Undang-Undang Kepailitan Nomor 4 Tahun 1998

karena itu, pada tahun 1998, pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998 tentang Kepailitan.

5. Undang-Undang Kepailitan Nomor 4 Tahun 1998

Apabila dicermati secara seksama ketentuan tentang penyitaan beslaag aset debitor seperti yang diatur dalam pasal 1131 dan 1132 KUH Perdata tampak, bahwa dalam pasal tersebut tidak diatur secara eksplisit bagaimana mekanisme yang harus ditempuh oleh para pihak yang ingin menggunakan pranata hukum kepailitan dalam menyelesaikan utang piutangnya. Melihat ketentuan tersebut masih sangat umum, bisa jadi para kreditor akan berlomba untuk menyita aset debitor dalam rangka menyelamatkan jaminan atas tagihannya. Bila hal ini dibiarkan, bisa merugikan kreditor yang lain yang tidak sempat menyita aset debitor. Dalam rangka menghindari adanya tindakan secara individual, dirasakan perlu ada campur tangan lembaga peradilan. Dengan cara ini diharapkan semua kreditor mendapat hak yang seimbang. Berangkat dari pemikiran inilah, maka pembentuk undang-undang kala itu membuat ketentuan khusus tentang tata cara penyitaan sacara massal. Alasan diterbitkannya Undang-Undang Kepailitan Tahun 1998 adalah bahwa Tahun 1997, ketika krisis ekonomi melanda Indonesia memberi pengaruh yang tidak menguntungkan terhadap perekonomian nasional dimana hampir seluruh sendi kehidupan perekonomian nasional rusak, termasuk dunia bisnis dan masalah keamanan investasi di Indonesia. Krisis tersebut membawa makna perubahan yang sangat penting bagi perkembangan peraturan kepailitan di Indonesia selanjutnya. Universitas Sumatera Utara Salah satu muatan materi yang cukup penting di dalam Undang-Undang Kepailitan Tahun 1998 yakni dicantumkannya lembaga peradilan yang menangani khusus penyelesaian utang piutang lewat pranata hukum Kepailitan. Tepatnya dalam Undang-Undang ini diatur tentang lembaga Pengadilan Niaga. 30 Adapun alasan diterbitkannya Undang-Undang ini bahwa pranata hukum Kepailitan sebagai sarana pembayaran utang, hal ini karena Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998 dianggap tidak memenuhi perkembangan dan kebutuhan masyarakat. pada awalnya keberadaan Pengadilan Niaga dikhususkan untuk menyelesaikan kasus utang piutang khususnya untuk perusahaan yang terjadi akibat krisis ekonomi yang berimbas pada dunia usaha. Salah satu cara mengatasi masalah tersebut lewat pranata hukum kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang PKPU. Oleh karena dalam dunia usaha dan demi kehidupan perekonomian pada umumnya, penyelesaian sengketa dipandang perlu harus diatur secara adil, cepat, dan juga efektif. Temasuk dalam hal ini juga penagihan terhadap dan penyelesaian masalah pembayaran utang ini.

6. Undang-Undang Kepailitan Tahun 2004