara kepada atau dengan mudah memungkinkan dipailitkannya suatu perusahaan debitor yang tidak mampu membayar utangnya. 64 61 Ibid., h. 6. 62 Ibid., h. 8. 63 Ibid., h. 9. 64 Sutan Remy Syahdeini, Op. Cit., h. 58. Universitas Sumatera Utara “Potensi dan prospek dari usaha debitor harus pula dipertimbangkan secara baik, jika debitor masih mempunyai potensi dan prospek sehingga merupakan tunas-tunas yang masih dapat berkembang seharusnya masih diberi kesempatan untuk hidup dan berkembang. Oleh karena itu penjatuhan pailit merupakan ultimum remidium.” Lebih lanjut majelis hakim peninjauan kembali dalam menolak putusan pernyataan pailit tersebut mengemukakan alasan sebagai berikut: “dan bahkan terhadap utang debitor termohon pailit telah diadakan restukturisasi menunjukan bahwa debitor masih mempunyai potensi dan prospek untuk berkembang dan dapat memenuhi kewajibannya kepada seluruh kreditor dan kemudian hari dan oleh karena itu debitor termohon pailit merupakan a debtor is hopesessly in debt.” Pasal 255 ayat 1 ditentukan bahwa putusan PKPU dapat diakhiri, atas prakarsa Pengadilan dalam hal: a. Debitor, selama PKPU bertindak dengan itikad buruk dalam melakukan pengurusan terhadap hartanya. b. Debitor telah merugikan atau telah mencoba merugikan kreditornya. c. Debitor melakukan pelanggaran ketentuan pasal 240 ayat1. 65 d. Debitor lalai melaksanakan tindakan-tindakan yang diwajibkan kepadanya oleh pengadilan pada saat atau setelah PKPU diberikan, atau lalai melaksanakan tindakan-tindakan yang diisyaratkan oleh pengurus demi kepentingan harta debitor. e. Selama waktu PKPU, keadaan harta debitor ternyata tidak lagi memungkinkan dilanjutkannya PKPU. 65 Pasal 240 ayat 1 Undang-Undang No.37 Tahun 2004 menentukan bahwa selama PKPU, debitor tanpa persetujuan pengurus tidak dapat melakukan tindakan kepengurusan atau kepemilikan atas seluruh atau sebagian hartanya. Universitas Sumatera Utara f. Keadaan debitor tidak dapat diharapkan untuk memenuhi kewajibannya terhadap kreditor pada waktunya.

C. Resrukturisasi Atau Penyehatan Perusahaan Perbankan