Ruangan dan Kesehatan di atas Kapal

jelas memang kapal yang digunakan adalah kapal pengangkut barang”. Kapal- kapal haji adalah kapal-kapal pengangkut barang yang dilengkapi akomodasi untuk penumpang. karena bila menggunakan kapal-kapal penumpang, maka biaya karcis bagi penumpang akan menjadi terlalu tinggi. 96 Meskipun ada ketetapan syarat-syarat kapal haji ,namun keadaaan di atas kapal jauh dari yang di inginkan oleh penumpang tampak seperti pemindahan para penumpang pada waktu pemuatan batu bara di atas kapal, sedangkan sebelum di gunakan oleh para penumpang tempat-tempat itu tidak bersihkan terlebih dahulu kemudian pengaturan cahaya ventilasi yang tidak selalu efektif dalam dek kapal. 97 Di ketahui definisi kapal yang terinfeksi penyakit adalah kapal yang telah terjangkit wabah kolera, pest dan demam kuning saat di atas kapal baik sebelum keberangkatan ,selama perjalanan atau saat kedatangan selama di karantina. Terminologi ini adalah rekomendasi tertulis dalam konvensi sanitasi internasional yang berlaku untuk Negara koloni penyelenggara haji. Bila awak kapal kedapatan demikian maka dapat bertahan di karantina antara 5 hari sampai 14 hari. 98 Dalam peristiwa ini dalam kebijakan pelayaran haji sebelumnya tahun 1898 telah kita ketahui sebelum Kapal bertolak pergi ke Jeddah, akan diberikan sertifikat Kapal Haji oleh komisi penguji Kapal Haji de Comissie tot Keuring van Pelgrimsschepen sebagai bentuk kelayakan berlayar. 99 Setelah Kapal tiba di Stasiun Karantina Kamaran, persyaratan itu di teliti kembali oleh Dinas Kesehatan Internasional yang berkedudukan di Iskandaria. Dalam beberapa kasus 96 De Indische Gids 1924 h.1035 .dalam Kees van Dijk.Perjalanan Jama’ah Haji..1997:84 97 Surat kawat Snouck Hurgronje kepada yang mulia Menteri Luar Negeri di Leiden, 23 Desember 1908. Gobee,E dan C,Adriaanse. Nasihat-Nasihat C.Snouck Hurgronje.. 1993:.h.1568 98 Jan Hendrik Ziesel.De Pelgrims Quarantaine in de Rood e Zee…1929:45-47 99 Tentang syarat daftar ukur Kapal lihat dalam Staatsblad 1898 no.294 dan Staatsblad 1922 no.698 Pasal 21 badan ini kadang menemukan kapal haji yang berasal dari Hindia Belanda yang tidak memenuhi persyaratan hasil konferensi internasional, M.Saleh Putuhena menggambarkan seperti pada musim haji tahun 1911 : Kapal S.S. Nias ini di temukan tidak memiliki jendela berkaca pada dek penumpang yang gelap karena tidak ada ventilasi yang cukup dan deknya yang berlantai besi tidak ditutupi serta jambannya mempunyai selokan yang sederhana terbagi-bagi, dan tidak dalam keadaan terpisah. 100 Akan tetapi melalui surat perwakilan Belanda pada Dinas Kesehatan InternasionalGezondheidsraad, dugaan tersebut segera dibantah oleh perusahaan pelayaran Nederland yang mengoperasikan Kapal S.S. Nias tersebut. Menurut direktur perusahaan, kapal telah diperiksa di Pelabuhan Embarkasi dan memenuhi segala persyaratan yang berlaku. Keluhan juga datang dari Dinas Kesehatan di Kamaran terhadap kapal h aji “S.S.Ambon” dan “S.S.Malang”, namun hal tersebut juga di bantah oleh pihak perusahaan pelayaran Mij Nederland. 