Sarana Transportasi Laut Perkembangan Ekonomi dan Infrastruktur Pelabuhan di Batavia

dan Minyak Kelapa. Bahan-bahan tersebut di antara beberapa bahan pokok yang menjadi komoditas dagang makanan yang di ekspor dari Pelabuhan Tanjung Priok. Dalam hal lain di pelabuhan ini juga cukup banyak produksi perkapalan. 79 Memasuki tahun 1912 sejalan dengan perkembangan ekonomi yang pesat di Hindia Belanda, Pelabuhan Tanjung Priok memiliki transaksi perdagangan hingga f 201.114.233 pada tahun 1913, 80 serta ada ribuan kapal yang datang hilir mudik ke pelabuhan Tanjung Priok, berikut data yang didapat: Tabel 2.a Data Jumlah Kapal Masuk Pelabuhan Tanjung Priok 81 Tahun Jumlah Kapal Masuk Netto 1912 1666 2.786.557 1913 1606 2.929.841 1914 1687 5.106.886 Karena di rasa luas pelabuhan yang terlalu kecil, dan kebutuhan untuk menampung jumlah kapal yang terus meningkat, kemudian pada tahun 1912 pelabuhan mengalami perluasan dengan pembangunan satu pelabuhan luar dan tiga kuala basinkolam dalam. 82 periode kedua pembangunan kolam pelabuhan II tahun 1914 dan kolam pelabuhan III IV sejajar pantai dibangun tahun 1915 sampai dengan tahun 1920, dengan mengalami perluasan sehingga dapat lebih menampung kapal-kapal milik berbagai perusahaan pelayaran. 83 Perluasan itu dengan pendirian stasiun, serta terusan air kali ancol kali mati sepanjang 9 Km 79 Laporan dagang Hindia Belanda dalam Handbook of The Netherlands East Indies 1930. Buitenzorg: Division of Commerce of the Agriculture, Industry and Commerce,1939.h.149 80 Jaarverslag van der Haven Tandjong Priok 1913.Weltevreden:F.B.Smits,1914.h.4 81 Jaarverslag van der Haven Tandjong Priok 1912 -1914 82 Pelabuhan Luar mencakup perairan seluas 140 hektar ditutupi 2 dam ,dan tanggul pelabuhan yang panjang keseluruhannya 4500 meter. 83 De Haven van Tandjong-Priok dalam De Indische Gids edisi 15 Juli 1924.h.735 yang di gali dari Ciliwung untuk menghubungkan Pelabuhan Tanjung Priok dengan kota lama oud Batavia. 84 Perkembangan perusahaan-perusahaan pelayaran sangat sibuk hilir mudik di Pelabuhan Tanjung Priok, baik perusahaan dalam Negeri milik Hindia Belanda atau perusahaan-perusahaan pelayaran milik swasta asing. Dalam laporan tahunan pelabuhan hingga tahun 1915 setidaknya ada 10 Negara yang Kapal-kapal dagangnya sering mengunjungi Pelabuhan Tanjung Priok baik dalam kepentingan angkutan komoditas dagang maupun jasa pengangkutan penumpang antar Negara. Kapal atau armada dagang tersebut di antaranya Belanda dengan 192 armada, Prancis 5 armada, Inggris 117 armada, Swedia 1 armada, Norwegia 5 armada, Denmark 2 armada, Cina 5 armada, Jepang 32 armada, Amerika 1 armada, dan Jerman 6 armada. Dengan rekapitulasi hingga mencapai 1623 kedatangan ke Pelabuhan ini dalam waktu satu tahun, dan di dominasi oleh angkutan milik dalam negeri Koninklijke Paketvaart MaatschappijKPM dengan 366 armadanya. 