Sejarah Perkembangnan perwakafan di Indonesia

mengatakan bahwa yang pertama kali melaksanakan wakaf adalah Rasulullah SAW ialah wakaf tanah milik Nabi SAW untuk dibangun masjid. Sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa wakaf pertama kali dilakukan oleh Umar. Amal wakaf yang dilakukan oleh sahabat Umar berupa berupa tanah di Khaibar, kemudian disusul oleh Abu Talhah yang mewakafkan kebun kesayangannya “Bairoha”. Kemudian disusul oleh sahabat lainnya, seperti Abu Bakar, Usman, Ali bin Abi Thalib, Anas bin Malik, Abdullah bin Umar, Zubair bin Awwam, dan Aisyah istri Rasullah SAW. Gairah amal wakaf ini kemudian dilakukan oleh umat Islam di seluruh dunia dari waktu ke waktu sebagai amal ibadat kepada Allah SWT. Jumlah wakaf wakaf tidak terbatas kepada bangunan ibadat atau tempat kegiatan agama saja, tetapi diperuntukkan bagi kepentingan kemanusiaan dan kepentingan umum. 2. Perwakafan di Indonesia Sejak datangnya Islam, sebagian besar masyarakat Indonesia melaksanakan wakaf berdasarkan paham keagamaan yang dianut sebelum adanya UU No.5 Tahun 1960 tentang perwakafan tanah milik masyarakat Islam Indonesia masih menggunakan kebiasaan- kebiasaan keagamaan, seperti melakukan perbuatan hukum wakaf secara lisan atas dasar saling percayakepada seseorang atau lembaga tertentu, kebiasaan memandang wakaf sebagai amal shaleh yang mempunyai nilai mulia disisi Allah, tanpa harus melalui prosedur administratif, dan harta wakaf dianggap milik Allah semata dan siapa saja tidak akan berani mengganggu gugat tanpa seizin Allah. lembaga wakaf yang dipraktekkan di berbagai negara juga dipraktekkan di Indonesia sejak pra Islam datang ke Indonesia walaupun tidak sepenuhnya persis dengan yang terdapat dalam ajaran Islam. Namun spiritnya sama dengan syari‟at wakaf. Hal ini dapat dilihat kenyataan sejarah yang sebagian masih berlangsung sampai sekarang di berbagai daerah di Indonesia. Di Banten umpamanya, terdapat “Human serang” adalah ladang-ladang yang setiap tahun dilkelola secara bersama-sama dan hasilnnya dipergunakan untuk kepentingan bersama. Menurut Rachmat Djatnika, bahwa bentuk ini hampir menyerupai wakaf keluarga al waqf al ahly dari segi fungsi dan pemanfaatan yang tidak boleh diperjual belikan. 21 Adanya beberapa lembaga yang hampir sama dengan wakaf sebelum Islam menimbulkan pandangan khusus bagi ahli hukum Indonesia terhadap lembaga wakaf. Walaupun lembaga wakaf berasal dari fiqh Islam, namun bagi sebagian ahli hukum Indonesia memandang masalah wakaf ini sebagai masalah dalam hukum adapt. Hal ini 21 Direktorat Pemberdayaan Wakaf, Pedoman Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf, Jakarta, Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama RI, 2006 h. 24 disebabkan sudah meresapnya penerimaan lembaga waakf ini dikalangan masyarakat Indonesia dan dianggap sebagai suatu lembaga hukum yang timbul sebagai hukum adat. 22 Oleh karena itu pula, pengertian wakaf menurut adapt banyak persamaannya dengan pengertian wakaf menurut hukum fiqh Islam. Ini dapat dilihat dari perumusan wakaf dalam hukum adapt yang dikemukakan oleh para ahli hukum adat, diantaranya menurut Hilman Hadikusumo, wakaf adalah memberikan, menyediakan sesuatu benda yang zatnya kekal seperti tanah untuk dinikmati dan dimanfaatkan kegunaannya bagi kepentingan masyarakat menurut ajaran Islam. 23

D. Ruang lingkup perwakafan menurut hukum Islam

a. Ketentuan-ketentuan Dalam Perwakafan Ketentuan dalam perwakafan terdiri dari rukun dan syarat wakaf.