101 Perkembangan berikutnya dalam laporan karantina Kamaran, sebuah kapal haji S.S.Karimata yang tiba di Kamaran tertanggal 31 Juli 1912, kapal tersebut berangkat dari Embarkasi Tanjung Priok dan kemudian singgah di Pelabuhan Padang pada tanggal 16 Juli 1912 dengan mengangkut 1366 jama’ah haji menuju ke Pelabuhan Jeddah. Saat singgah untuk pemeriksaan kesehatan di Karantina Kamaran di dapat 12 jama’ah haji yang meninggal, diketahui karena terkena pest dan kolera saat berada di atas kapal. Namun jumlah jama’ah yang terkena cacar meningkat menjadi 108 karena terjangkit kolera, oleh karena itu para jama’ah dari kapal ini di karantina selama 10 hari. 102 100 M.Saleh Putuhena. Historiografi Haji….2007:180 101 M.Saleh Putuhena. Historiografi Haji….2007:181 102 Jan Hendrik Ziesel.De Pelgrims Quarantaine in de Roode Zee …..1929:123 Peningkatan sarana kesehatan atau kelayakan kapal Haji sendiri kemudian di perbaiki dalam ordonansi Pelayaran Haji berikutnya yaitu tahun 1922. Dalam ordonansi Haji tahun 1922 di atas kapal harus ada persediaan yang memadai dari bahan obat-obatan, kain verban, dan sebagainya. Juga bahan pembersih kuman dan peralatan lainnya. Untuk obat-obatan dan perban biasanya di perlukan untuk 100 penumpang kelas rendah dalam 1 kali perjalanan. Untuk obat pembersih kuman-kuman, suntik serum dokter dan instrument alat-alat kesehatan lainnya di berikan secukupnya di atas Kapal. 103 Dan di haruskan ada 2 dokter berijazah yang berada di dalam Kapal untuk menjaga kesehatan lebih dari 1000 penumpang. 104 Setelah di tetapkannya Undang-undang baru tentang pelayaran haji tahun 1922 yang sebagian besar aspek fasilitas kesehatan kapal, dalam aplikasinya juga kadang di langgar. Dalam laporan Snouck Hurgronje tahun 1923 menilai “dalam anggapan perusahaan-perusahaan kapal uap dan Nahkoda serta para dokter yang bekerja sebagai karyawan, menganggap peraturan-peraturan tersebut menyulitkan dan berlebih- lebihan.” Dalam keadaan diam-diam agar tidak ketahuan, kadang mereka yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan haji bersama jama’ah yang mereka layani kerap melanggar aturan tersebut. 105 Beberapa kasus penyimpangan menimbulkan kekhawatiran tersendiri soal kesehatan di atas kapal. Dan dalam beberapa kasus, penyakit endemik justru di bawa oleh jama’ah haji sendiri, seperti penyakit jama’ah dari Batavia, yang telah terkena disentri, beri-beri ataupun cacar. Hal ini seperti di terangkan oleh awak 103 Staatsblad 10 November 1922 No.698 .Lampiran C pada pasal 9 ayat c 104 Di sini dokter kapal harus melakukan perawatan dan pengawasan kesehatan secara gratis pada semua yang berlayar. Stb 1922 No.698.lihat pasal 7,43,44,dan 45 105 Surat C.Snouck Hurgronje kepada yang Mulia Menteri Daerah Jajahan di Leiden tertanggal 16 Agustus 1923. Nasehat- Nasehat C.Snouck Hurgronje…Jilid VIII,1993:1534. kapal pada musim haji 1927-1928, antara bulan November tahun 1927 sampai bulan April 1928 di temukan 605 jama’ah yang terserang disentri dan 191 jama’ah Haji di antaranya yang tidak terselamatkan atau meninggal dunia. 106 Dalam studi medis lainnya juga di temukan penyakit endemik baru, seperti 2 orang yang meninggal pada perjalanan tanggal 28 Januari 1928 di atas kapal M.S. Kota Intan di Kamaran. Di ketahui menurut dokter pelabuhan sebelumnya di Pelabuhan Embarkasi Tanjung Priok, Hindia Belanda dan hasil diagnosa dokter kapal selama 11 hari perjalanan jama’ah tersebut sudah terkena penyakit cacar air bahkan beberapa jama’ah lainnya terjangkit komplikasi dengan bronkitis. Suatu penyakit menular yang berasal dari Eropa dan menyebar hingga ke kawasan tropis. Penyakit-penyakit endemik tersebut umumnya menular melalui angin laut saat pelayaran, oleh karena itu beberapa penumpang yang tidak mendapat ruangan, dan berada di geladak kapal lebih mudah terjangkit penyakit. 