Pengertian wakaf menurut hukum positif dan para ahli hukum

melembagakannya untuk selama-lamanya guna kepentingan ibadat atau keperluan umumlainnya sesuai dengan ajaran Islam. 15 Menurut Maulana Muhammad Ali, LLB. Wakaf adalah penetapan yang bersifat abadi untuk memungut hasil dari barang yang diwakafkan guna kepentingan orang-orang atau yang bersifat keagamaan atau untuk tujuan amal. Sedangkan menurut Dr. Anwar Haryono, S.H. Wakaf adalah pelepasan hak milik seorang muslim yang hanya manfaat atau hasilnya buahnya dipergunakan untuk kepentinagan umum. Penglepasan hak milik secara wakaf ini dinilai sebagai sadaqoh jariyah continue. 16 Adapun defenisi wakaf di Indonesia merupakan campuran pendapat madzhab Hanbali dan madzhab Syafi‟i yang umumnya dianut di Indonesia, secara jelas termaktb dalam PP No.28 Tahun 1977.

B. Landasan Hukum Perwakafan

1 Dasar hukum wakaf menurut hukum Islam 15 Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama RI, Kompilasi Hukum Islam, 2000 16 Juhaya, Perwakafa di Indonesia: Sejarah, Pemikiran , Hukum dan Perkenbangannya, bandung: yayasan piara pengembanag ilmu agama dan humaniora,1995, h.26

a. al-Qur’an

Dasar hukum wakaf sebagai lembaga yang diatur dalam ajaran Islam tidak dijumpai secara tersurat di dalam al- Qur‟an. Namun demikian, terdapat ayat-ayat yang memberi petunjuk, dan dapat dijadikan sebagai sumber hukum perwakafan . ayat tersebut ialah surat Al-Baqoroh ayat 261 yang berbunyi:                            Artinya: Perumpamaan nafkah yang dikeluarkan oleh orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan ganjaran bagi siapa yang Dia kehendaki. dan Allah Maha Luas karunia-Nya lagi Maha mengetahui. Walaupun didalam al- Qur‟an tidak disebutkan secara tegas kata-kata wakaf, akan tetapi ayat-ayat tersebut menjelaskan di syariatkannya menefkahkan harta yang kita miliki untuk kemaslahatan umum. Dan salah satu caranya adalah perakafan dan hukum wakaf adalah sunnah yang sangat dianjurkan, karena amalan wakaf akan tetap mengalir walaupun si wakif sudah meninggal dunia.

b. Al-Hadits

1. Hadits dari Ibnu Umar yang Artinya: “Dari Ibnu Umar r.a bahwasanya Umar bin Khattab mendapat bagian sebidang kebun di Khaibar, lalu ia datang kepada Nabi SAW untuk meminta nasehat tentang harta itu. Ia berkata: “ya Rasulullah aku telah memperoleh sebidang tanah di Khaibar yang aku belum pernah peroleh tanah seperti itu,apakah nasehat enhkau kepadaku tentang tanah itu? Rasulullah menjawab: “jika kamu menginginkan, tahanlah aslinya dan shadakahkan hasilnya. Maka bershadakahlah Umar, tanah tersebut tidak bisa dijual, dihibahkan dan diwariskan dan menshadakahkan kepada orang-orang fakir, budak-budak, pejuang dijalan Allah, Ibnu sabil, dan tamu-tamu. Tidak ada dosa bagi orang yang mengurusnya nazhir memakan sebagian dari harta itu secara patut atau memberi makna asal tidak bermaksud mencari kekayaan H.R Muslim”. 17 2. Hadits riwayat Abu Hurairah yang berbunyi: اث ْن َّا ع عطقْنا دا نْبا ا ا ا : لْوعْ ي حلاص لو ْوا ب عف ْي ْع ْوا يراج ق ص س اور 18 Artinya: “Apabila anak Adam meninggal dunia maka terputuslah semua amalnya, kecuali tiga macam, yaitu sedekah jariyah yang mengalir terus, ilmu yang dimanfaatkan, atu anak shaleh yang mendoakannya HR Muslim”. Dari kedua hadits tersebut dapat diambil kesimpulan: 17 Hadits Ibnu Umar Muslim Ibn al-Hujaj Abu Husaini al-Qushairi al-Nisabury, Shohih Muslim, Bairut: Daar Ihya‟l al-Thusururi al-Arabiy, Juz 3 h. 1225 18 Imam Abu Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyary al-Nisabury, Shahih Muslim, Mesir: Daar al- Hadits al-Qahirah, 1994, jilid VI, cet. 1, h. 95