Keberangkatan Pengangkutan Jama’ah Haji
Pelabuhan yang sama. Pada hari keberangkatan ,surat jalan ini diberikan pada orang yang berhak oleh Kepala Pelabuhan.
144
Pelabuhan di Batavia yang semenjak ordonansi Haji 1898 ditetapkan sebagai embarkasi haji pelgrimshaven untuk berangkat ke Jeddah. Sebenarnya
ini sangat menyulitkan bagi calon jama’ah haji yang berasal jauh dari luar daerah Jawa sepeti di tulis Putuhena
145
:
“Jama’ah Haji yang tinggal dikota pelabuhan embarkasi dan sekitarnya, tentu langsung saja ke pelabuhan pada hari pemberangkatan kapal, sedangkan mereka
yang lebih jauh memilih berangkat ke kota embarkasi beberapa hari sebelum kapal haji bertolak ke Jeddah.Sebagian jama’ah Haji menuju ke pelabuhan atau kota lain
untuk berganti kendaraan. Tidak jarang mereka harus melalui beberapa pelabuhan transfer sebelum tiba di pelabuhan embarkasi.”
Sejak ketetapan 1898 sampai akhir tahun 1903 ,jama’ah Haji yang akan
berangkat ke Jeddah langsung dari Hindia Belanda harus melalui pelabuhan Haji Batavia dan Padang. Selanjutnya pada tahun 1904 Sabang
146
ditetapkan menjadi tambahan pelabuhan Haji melalui Stb 1904 No.97.
147
Untuk menjangkau beberapa daerah pada ordonansi Haji 1922 menetapkan 6 pelabuhan sebagai pelabuhan
embarkasi Haji pelgrimshaven, yaitu Makassar, Surabaya, Tanjung Priok, Emmahaven Padang, Palembang dan Sabang.
148
kemudian pada tahun 1927 Pelabuhan Belawan Deli, Medan di beri kewenangan sebagai Pelabuhan Haji.
149
Jama’ah Haji Hindia Belanda yang berangkat dari Embarkasi Tanjung Priok, Batavia jumlahnya cukup besar. Karena berasal dari berbagai daerah di
144
Surat dari Residen Batavia kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda tanggal 28 Januari 1910 no.21934.
Arsip MGS,28-3-1911 no.273GB.TZG.Ag.58481911
145
M.Saleh Putuhena berdasarkan Indisch Verslag 1921 .Historiografi Haji.,op.cit.2007:172
146
Sabang dekat dengan daerah konflik Perang Aceh, pelabuhan ini terdapat di pulau Rubiah. Sabang dipilih sebagai pelabuhan Haji untuk menekan jama’ah Haji agar tidak ke Singapura.
147
Staatsblad van Nederlandsch Indie 1904 No.97.Batavia:Landsrukkerij,1905
148
Staatsblad van Nederlandsch Indie 1922 No.698.Batavia:Landsrukkerij,1923.Pasal 2
149
Staatsblad 1927 no.508 dalam Kees van Dijk. Perjalanan Jama’ah Haji Indonesia.
1997:82
Pulau Jawa dan beberapa dari daerah-daerah Sumatra. Terutama karesidenan- keresidenan di Provinsi Jawa Barat West Java sebagai penyumbang terbesar
jumlah jama’ah haji di daerah Jawa dan Madura.
150
Mereka yang hendak berangkat ke Jeddah dengan menumpang kapal haji dari Embarkasi Tanjung Priok
di Batavia biasanya menumpang kereta Api untuk yang berada dari daerah luar kota ommenlanden dan kereta-kereta ini akan berhenti di Stasiun Tanjung
Priok.
151
R.A.A Wiranata Koesoema yang hendak berangkat haji pada bulan Maret 1924 dari Tanjung Priok menaiki Kereta Api dari Stasiun Bandung
melewati Cianjur-Sukabumi-Bogor dan terus ke utara sampai Stasiun Gambir, di Weltevreden sampai Batavia Kota melanjutkan ke Stasiun Tanjung Priok.
152
Sedangkan d alam pengangkutan sebagian jama’ah haji dari luar pulau ke
pelabuhan embarkasi di bantu oleh sebuah perusahaan kapal dalam negeri pemerintah Hindia Belanda, Koninklijke Paketvaart Matcshappij KPM.
153
Calon jama’ah haji yang berasal dari luar daerah banyak yang sudah
sampai di Batavia sebelum hari pemberangkatan kapal.