107 Sebagai gambaran jumlah korban yang meninggal di berbagai kapal pada tahun 1927 setelah kepulangan dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 15.a Jumlah jama’ah yang meninggal dalam kapal-kapal Hindia Belanda saat kepulangan ke Pulau Onrust dan Pulau Roebia 3-14 Juli 1927 108 Nama Kapal Jiwa Karantina S.S Ternate S.S Riouw S.S Gorjistan S.S Madioen S.S Simaloer 1 2 3 3 1 Onrust Onrust Onrust Onrust Sabang Namun seiring perbaikan kondisi sanitasi kapal haji sesuai kebijakan pelayaran kapal haji tahun 1922. Dampaknya secara statistik memang angka 106 Jan Hendrik Ziesel. De Pelgrims Quarantaine….1929:24 107 Jan Hendrik Ziesel. De Pelgrims Quarantaine….1929:116 108 Jan Hendrik Ziesel.De Pelgrims Quarantaine in de Roode Zee. 1929:25-26 kematian dalam perjalanan di kapal haji dapat ditekan dan menurun bila pada tahun 1923-1924 kasus kematian mencapai 10 dari seluruh jama’ah Haji, maka pada tahun 1926-1932 turun menjadi 1,9 dari seluruh jama’ah Haji. 109 Berikut persentase angka kematian dari keseluruhan jama’ah Haji di setiap Kapal milik perusahaan-perusahaan pelayaran Haji dengan perbandingan antara Kapal-kapal Hindia Belanda maupun Inggris di Singapura: Tabel 16. a Data persentase angka Jama’ah Haji yang Meninggal di Kapal milik Perusahaan-Perusahaan Pelayaran Haji Tahun 1921-1927 110 Nama Perusahaan Tahun Di Hindia Belanda Kongsi Tiga 1921 1922 1923 1924 1925 111 1926 1927  Maatschappij Nederland  Rotterdamsche Llyod  Mij Oceaan 16,03 12,75 3,82 3,27 _ 5 9,5 2,2 2,5 6,2 2,32 2,92 0,51 3,45 5,93 5,5 5,3 1,5 1,2 3,6 _ _ _ _ _ 4,2 1,3 _ 2,7 _ 4,62 3,55 1,93 2,82 5,61 Di Singapura  Holt  Nemazee Dapat kita lihat bersama persentase analisa perbandingan jama’ah Haji yang meninggal dalam Kapal-kapal milik perusahaan-perusahaan Pelayaran Haji pada tahun 1921 ada pada kapal milik perusahaan pelayaran Belanda atau Kongsi Tiga yaitu Nederland dan Rotterdamsche Llyod. Sebagai perusahaan pelayaran terbesar, secara aspek kesehatan secara detail pada kondisi penumpang Kapal belum diperhatikan terhitung antara 12-16 dari jumlah keseluruhan jama’ah Haji yang menumpang Kapal-kapal Nederland dan Rotterdamsche Llyod telah 109 M.Saleh Putuhena.Historiografi Haji.2007:202 110 Persentase jumlah jama’ah Haji yang meninggal dalam perjalanan maskapai Kongsi Tiga Hindia Belanda dan perbandingannya dengan 2 maskapai pelayaran lainnya milik Inggris di Singapura. Jan Hendrik Ziesel. De Pelgrims Quarantaine…..1929:118-119 111 Masa ini1925 saat terjadi Konflik di Tanah Hejaz saat penyerangan tentara Ibn Saud untuk mengambil alih kekuasaan dari Syarif Husein dan saat itu jama’ah Haji diberi larangan untuk pergi Haji ke Mekkah selama kondisi tidak aman. meninggal dunia. Namun pada tahun berikutnya setelah di terapkannya Ordonansi Pelayaran Haji tahun 1922, 112 yang lebih menekankan Higienis atau peningkatan sarana kesehatan pada semua kapal-kapal pengangkutan jama’ah haji, jumlah jama’ah haji yang