85 Kapal-kapal milik KPM yang berdiri sejak 1888 di Tanjung Priok sangat dominan dalam lalu lintas di teluk Batavia dengan beberapa nama kapalnya menggunakan nama Belanda. untuk trayek antar Pelabuhan semisal Rumphius, dengan tonnase 1246 M 3 ,melayani rute Surabaya- Batavia setiap 14 hari. Kemudian kapal Droogdok dengan tonnase 966 M3, melayani rute Belawan Deli- Batavia dan sebaliknya. 86 Rute Batavia-Deli juga menjadi trayek perusahaan 84 Kompleks Pelabuhan antara Tanjung Priok dan Batavia Weltevreden dihubungkan dengan suatu jalan raya dan rel kereta listrik yang terdiri atas dua jalur. Handbook of The Netherlands East Indies 1930 …..1939:h.411 85 Jaarverslag van Haven Tandjong Priok 1915.Weltevreden:F.B.Smits,1916.h.118-119 86 Regeerings Almanak voor Nederlandsch-Indie over het jaar 1914. Tweede Gedeelte. Weltevreden: Landsrukkerij,1915.h.218-219 swasta Firma van Nie en Co. dengan Kapal de Weert bertonnase 965 M 3 . 87 Trayek lainnya dengan tonnase 1019,35 M 3 -1019,55 M 3 dengan rute Pelabuhan Surabaya-Batavia-Tegal- Bagan Api Api- Singapura, dan kembalinya. 88 Kapal- kapal ini sangat membantu angkutan calon jamaah antar pulau untuk mengantar ke Pelabuhan Embarkasi. 89 Sedangkan perusahaan-perusahaan swasta dengan bendera Inggris yang menjadi saingan terberat Belanda, turut bisnis di Pelabuhan Tanjung Priok dan beberapa pelabuhan di Hindia Belanda dalam transaksi barang dan jasa, beberapa perusahaan besarnya terpisah pengklasifikasiannya dengan perusahaan pelayaran di daerah jajahan Singapura seperti Blue Funnel, A.Holt, atau Nemazee. 90 Beberapa Perusahaan-perusahaan pelayaran dengan bendera Inggris lainnya seperti Oceaan S.S. Co, China Mutual S.N.Co, Asiatic S.N.Co, British Indie S.N.Co, Burns Philip Line, W.Austr J.S., Australia-East Indies Line, Sun Shipping Co, Prince Line, Hain S.S., Andere, dan sebagainya. 91 Selanjutnya beberapa perusahaan dengan bendera dan asal dari negeri Belanda ,antara lain Mij Nederland, Rotterdamsche Llyod, Java-Bangelen lijn, Java New York lijn, Java-Pacific lijn, Mij Oceaan, Ned.Kol.Petroleum.Mij, Java- China Japan lijn cabang, dan sebagainya. Perusahaan-perusahaan pelayaran Mij Nederland dan Rotterdamsche Llyod adalah perusahaan besar yang paling aktif sejak akhir abad ke-19 bersama KPM. Satu perusahaan pelayaran Belanda yang 87 Regeerings Almanak 1914…Tweede Gedeelte.1915:226-227 88 Regeerings Almanak 1914…Tweede Gedeelte.1915:224-225 89 Johan Eisenberger.Indie en de Bedevaart naar Mekka.Leiden:M.Dubbeldeman.1928.h.24 90 Perusahaan-perusahaan pelayaran Inggris tersebut sering turut serta dalam pengangkutan jamaah haji di Pelabuhan Tanjung Priok antara tahun 1921-1929 91 Jaarverslag van Haven Tandjong Priok over het jaar 1912. 1913:12. besar lainnya adalah Java-China-Japan-Line perusahaan pelayaran yang didirikan pada tahun 1911. 