154
Biasanya untuk mereka yang masih mempunyai uang lebih akan menyewa tempat menginap yang di
sewakan oleh orang-orang Betawi atau Arab di Tanjung Priok atau wilayah Kota Batavia. Dan untuk mereka yang membawa uang atau perbekalan seadanya lebih
150
Di Provinsi Jawa Barat j ama’ah Haji paling banyak berasal dari Keresidenan Banten dan
Keresidenan Priangan Timur dalam 10 tahun terakhir. Lihat data Indisch Verslag 1931 Statistich
Jaaroverzicht van Nederlandsch Indie. Batavia: Landsrukkerij,1931
151
Di daerah Serang Banten, Sebelum adanya kereta api calon jama’ah banyak yang
menggunakan kereta kudadelman ke Batavia. Lihat gambar angkutan darat Haji pada Achmad Djajadiningrat. Kenang-Kenangan.op.cit,. 1936:224. Lihat juga Memori Serah Jabatan 1921-
1930 Jawa Barat I Judul Asli: Memorie van Overgave 1921-1930. Jakarta:ANRI, 1980
152
R.A.A Wiranatakoesoema.Perdjalanan Saja ke Mekah.1925:10. Perjalanannya juga dimuat dalam De Locomotief edisi 21 Maart 1924.
153
Johan Eisenberger.Indie en de Bedevaart naar Mekka. 1928:171. Perusahaan pelayaran yang berdiri semenjak tahun 1888 dan berkantor pusat di Noordwijk, Batavia.Lihat Alwi
Shahab.Batavia Kota Banjir.Jakarta:Republika,2009.h.155
154
Lihat dalam proses verbal keberangkatan jama’ah Haji, dalam laporan Mukhlis Paeni
Tim Penyusun. Biro Perjalanan Haji Di Indonesia Masa Kolonial. 2001:24-26
banyak menginap di sekitar pelabuhan Tanjung Priok untuk menunggu waktu keberangkatan Kapal Haji sambil menunggu pemeriksaan kesehatan oleh dokter-
dokter pelabuhan havenarts di Tanjung Priok.
155
Perlu diketahui bahwa fasilitas untuk persediaan pemondokan bagi jama’ah haji di wilayah tempat embarkasi sebagaimana di sarankan oleh Snouck
Hurgronje kepada pemerintah ,dalam suratnya kepada Residen Batavia “untuk
pengelolaannya itu di percayakan kepada pribumi yaitu orang-orang Banten, beberapa orang Jawa atau orang Betawi “orang-orang yang dianggap memenuhi
syarat untuk mendapat izin memberikan pemondokan calon jama’ah haji karena
mereka dilihat sudah cukup lama dalam menjalankan usaha tersebut .”
156
Namun kondisi di Pelabuhan Tanjung Priok sendiri saat musim-musim haji kadang terjadi
pemerasan atau penipuan terhadap calon jama’ah haji yang sebagian besar kerap
di lakukan oleh para pribumi di wilayah Tanjung Priok, Batavia.
157
Dalam hal minimal pembiayaan yang harus dibawa jama’ah, pemerintah
membuat rincian besaran minimal pembiayaan jama’ah haji selama di tanah Hijaz
hingga 1914 di tetapkan oleh Syarif besar Mekkah pada tahun 1908 biaya minimal kebutuhan selama di tanah suci f 133,55,
158
sedangkan beberapa puluh tahun kemudian di masa Ibn Sa’ud tahun 19251926 besaran minimal kebutuhan
jama’ah haji selama di Mekkah naik menjadi f 867.
159
Dalam laporan kolonial tahun 1931; bahwa antara tahun 1925 sampai 1930 biaya yang harus dipersiapkan
155
Pemeriksaan Dokter Pelabuhan sesuai Quarantaine Ordonantie dalam Stb 1911 No.277
156
Surat Snouck Hurgronje kepada Residen Batavia di Batavia, tertanggal 23 Desember 1905 Nasihat-Nasihat C.Snouck Hurgronje..op,cit.
Jilid VIII.1993:1571-1572.
157
Surat Snouck Hurgronje kepada yang Mulia Gubernur Jenderal di Batavia, tertanggal 20 Januari 1905.lihat Nasihat-Nasihat C.Snouck Hurgronje...Jilid VIII.1993:1502-1503.
158
Arsip Nasional Republik Indonesia. 1911 Pelgrimregister dalam Arsip Algemene Secretaries Tzg Agenda: Seri Grote Bundel,
1892-1942.No.6558 Tzg Ag.19115848-1911
159
Indisch Verslag 1931. h.130
oleh seorang jama’ah haji adalah sebesar f 867,61 , namun di awal masa depresi
ekonomi biaya tersebut naik hingga f 1000 dengan rincian kebutuhan pengeluarannya sebagai berikut:
TABEL 18.a Biaya Minimal untuk per orang
jama’ah Haji asal Hindia Belanda Tahun 1930