meninggal pun mulai menurun. Jumlah jama’ah yang meninggal dalam perjalanan kapal pelayaran haji kemudian meningkat kembali pada tahun 1927 itu pun bersamaan dengan jumlah jama’ah haji yang melonjak signifikan. Untuk pencegahan penyakit endemik jama’ah diberi suntikan anti cacar, di vaksinasi untuk pencegahan kolera dan diberikan avitamin tablet anti beri-beri. 113 Dalam pasal 8 ordonansi pelayaran haji tahun 1922 juga tertulis bahwa setiap kapal haji untuk satu tempat jama’ah minimal 1,50 M 3 .Di permukaan antara dek yang tersedia dan ada tambahan untuk dek utama 0,56 M 3 . Namun di ketahui S.S. Sarvistan yang berangkat dari Hindia Belanda saat tiba pemeriksaan di Karantina Kamaran tanggal 26 Maret 1927 ,kapal berisi 1938 orang. Menurut aturan ukuran yang di bolehkan seharusnya kapal hanya berisi maksimal 1650 orang. Pemaksaan kapasitas ini juga terjadi di beberapa kapal pengangkut haji milik swasta lainnya semisal S.S. Pong Tong dan S.S.Loksun. 114 Memasuki tahun 1928 di ketahui kapal-kapal pengangkutan jama’ah haji ini lebih baik buatannya dari yang terdahulu. Kapal-kapal milik Mij Nederland atau Rotterdamsche misalnya yang khusus untuk jama’ah haji tanpa mengangkut komoditas barang dagang kolonial lainnya. Namun dalam persoalan kesehatan kondisi jama’ah haji dalam pemberangkatan biasanya cukup sehat namun dalam 112 Soal kebijakan tersebut lihat Staatsblad 1922 No.698 113 Jan Hendrik Ziesel.De Pelgrims Quarantaine in de Roode Zee …..1929:112-113 114 Jan Hendrik Ziesel.De Pelgrims Quarantaine in de Roode Zee …..1929:105 kepulangan sering di temui keadaan jama’ah yang lebih buruk. Tahun 1927-1928 saat keberangkatan yang meninggal dalam kapal berjumlah 106 orang, namun saat kepulangan yang meninggal dalam perjalanan kapal haji berjumlah 495 jama’ah. 115 Setelah tahun 1926 pun di ketahui jama’ah yang terkena penyakit endemik cacar dalam kapal-kapal haji milik Kongsi Tiga hanya 2 orang antara 1927-1928. Semakin berkurangnya orang yang terkena penyakit menular di akhir tahun 1928 karena kapal-kapal haji lebih luas dan lebih cepat perjalanannya. Namun dalam analisa perbandingan kapal-kapal Kongsi Tiga dengan kapal-kapal Inggris dari Singapura bahwa orang-orang yang meninggal di kapal-kapal Kongsi Tiga dua kali lebih banyak dari kapal-kapal Hindia Inggris British Indie. Hal ini di duga karena pelayaran kapal-kapal kongsi Tiga lebih lama dan terlalu sering singgah di banyak pelabuhan untuk mengambil penumpang. Bahkan bila pemberangkatan dari Embarkasi Hindia Belanda di sebelah Timur akan memakan waktu lebih dari 4 minggu di dalam kapal. 116 Hal lain yang menyebabkan lebih banyak orang yang meninggal dalam kapal-kapal Kongsi Tiga di banding kapal Holtline milik Inggris adalah cahaya atau ventilasi ruangan untuk para jama’ah dalam kapal Holt lebih baik. Toilet dalam kapal-kapal Jawa juga kurang baik, besar kemungkinan karena besar bagasi dek utama untuk gudang barang terlalu besar padahal itu digunakan para jama’ah 115 Hal-ihwal Perdjalanan Naik Hadji jang laloe di Kamaran 1927-1937.Dalam Pandji Poestaka, No.81 Tahoen XV edisi 8 October 1937. h.1579 116 Hal-ihwal Perdjalanan Naik Hadji jang laloe di Kamaran 1927-1937.Dalam Pandji Poestaka, No.81 Tahoen XV edisi 8 October 1937. h.1580 haji, akibatnya kesulitan dalam membersihkan geladak kapal. Di sisi lain selokan dalam kapal kurang lancar sehingga membuat jama’ah menjadi tidak nyaman. 