92 Dalam kurun waktu antara tahun 1917 hingga 1926 intensitas jumlah kapal yang merapat ke Pelabuhan Tanjung Priok terus meningkat, menandakan semakin ramainya transaksi perdagangan di Pelabuhan ini. Berikut data hilir mudik jumlah kedatangan Kapal ke Pelabuhan Tanjung Priok: Tabel 3.a Data Tonnase Jumlah Kapal Masuk Pelabuhan Tanjung Priok 93 Tahun Jumlah kedatangan Kapal di Pelabuhan Kubik meter Bruto 1917 1918 1919 1920 1921 1922 1923 1924 1925 1926 1402 1386 1641 1751 1901 1996 2144 2197 2243 2399 10 427 970,- 9 258 829,- 13 379 796,- 15 134 860,- 17 909 137,- 17 919 653,- 19 808 537,- 21 514 976,- 22 239 673,- 24 350 489,- Di pelabuhan tersebut mobilitas kapal-kapal milik maskapai pelayaran Koninklijke Paketvaart Maatschappij KPM, Stoomvaart Maatschappij Nederland SMN, dan Rotterdamsche Llyod RL yang paling dominan. Dalam satu minggu saja rata-rata terdapat 20 Kapal dari tiga maskapai pelayaran ini yang melakukan bongkar muat di Tanjung Priok. 94 Saat itu Pelabuhan Tanjung Priok menjadi pelabuhan internasional terbesar di wilayah Hindia Belanda. Dalam pemberitaan majalah pemerintah De 92 Statistiek van de Scheepvaart in Nederlandsch-Indie over het Jaar 1928. semengesteld bij hoofdkantoor van Scheepvaart Weltevreden: bij F.B. Smits, 1929.h.2-5 93 Jaarverslag van Haven Tandjong Priok 1926. Weltevreden:Landsrukkerij,1927.h.8 94 Dalam ketentuan bongkar muat, bongkar muat barang-barang dalam Kapal di Pelabuhan dilakukan pada malam hari dan hari libur.Razief.Pasar Tenaga Kerja ,Pengawasan dan Upah di Pelabuhan Tanjung Priok….2010:241 Indische Gids pada tanggal 15 Juli 1924 disebutkan jenis-jenis pelabuhan baik ukuran besar maupun ukuran sedang yang berada dalam teritorial Hindia Belanda, di antaranya yaitu: Tabel 4.a Jenis dan Ukuran Pelabuhan di Hindia Belanda 95 Jenis Pelabuhan Nama Pelabuhan Wilayah Ukuran Besar Tandjong-Priok Batavia Surabaya Semarang Cilacap Belawan-Deli Medan Emmahaven Padang Makassar Tanah Jawa Sumatra Celebes Ukuran Sedang Cirebon Banyuwangi Banjarmasin Pontianak Bengkulu Palembang Amboina Menado Tanah Jawa Borneo Sumatra Amboina Celebes Pelabuhan ini sangat vital untuk memfasilitasi ekspor dan impor Jawa Barat bahkan Hindia Belanda, data ekspor dan impor pada tahun 1928 transaksinya menyumbang 9,7 dari keseluruhan perdagangan pelabuhan di Hindia Belanda, transaksi perdagangannya dapat mencapai f 521.624,21,-. 96 pemasukan Pelabuhan di peroleh dari tarif Bea cukai, tarif retribusi Kapal, penyewaan peralatan Pelabuhan, tarif perbaikan kapal-kapal di Pelabuhan, dan pendapatan lainnya. Pemasukan tersebut untuk pemeliharaan dan pengawasan Pelabuhan Tanjung Priok, bahkan sekaligus perawatan pelabuhan lama Batavia. 97 95 De Haven van Tandjong-Priok dalam De Indische Gids edisi 15 Juli 1924. 96 Handbook of The Netherlands Indie 1930.1939:411 97 Notulen der 113 de Vergadering van de Commissie van Bijstand in het Belang van het Beheer van de Haven Tandjong-Priok, Op Vrigdag 16 December 1927 in het Gebouw der Koninklijke Paketvaart Maatschappij te Weltevreden. Weltevreden:Landsrukkerij,1928.h.1150-1153 Setelah memasuki masa depresi ekonomi di Hindia Belanda sejak awal tahun 1930-an perusahaan pelayaran dan pengangkutan mengalami kemerosotan drastis, berdampak semakin menurunnya jumlah kedatangan kapal ke Pelabuhan dan otomatis menurunnya nilai transaksi perdagangan di Pelabuhan Tanjung Priok. Antara tahun 1930-1932 penurunannya hingga 9 dari tahun-tahun sebelumnya. 