1. Status Hukum Debitor a. Debitor Kehilangan Independensinya
Berbeda dalam proses kepailitan dimana pihak debitor pailit sama sekali tidak berwenang untuk mengurus harta bendanya dan kewenangan tersebut
diambilalih oleh pihak kurator, tetapi dalam hal Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, debitor tetap masih berwenang untuk mengurus harta pailit.
Bahkan banyak hal, inisiatif untuk mengurus harta, seperti untuk meminjam uang mengalihkan harta dan sebagainya tetap berada di tangan debitor, bahkan juga
usaha masih tetap saja berjalan. Namun debitor kehilangan kebebasannya dalam menguasai kekayaanya.
Hanya saja dalam bertindak, khususnya yang menyangkut dengan kepengurusan atau hak atas kekayaanya pihak debitor tidak lagi independen
seperti sebelum Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Sebab dalam bertindak sebagai “kembar siam” atau “dwi tunggal”. Dalam hal ini pihak debitor tidak
boleh sekali-kali melanggar prinsip dwi tunggal tersebut. Sebab, pelanggarannya memberikan kewenangannya kepada pengurus untuk melakukan segala sesuatu
yang diperlukan untuk memastikan bahwa harta debitor tersebut tidak dirugikan karena tindakan debitor yang bersangkutan. Kewajiban debitor tanpa
mendapatkan persetujuan dari pengurus tidak akan mengikat harta debitor kecuali sepanjang menguntungkan harta debitor.
b. Keadaan Diam
Pasal 242 ayat 1 UUK menentukan bahwa selama berlangsungnya PKPU debitor tidak dapat dipaksa membayar utangnya, kecuali apabila
pembayaran dilakukan kepada semua kreditor, menurut pertimbangan besarnya
Universitas Sumatera Utara
piutang masing-masing, dan semua tindakan eksekusi yang telah dimulai untuk memperoleh pelunasan utang harus ditangguhkan.
Pasal 242 ayat 2 UUK menentukan bahwa kecuali telah ditetapkan tanggal yang lebih awal oleh pengadilan berdasarkan permintaan pengurus, semua
sita yang telah diletakkan akan gugur dan dalam hal debitor disandera, debitor harus dilepaskan segera pada waktu:
1. Setelah ditetapkan putusan PKPU tetap namun tidak ditentukan status
penyitaan setelah putusan PKPU sementara. 2.
Setelah putusan perdamaian telah memperoleh kekuatan hukum tetap. 3.
Adanya permintaan pengurus atau hakim pengawas. 2. Status Perjanjian
a. Perjanjian Timbal Balik
Pasal 249 ayat 1 UUK mengatur pada saat putusan PKPU ditetapkan, maka pihak yang mengadakan perjanjian dengan debitor dapat meminta kepada
pengurus untuk memberikan kepastian tentang kelanjutan pelaksanaan perjanjian tersebut dalam jangka waktu yang disepakati oleh pengurus dan pihak tersebut.
Pada ayat 3 dari Pasal 249 ini, ditentukan bahwa apabila dalam jangka waktu yang ditetapkan oleh hakim pengawas maupun yang ditetapkan
berdasarkan kesepakatan pengurus dengan pihak yang berkepentingan, ternyata pengurus tidak memberikan jawaban atau tidak bersedia melanjutkan pelaksanaan
perjanjian tersebut, maka perjanjian tersebut menjadi berakhir dan pihak yang bersangkutan dapat menuntut ganti rugi sebagai kreditor konkuren. Sebaliknya
menurut ayat 4, apabila pengurus bersedia melanjutkan perjanjian tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Namun tehadap perjanjian yang mewajibkan debitor melakukan sendiri perbuatan yang diperjanjikan, maka ketentuan-ketentuan tersebut diatas, tidak
berlaku, demikian ditentukan pada Pasal 249 ayat 5 UUK.
b. Perjanjian Penyerahan Barang
Pasal 250 UUK mengatur bahwa dalam hal perjanjian penyerahan benda yang biasa diperdagangkan dengan suatu jangka waktu dan sebelum penyerahan
dilakukan, telah diucapkan putusan PKPU sementara, maka perjanjian menjadi hapus dan dalam hal pihak lawan dirugikan karena penghapusan tersebut, maka ia
boleh mengajukan diri sebagai kreditor yang konkuren untuk mendapatkan ganti rugi. Sebaliknya, apabila disebabkan penghapusan tersebut, harta debitor
menderita kerugian, maka pihak lawan yang berkewajiban menderita kerugian tersebut.
c. Perjanjian Sewa-menyewa