117 Dalam laporan dinas kesehatan Jawa Barat di Batavia, dalam pemeriksaan sebuah kapal haji, didapat bahwa bagasi dalam ruangan penumpang kelas rendah yang di tempati oleh jama’ah haji mengandung banyak tikus. Bahkan di ruangan tersebut ada kutu air yang terkontaminasi dan mungkin bisa menyebabkan virus cacar. Walaupun dalam pelayanan awal cukup baik untuk jama’ah Hindia Belanda dengan diberikan layanan vaksinasi untuk mencegah cacar kepada semua jama’ah sebelum keberangkatan ke Mekkah dan melihat keadaan ruangan kapal demikian cukup berbahaya bagi kesehatan jama’ah haji. 118 Kapal-kapal terbaru lain milik Kongsi Tiga salah satunya dari perusahaan pelayaran Rotterdamsche Llyod yaitu kapal M.S.Kota Radja dan M.S.Kota Intan. Dalam dua tahun terakhir beroperasi, di dalam kapal di dapatkan kursi untuk para jama’ah haji yang terlihat cukup kotor, kemudian kondisi jamban pada toilet di dapat air yang sulit sekali mengalir secara lancar, menurut Dr.Ziesel hal ini dapat menimbulkan berbagai penyakit kepada para jama’ah. Pada umumnya karena hal ini jama’ah asal Hindia Belanda sering terjangkit beberapa penyakit selama di atas kapal, yaitu bronchitis, penemonia, bacilleri disentri, malaria serta beri-beri dan beberapa penyakit tersebut kadang menimbulkan kematian. Hal itu juga di alami sebuah keluarga di kapal S.S. Deli setelah tiba di Karantina Kamaran pada 27 Januari 1927. 119 117 Jan Hendrik Ziesel. De Pelgrims Quarantaine in de Roode Zee…..1929:114 118 Arsip Nasional Republik Indonesia ANRI. Stukken Betreffende de verbetering van den aanlegsteir van het Quarantainestation op het eiland Kuiper-Batavia .Arsip Department van Burgelijk Openbare Werken:Grote Bundel 1854-1933,Jilid I;1925 No.1965- A 38117-.hal .8-9 119 Jan Hendrik Ziesel. De Pelgrims Quarantaine in de Roode Zee…..1929:115 Problem lainnya yang sebetulnya mendasar adalah persoalan komunikasi bahasa, karena umumnya para dokter kapal atau dokter karantina dari Belanda ini tidak mengetahui bahasa melayu dan kesulitan memahami keinginan para jama’ah haji yang umumnya mengeluh dengan bahasa melayu. Hal ini juga di alami tim kesehatan dari kalangan perawat yang berasal dari Eropa. Oleh karena itu perusahaan pelayaran pengangkut haji semisal Oceaan baru mendayagunakan perawat asal Jawa beberapa tahun kemudian setelah sadar akan hal tersebut. Mengingat kelelahan banyak jama’ah haji selama perjalanan dapat menimbulkan sakit untuk jama’ah bila tidak cepat di tangani. 120

3. Karantina Haji

Sejak tahun 1911 Pulau di seberang pantai Batavia seperti Pulau Onrust telah di fungsikan sebagai karantina orang-orang yang mempunyai penyakit menular seperti yang disebutkan dalam Ordonansi Karantina dan kemudian di tetapkan menjadi Karantina pemeriksaan Kesehatan jama’ah Haji. Dengan kapasitas 1000 seribu orang dan bangunan yang terdiri dari atas 12 barak, rumah dokter, rumah bidan, 5 buah gudang, kantor dan sarana pelabuhan. 121 Pada perkembangannya Karantina Pulau Onrust ini terus di bangun pemerintah dengan 35 unit barak dan tiap barak dapat menampung 100 orang, fungsi ini terus bertahan hingga tahun 1939. 