98 Demikian angin liberalisasi bertiup di Hindia Belanda hingga kekuasaan Belanda berakhir. meskipun ada sedikit pengetatan pada tahun 1930-an ketika terjadi depresi ekonomi dan serbuan produk Jepang. Dan hingga tahun 1936 Batavia dengan 94 pelabuhan lainnya di Hindia Belanda di tetapkan sebagai pelabuhan internasional. Hal ini merepresentasikan lalu lintas pelayaran, dan perdagangan internasional berkembang pesat di sebagian besar wilayah Hindia Belanda. Dalam bidang pelayaran domestik, pemerintah Kolonial Belanda juga memberikan kesempatan yang luas kepada perusahaan pelayaran swasta melakukan pelayaran domestik. Pengendoran monopoli Belanda itu juga sejalan dengan semakin kuatnya armada pelayaran KPM dalam pelayaran domestik. 99 Batavia sebagai EmbarkasiDebarkasi Haji Pelabuhan Tanjung Priok, di Batavia di tetapkan sebagai salah satu Pelabuhan Embarkasi dan Debarkasi haji Pelgrims Haven dalam ordonansi pelayaran Haji tahun 1898 dan 1922. 100 Dan semenjak lama di ketahui Pelabuhan Tanjung Priok di Batavia menjadi tempat keberangkatan calon jamaah haji dari 98 De haven van Tandjong Priok, Al Maar door Achteruit. dalam De Indische Gids 1932 99 Singgih Tri Sulistyono.Dinamika Kemaritiman dan Integrasi Negara Kolonial dalam kumpulan tulisan Indonesia Dalam Arus Sejarah Jilid IV:Kolonisasi dan Perlawanan. Jakarta.KEMENDIKBUD,2012.h.109 100 Lihat Staatsblad 1898 26 October No.294 dan Staatsblad 10 November 1922 No.698 Jawa, dan Madura dan beberapa jamaah dari daerah Timur, yang rata-rata presentasenya antara 75-80 sebelum tahun 1922. Seperti laporan Pelabuhan tahun 1921 ada 23.665 jamaah berangkat dari Pelabuhan Tanjung Priok dari total jamaah haji asal Hindia Belanda masa itu yang berjumlah 28.795 jamaah. 101 Pelabuhan yang jaraknya cukup jauh dari kehidupan kota akses untuk ke pelabuhan para calon jamaah harus menumpang transportasi Kereta api bila menggunakan jalur darat dan harus transit terlebih dahulu di stasiun kota Batavia, kemudian turun di Stasiun Tanjung Priok. Bila melalui jalur laut calon jamaah harus menumpang kapal-kapal KPM untuk menuju Pelabuhan, atau ada alternatif lain menggunakan perahu-perahu nelayan melalui Sungai atau Pelabuhan lama Batavia melalui kanal Ancol keluar di Dermaga 1 Pelabuhan Tanjung Priok. Semenjak pertama kali pemerintah menetapkan tempat-tempat Pelabuhan haji tahun 1898 banyak jamaah haji dari daerah bagian Tengah dan Timur Pulau Jawa naik kapal haji dari Pelabuhan Tanjung Priok. Namun sebelum perluasan kolam dalam Pelabuhan Tanjung Priok dan masih kurangnya akses transportasi menuju Batavia dari pedalaman desa, hingga tahun 1912 beberapa calon jamaah haji dari daerah selatan kadang dari pelabuhan di daerahnya menggunakan kapal pos langsung menuju Pelabuhan Singapura untuk mencari kapal haji ke Jeddah. Hal tersebut seperti terlihat pada tahun 1905 ,dimana banyak orang Priangan yang menumpang kapal melalui Pelabuhan Ratu untuk langsung menuju Singapura. Bahkan karena hal itu beberapa kapal milik Kongsi Tiga menjemput hingga ke 101 Jaarverslag van der Haven Tandjong Priok 1921.Weltevreden:F.B.Smits,1922.h.27 Pelabuhan di selatan Jawa Barat tersebut untuk mengangkut jamaah haji dan kemudian menghubungkan satu trayek baru yaitu Pelabuhan Ratu-Jeddah. 