Syarat-syarat wakaf Ruang lingkup perwakafan menurut hukum Islam

3. Macam-macam Wakaf

Ditinjau dari peruntukan wakaf, wakaf terbagi menjadi dua macam: a. Wakaf Ahli Wakaf ahli, yaitu wakaf yang manfaatnya dan hasilnya hanya diberikan oleh wakif kepada seseorang atau sekelompok orang berdasarkan hubungan dan pertalian yang dimaksud oleh wakif. Seperti wakaf untuk tetangga dengan jumlah dan nama yang telah ditentukan oleh wakif, wakaf untuk istri dan anak-anaknya dan keturunannya. 34 b. Wakaf Khairi Wakaf khairi yaitu wakaf yang sejak semula manfaatnya diperuntukkan untuk kepentingan umum, tidak dikhususkan pada orang-orang tertentu, seperti mewakafkan tanah untuk mendirikan masjid, mewakafkan sebidang kebun yang hasilnya dapat dimanfaatkan untuk membina suatu pengajian dan sebagainya. 35 Dilihat dari segi kepentingan umum maka wakaf khairi ini lebih banyak manfaatnya bagi kaum muslimin. Dasar hukum wakaf khairi ini ialah hadist yang menerangkan tentang wakaf Umar bin Khatab, yang diperuntukkan bagi jalan Allah untuk memerdekakan budak, 34 Munzir qahaf, Manajemen Wakaf Produktif, Jakarta: Khalifa, 2007, cet. Ke-3, h. 24 35 Zakiah Darajat, Ilmu Fiqh, Jakarta: Departemen Agama RI, 1985, Jilid III, h. 231 untuk fakir miskin, dan untuk orang-orang terlantar, yang semuanya itu berhubungan lansung dengan kepentingan umum. Dalam Kompilasi hukum Islam KHI, hanya terdapat wakaf khiri umum dan tidak memperbolehkan wakaf ahli keluarga. Hal tersebut dikarenakan adanya pengaruh pengalaman sejarah dalam praktek wakaf. Akan tetapi, efek buruknnya adalah etos kerja umat Islam menjadi lemah dan enggan berkreasi karena secara ekonomi mereka dijamin oleh hasil dana wakaf ahli keluarga. 36

4. Penyelesaian Sengketa Benda Wakaf Menurut Hukum Islam

Tugas hakim dalam negara Islam adalah untuk menegakkan keadilan diantara manusia, menyelesaikan persengketaan, permusuhan, dan tindak kriminal maupun kezaliman. Dia juga menjadi wali bagi orang yang tidak memiliki kecakapan hukum untuk mengurusi dirinya sendiri, menjadi wali dalam pengelolaan wakaf, dan tugas lainnya yang berkenaan dengan penyelesaian macam-macam persengketaan yang diajukan kepadanya. 37 Dulu Nabi Muhammad SAW berperan langsung dalam menangani tugas kehakiman di negara Islam, disamping sebagai pemimpin negara. Begitu pula kebiasaan ini berlangsung hingga khalifah setelahnya. 36 Ibid. h. 32 37 Lihat Al-Qawanin Al-fiqhiyyah, Ibnu Jauzi, h. 293 Namun, setelah negara Islam bertambah luas, para hakim ditugaskan diberbagai negara dan pelosok daerah Islam untuk menyelesaikan perselisihan dan sengketa yang terjadi diantara umat manusia. 38 Keadaan seperti ini berlangsung cukup lama. Para hakim melaksanakan tugasnya untuk memeriksa seluruh persengketaan dan pengajuan ynag diajukan pada mereka, dan menyelesaikan berdasarkan kaidah-kaidah hukum yang ditetapkan dalam fiqh Islam. Bahkan, situasi seperti berlanjut hingga kekhalifahan Usmaniyah, yang kekuasaannya menjangkau wilayah negara Turki sekarang ini dan seluruh kawasan Arab. Serta sebagian besar daerah Balkan sampai ke negeri Austria. Perluasan daerah Islam dan perkembangan penyebaran penduduk, serta perubahan yang terjadi dalam kehidupan, berpengaruh basar pada penguasa di negeri Usmaniyah saat itu, untuk menerapkan undang-undang dan hukum yang bisa mengatur jalannya persidangan dalam kasus yang terjadi di masyarakat. Sekaligus, memberikan pembatasan atau pembagian bidang-bidang peradilan, berdasarkan semua bentuk persoalan yang diajukan, dengan kesiapan penerapan hukum yang tepat tentang kasus tersebut. Adapun, langkah yang diterapkan oleh khalifah Usmaniyah, tidak lebih, hanya sebagai tindak lanjut dari pendapat yang sudah dikembangkan oleh para ahli fiqh yang menganggap bolehnya menempatkan hakim khusus, sesuai dengan jenis kasus gugatan. 38 Muhammad Abid Abdullah Al-Kabisi, Hukum Wakaf, Ciputat: Dompet Dhuafa Republika dan II MaN, 2004, h.555