122 Untuk yang berada di Batavia pun biasanya orang- orang yang terindikasi mempunyai gejala penyakit menular tersebut juga akan di 120 Jan Hendrik Ziesel. De Pelgrims Quarantaine in de Roode Zee…..1929:120 121 Geofano Dharmaputra.Bengkel Kapal dan Pemukiman di Pulau Onrust. Dalam kumpulan tulisan dan editor oleh R.Z.Leirissa. Sunda Kelapa Sebagai Jalur Sutra. Jakarta:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1995.h.4 Lihat juga berita De Mailbode voor Passagiers Naar Nederlandsche Indie edisi 2 Maret 1927 122 Pelgrim Quarantaine Barracks dalam Arsip Stukken Betreffende de verbetering van den aanlegsteir van het Quarantainestation op het eiland Kuiper-Batavia .Arsip Department van Burgelijk Openbare Werken:Grote Bundel 1854-1933,Jilid I;1925 No.1965- A 38117-. karantinakan di Kepulauan Onrust. Dalam ordonansi Haji 1922 di tetapkan juga Pulau Kuiper 123 sebagai Karantina pemeriksaan kesehatan jama’ah Haji yang jaraknya sekitar 500 meter di seberang Pulau Onrust. Setiap Kapal yang singgah di Karantina per hari mungkin antara 1-3 Kapal tergantung musim pelayaran, sementara untuk pemeriksaan kondisi kebersihan atau kelayakan fasilitas kesehatan Kapal di kenakan pajak retribusi untuk pemasukan Karantina di terapkan tergantung berat tonnase Kapal. Dalam Javasche Courant di terangkan berat Kapal dengan tonnase 3000 M 3 di kenakan f 15,- per jam, dan untuk kapal dengan tonnase di atas 3000 M 3 sebesar f 20 per jam. Dan bila sampai 5-7 jam bertambah menjadi f 22,50- f 30. 124 Pada tahun 1922 biaya retribusi kapal tersebut naik sedikit menjadi f 30 per -7 jam. 125 Karantina pemeriksaan kesehatan jama’ah Haji ini akan ramai saat musim- musim kepulangan jama’ah Haji, bila jumlah jama’ah sangat banyak maka petugas kesehatan sering kesulitan menangani pasien. Seperti musim Haji tahun 1926-1927 ,dengan melihat terus meningkatnya jumlah jama’ah Haji pada musim- musim sebelumnya 1926-1927 dalam hal karantina pemerintah cukup giat memperbaiki dan meningkatkan fasilitas kesehatan Karantina di dekat Embarkasi Pelabuhan Tanjung Priok, yaitu kepulauan Onrust dan Kuiper ,beberapa sarana perbaikan untuk menunjang kesehatan jama’ah Haji. Inspektur Dinas Kesehatan Jawa Barat tahun 1927 terus menyarankan kepada Departemen Pekerjaan Umum untuk membersihkan kembali kuman-kuman di bangunan kepulauan tersebut dan mengatur dengan rapi waktu pergantian bersandarnya Kapal dengan Maskapai 123 Saat ini berganti nama menjadi Pulau Bidadari 124 Javasche Courant, Dinsdag 5 April 1921 125 Bijblad op het Staatsblad van Nederlandsch Indie 8sten Juni 1922 No.10080 Besmettelijke Ziekten, Quarantaine Tarieven. 1923:77 Pelayaran Haji. Hal ini disampaikan menjelang datangnya musim Haji pada akhir Juni tahun 1927. 126 Oleh karena itu sarana yang paling banyak di lakukan perbaikan dari Karantina dekat Batavia adalah di Pulau Kuiper. 127 Dimulai dari pembersihan kuman dan perbaikan dermaga untuk bersandar Kapal. 128 Kemudian perbaikan infrastruktur bangunan yang dibuat 10-13 barak yang berbeda dan pemisahan antara yang laki dan perempuan, kemudian lahan yang akan diperluas dan perbaikan yang terpenting dalam sarana untuk membersihkan diri kamar mandi. Perbaikan bangunan Karantina di Pulau Kuiper membuat pemerintah harus memaksimalkan peranan pulau Onrust sebagai Karantina Haji saat kepulangan