102 Dalam perkembangannya Pelabuhan Tanjung Priok selalu menjadi pelabuhan paling ramai yang dikunjungi perusahaan pelayaran yang juga memfasilitasi pengangkutan jamaah haji menuju ke Jeddah. Tidak hanya perusahaan-perusahaan Kongsi Tiga yang di kontrak pemerintah Hindia Belanda untuk mengangkut jamaah haji, 103 bahkan ada beberapa agen perusahaan pelayaran milik swasta yang memfasilitasi pengangkutan jamaah haji, baik milik perseroan Arab maupun Inggris. 104 Di ketahui sejak abad ke-19 tempat yang sering menjadi embarkasi atau debarkasi jamaah haji adalah Pelabuhan Batavia, Singapura, Penang dan Padang. Namun kesibukan pengangkutan jamaah haji lebih banyak di antara dua pelabuhan utama masing-masing Negara, Hindia Belanda dengan mengandalkan Tanjung Priok di wilayah Batavia, sementara Inggris mengandalkan Pelabuhan yang telah di buat tahun 1819 yaitu Singapura, seperti tergambar berikut ini : Tabel 5.a Kapal -Kapal Haji yang datang ke Tanjung Priok dan Singapura Tahun 1893 Kepulangan Tanggal berangkat dari Pel. Jeddah Nama Kapal Jumlah Jamaah Haji Tujuan Akhir 10 Juli 1893 10 Juli 1893 15 Juli 1893 Amarapura Lyilops Drenta 1186 22 115 Tj.Priok,Batavia Tj.Priok,Batavia Tj.Priok,Batavia 102 Ini mungkin salah satu kasus yang ketahuan oleh pemerintah .Surat Snouck Hugronje kepada yang mulia Gubernur Jenderal di Batavia, tertanggal 20 Januari 1905.Nasehat-Nasehat C.Snouck ….Jilid VIII.1993:1502-1503 103 Perusahaan-perusahaan pelayaran yang disebut Kongsi Tiga di kontrak sejak 1873 dan mempunyai hak penuh a tas pengangkutan jamaah Haji Hindia Belanda sejak 1874. Lihat “Politik Haji 1899” dalam Kumpulan Karangan Snouck Hurgronje Jilid VIII. Jakarta: INIS, 1993. h.110 104 Perusahaan pelayaran Inggris dan Arab telah melaksanakan bisnis jasa pengangkutan jamaah Haji dari Batavia ke Jeddah sejak tahun 1858. Bahkan orang-orang Arab di ketahui sejak masa-masa sebelumnya. Lihat S.Keijzer. De Bedevaart den Inlanders naar Mekka.Leiden:Gualth Kolff,1871.h.61-62 17 Juli 1893 21 Juli 1893 25 Juli 1893 26 Juli 1893 26 Juli 1893 1 Agustus 1893 5 Agustus 1893 6 Agustus 1893 7 Agustus 1893 30 Agustus 1893 13 Septem. 1893 28 Oktober 1893 17 Novem. 1893 Knight of John Sentor Argamenan Ocampo Glaucus Laertes Soenda Arion Samoa Bellerophon Dencalion Antenor Patroekes 1084 268 204 1012 304 222 150 100 2500 325 800 117 7 Singapura Tj.Priok,Batavia Singapura Singapura Tj.Priok,Batavia Singapura Tj.Priok,Batavia Singapura Tj.Priok,Batavia Tj.Priok,Batavia Tj.Priok,Batavia Tj.Priok,Batavia Tj.Priok,Batavia Sumber:Data M.Dien Majid,2008 105 Sebagai pelabuhan utama Hindia Belanda pada abad 20 pengawasan kesehatan terus di galakkan pun demikian sebagai Pelabuhan pemberangkatan Haji yang di tetapkan dalam ordonansi Haji 1898 dan 1922. 