BAB II RUANG LINGKUP PERWAKAFAN
A. Pengertian Wakaf
Wakaf menurut bahasa arab berarti “al-habsu”, yang berasal dari kata kerja
habasa-yahbisu-habsan, menjauhkan orang dari sesuatu atau memenjarakan. Kemudian kata ini berkembang menjadi
“habbasa” dan berarti mewakafkan harta karena Allah.
Kata wakaf sendiri berasal dari kata kerja waqafa fiil madi-yaqifu fiil mudari‟-
waqfan isim masdar yang berarti berhenti atau berdiri. Sedangkan wakaf menurut istilah adalah “menahan harta yang mungkin diambil manfaatnya tanpa menghabiskan atau
merusakkan bendanya ainnya dan digunakan untuk kebaikan.
6
Wakaf menurut hukum Islam dapat juga berarti menyerahkan suatu hak milik yang tahan lama zatnya kepada seseorang atau nadzhir penjaga wakaf baik berupa perorangan
maupun berupa badan pengelola dengan ketentuan bahwa hasil atau manfaatnya digunakan untuk hal-hal yang sesuai dengan syariat Islam.
7
6
Adijani Al-Alabij, Perwakafan Tanah Di Indonesia, Jakarta : Raja Grafindo Persada 2002, hal. 25
7
Satria Effendi, Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer, cet.1, Jakarta: Kencana,2004, h.5
1. Pengertian wakaf menurut ulama fiqh
Adapun pengertian wakaf secara terminologi sangat beragam di kalangan fuqoha. Berikut ini beberapa pengertian wakaf yang dikemukakan oleh imam-imam madzhab:
a. Imam Abu Hanifah mendefinisikan wakaf adalah:
Wakaf adalah menahan benda orang yang berwakaf wakif dan mensedekahkan manfaatnya untuk kebaikan.
8
Berdasarkan defenisi diatas, mazhab Hanafi berpendapat bahwa mewakafkan harta bukan berarti meninggalkan hak milik secara mutlak, dan orang yang mewakafkan boleh
saja menarik wakafnya kembali kapan saja ia kehendaki dan boleh diperjual belikan oleh pemilik semula. Bahkan menurut Abu Hanifah, jika orang yang mewakafkan tersebut
meninggaldunia, maka pemilikan harta yang diwakafkannya berpindah menjadi hak ahli warisnya.
b. Menurut Imam Malik
Wakaf adalah menjadikan manfaat benda yang dimiliki baik yang berupa sewa atau hasilnya untuk diserahkan kepada yang berhak
mauquf „alaih dalam bentuk penyerahan
8
Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa adilatuhu, Damaskus: Dar al-Fikr, 1985, Juz VII, h. 153