a. Rukun wakaf

1 Wakif pemberi wakaf Orang yang mewakafkan hartanya disebut wakif atau orang berwakaf, sebagai subjek wakaf, wakif memiliki otoritas penuh terhadap harta yang ingin diwakafkan. Dan kebebasan kehendak pewakaf terhadap pemanfaatan harta yang diwakafkan itu atas dasar 22 Abdurrahman, Masalah Perwakafan Tanah Milik dan Kedudukan Tanah Wakaf di Negara Kita, Bandung: Penerbit Alumni, 1979 h.14 23 Hilman Hadikusumo, Ensiklopedi Hukum Adat dan Adat Budaya Indonesia, Bandung: Penerbit Alumni, 1977 h.216 kemauan yang kuat tanpa paksaan apapun untuk melakukan amal baik sebagai sadaqah jariyah. Sedangkan, ibadah sadaqah jariyah dijanjikan pahala yang berkesinambungan, walaupun wakif telah meninggal sekalipun. Untuk menjadi seorang wakif ada beberapa syarat, yaitu: 24 a Orang yang berwakaf mesti sudah cakap bertindak yang sempurna, sehingga ia boleh mentabarru‟kan hartanya yaitu sudah dipandang pantas dan patut untuk melakukan tindakan terhadap hartanya, yakin sudah baligh dan berakal sempurna, serta yang oleh hukum tidak terhalang untuk melakukan perbuatan hukum. b Tidak dalam keadaan terpaksa atau dipaksa. Perbuatan orang yang mewakafkan hartanya harus dengan kerelaan berdasarkan iradah dan ikhtiarnya, bila ia melakukan wakaf karena ancaman, maka wakafnya dinilai tidak sah. c Orang yang berwakag diisyaratkan sebagai pemilik yang sah dari harta yang diwakafkannya. 25 2 Mauquf harta yang diwakafkan Dalam mewakafkan harta, agar dianggap sah, harus memenuhi beberapa syarat, yaitu: 24 Departemen Agama RI, Paradigma baru wakaf di Indonesia, Jakarta: Proyek Pengembangan Zakat dan Wakaf, Direktorat Jenderal Bimas Isam dan Penyelenggara Haji, 2005, h. 32 25 Helmi Karim, Fiqh Muammalah, Jakarta: Raja Grafindo persada, 1997, cet. Ke-2, h.109 a. Barang yang bisa diambil manfaatnya dengan tetap kekal materinya, tidaklah diisyaratkan harta yang diwakafkan itu harus bisa diambil langsung manfaatnya seketika itu juga, karena itu mewakafkan tanah yang tandus untuk diperbaiki baru kemudian ditanami hukumnya sah. b. Benda yan diwakafkan itu mestilah milik sah dari pihak yang berwakaf, harus merupakan benda milik yang terbebas dari segala pembebanan, ikatan, sitaan, dan sengketa, sebab wakaf adalah satu tindakan yang menyebabkan terbebasnya satu kepemilikan menjadi harta wakaf. c. Bukan barang haram atau najis. 26 3 Mauquf „Alaih orang yang menerima wakaf Syarat-syarat mauquf „ alaih adalah qurbat atau pendekatan diri kepada Allah SWT. Wakaf ada dua macam: wakaf ahli wakaf dzurri dan wakaf khairi. Wakaf ahli wakaf dzurri kadang disebut dengan wakaf aulad adalah wakaf yang diperuntukkan bagi kepentingan dan jaminan sosial di lingkunangan keluarga. Sedangkan wakaf khairi adalah wakaf yang diperuntukkan bagi segala amal kebaikan atau untuk kepentingan umum. 27 4 Sighat ikrar wakaf atau pernyataan wakaf dari wakif kepada mauquf „alaih Sighat adalah pernyataan wakif sebagai tanda penyerahan barabg atau benda yang diwakafkan itu, dapat dilakukan dengan lisan maupun dengan tulisan. Sighat itu 26 Adi Jani Al-Alabij, Perwakafan tanah di Indonesia dalam Teori dan Praktek, Jakarta: Rajawali, 1989, cet. Ke-1, h. 31 27 Abdul Halim, Hukum Perwakafan di Indonesia, Jakarta: Ciputat Press, 2005, h. 18