106 Setelah ordonansi Haji 1922 di tetapkan Tanjung Priok bersama beberapa Pelabuhan lainnya seperti: Makassar, Surabaya, Palembang, Emmahaven, Sabang ,Belawan-Deli Stb 1927 No.508, dan Semarang Bijblad No.10236,11018,11780 selain menjadi tempat pemberangkatan jamaah haji juga menjadi tempat pemeriksaan kondisi kesehatan jamaah haji sebelum naik ke kapal haji. 107 Saat berkecamuknya penyakit endemik pada musim-musim haji, hal ini telah menjadi permasalahan kompleks karena sebenarnya warga-warga di daerah Batavia sendiri sering terjangkit penyakit menular seperti kolera, cacar, disentri, tipus, pes, malaria dan sebagainya, yang pada awalnya di akibatkan karena sanitasi kanal-kanal kota yang kurang baik dan prilaku warganya yang kurang bisa menjaga kebersihan. Di sisi lain penyakit endemik yang mendera jamaah haji 105 M.Dien Majid.Berhaji di Masa Kolonial.2008:122 106 Lihat Stb 1898 No.289 dan Stb 1922 No.698 107 Regeerings Almanak voor Nederlandsch Indie 1938: Eerste Gedeelte. Batavia: Landsrukkerij,1938.h.279 dalam perjalanan kapal-kapal pengangkutan haji ada indikasi juga di bawa oleh jamaah haji itu sendiri dari tempat tinggalnya di Batavia seperti kolera. 108 Hal demikian yang membuat pemerintah meningkatkan pengawasan kesehatan baik di dalam kota maupun di kawasan transit Pelabuhan walaupun penanggulangannya terlihat lamban. Di kawasan Pelabuhan Tanjung Priok sendiri terdapat poliklinik dan rumah sakit, dalam kurun waktu 4 tahun antara 1922-1925 rumah sakit ini cukup sibuk dalam menangani pasien meningitis dan umumnya paling banyak adalah buruh pelabuhan yang terkena malaria. 109 Dan selama itu saja sudah ada 345 orang yang meninggal dunia karena tidak tertolong. 110 Dalam pengklasifikasian Direktur Pendidikan ,Keagamaan dan Kerajinan Hindia Belanda, Pelabuhan Tanjung Priok sebagai percontohan pelabuhan karena memenuhi kualifikasi sebagai Pelabuhan kelas 1 yang fasilitasnya memenuhi standar kesehatan, dengan memiliki fasilitas untuk penempatan dokter-dokter Pelabuhan dan stasiun Karantina di dekatnya serta kelengkapan alat-alat penunjang kesehatan lainnya. 111 Dalam penanganannya Dokter-dokter pelabuhan akan memeriksa kesehatan jamaah sesaat sebelum naik ke kapal haji agar dapat diberikan suntikan serum sementara untuk kekebalan tubuh. Pelabuhan Tanjung Priok secara fungsional bagi jamaah haji terintegrasi dengan dengan Stasiun Tanjung Priok sebagai akses menuju Pemerintahan Pusat 108 Pada tahun 1927 terdapat 2 hingga 30 orang terjangkit penyakit epidemi kolera. Lihat Jan Hendrik Ziesel.De Pelgri ms Quarantaine in de Roode Zee…1929:21 109 Wabah awal yang mengagetkan pada tahun 1917 karena ada 123 orang yang meninggal. banyak buruh pelabuhan yang meninggal akibat tidak punya tempat tinggal seperti orang-orang Banten. Untuk ini lihat Jaarverslag van Tandjong Priok 1918.Weltevreden:J.B.Santos,1919.h.3 110 Di Batavia sendiri paling banyak meninggal akibat penyakit Malaria hingga 