Bab ini berisi penutup yang menguraikan kesimpulan dari hasil penelitian yang

1. Pengertian wakaf menurut ulama fiqh

Adapun pengertian wakaf secara terminologi sangat beragam di kalangan fuqoha. Berikut ini beberapa pengertian wakaf yang dikemukakan oleh imam-imam madzhab: a. Imam Abu Hanifah mendefinisikan wakaf adalah: Wakaf adalah menahan benda orang yang berwakaf wakif dan mensedekahkan manfaatnya untuk kebaikan. 8 Berdasarkan defenisi diatas, mazhab Hanafi berpendapat bahwa mewakafkan harta bukan berarti meninggalkan hak milik secara mutlak, dan orang yang mewakafkan boleh saja menarik wakafnya kembali kapan saja ia kehendaki dan boleh diperjual belikan oleh pemilik semula. Bahkan menurut Abu Hanifah, jika orang yang mewakafkan tersebut meninggaldunia, maka pemilikan harta yang diwakafkannya berpindah menjadi hak ahli warisnya. b. Menurut Imam Malik Wakaf adalah menjadikan manfaat benda yang dimiliki baik yang berupa sewa atau hasilnya untuk diserahkan kepada yang berhak mauquf „alaih dalam bentuk penyerahan 8 Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa adilatuhu, Damaskus: Dar al-Fikr, 1985, Juz VII, h. 153 yang berjangka waktu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh orang yang mewakafkan wakif. 9 Berdasarkan defenisi ini seseorang yang mewakafkan hartanya dapat menahan penggunaan harta benda tersebut secara penuh dan membolehkan pemanfaatan hasilnya untuk tujuan kebaikan, dengan tetap kepemilikan harta yang pada diri sang wakif. Adapun masa berlakunya harta yang diwakafkan tidak untuk selama-lamanya, melainkan untuk jangka waktu tertentu sesuai kehendak orang yang mewakafkan pada saat mengucapkan sighat akad wakaf. Oleh karenanya, bagi Maliki, tidak disyaratkan wakaf selama- lamanya. c. Menurut Hanbali Wakaf adalah menahan secara mutlak kebebasan pemilik harta dalam membelanjakan hartanya yang bermanfaat dengan dengan tetap utuhnya harta, dan memutuskan semua hak penguasaannya terhadap harta tersebut, sedangkan manfaatnya diperuntukkan bagi kebaikan dalam rangka mendekatkan diri pada Allah. 10 Berdasarkan pada pengertian ini, Hanbali barpendirian bahwa apabila suatu wakaf sudah sah, maka hilanglah kepemilikan orang yang mewakafkan tersebut atas harta yang diwakafkannya. 9 Sayyid Ali Fiqr, al- Mu‟amalah al- Madiyah wa al-Adabiyah, Mesir: Musthafa al-babyal-Halabi, 1938, Juz 2, h.304 10 Sayyid Ali Fiqr, al- Mu‟amalah al-Madiyah wa Al-Adabiyah, Mesir: Musthafaal-baby al-Halaby, 1938, Juz 2, h. 312