200an orang. Dan kebanyakan adalah orang dewasa di atas 16 tahun lihat. Jaarverslag van Haven Tandjong Priok 1925. Weltevreden:Landsrukkerij,1926.h.4 111 Lihat Staatsblad 1911 No.277.Batavia:Landsrukkerij,1912.pasal 15-16. Lihat juga Bijblad op het Staatsblad van Nederlansch Indie.Deel XLV No. 7400. Batavia:Landsrukkerij,1912 di Batavia dan sarana infrastruktur kesehatan yaitu Karantina Haji, yaitu Pulau Kuiper dan Onrust yang berada di seberang pantai utara Batavia. 112 Karantina ini telah di fungsikan sebagai sarana kesehatan sejak tahun 1911 oleh pemerintah kolonial sebagai upaya penanggulangan penyebaran penyakit endemik dan di gunakan juga untuk pengawasan kesehatan jamaah haji baik sebelum pemberangkatan maupun untuk jamaah yang pulang dari Mekkah. 113

2. Sarana Transportasi Darat

Untuk sarana dalam angkutan darat, sejak akhir abad ke-19 pemerintah Hindia Belanda telah membangun jalan kereta api dan jalan tram. Dengan di bukanya pelabuhan Tanjung Priok, sarana transportasi umum di Batavia pun ikut berkembang pesat pada akhir abad 19 hingga abad 20. Sarana pengangkutan untuk kebanyakan penduduk antara lain adalah Sado, Kereta Kuda, sepeda dan Tram. Tram sendiri mulai di bangun tahun 1881 untuk uap dan tram listrik sejak tahun 1899. Pada tahun 1871 Batavia membuat jalur kereta api pertamanya sepanjang 9 Km oleh Nederlandsch Indische Spoorweg Matschappij NIS. Seiring berkembangnya pembangunan jalur kereta api tersebut pada masa awal abad 20 ini berkembang pula pemukiman-pemukiman baru yang tumbuh di sisi-sisi jalur kereta api antara wilayah Tanah Abang-Tangerang-Rangkas Bitung, kemudian Kemayoran di sebelah timur dan Cideng di sebelah barat. Pemekaran kota pada saat itu bergerak ke arah selatan hingga kotapraja Meester Cornelis, dengan pembangunan daerah lainnya Gondangdia, Menteng dan Kramat. Artinya 112 Staatsblad van Nederlansch Indie. 1922 No.698 Stoomvaart Pelgrims Batavia: Landsrukkerij,1923 113 Geofano Dharmaputra. Bengkel Kapal dan Pemukiman di Pulau Onrust. Dalam kumpulan tulisan dan editor oleh R.Z.Leirissa. Sunda Kelapa Sebagai Jalur Sutra. Jakarta:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1995.h.5 .lihat juga Staatsblad van Nederlansch Indie. 1911 No.277 Besmettelijke. Geneeskundige Dienst Batavia: Landsrukkerij,1912 pembangunan pelabuhan Tanjung Priok tidak hanya berpengaruh pada perkembangan transportasi tetapi juga pada pemekaran kota Batavia. 114 Integrasi jalur kereta Api dengan Pelabuhan utama Tanjung Priok ini juga menjadi peran vital dalam akses transportasi daratan para calon jamaah Haji dari beberapa daerah pedalaman di Pulau Jawa. Seperti beberapa pengalaman penulis perjalanan haji para pribumi asal Hindia Belanda; P.Adriani, Achmad Djajadiningrat, atau bupati Wiranata koeseoma. 115 Mereka menceritakan kendaraan kereta api sebagai angkutan para calon jamaah haji ke embarkasi Tanjung Priok, dan dalam ulasannya mereka menggambarkan haru perpisahan calon jamaah haji dengan keluarga atau kerabat dari stasiun Kereta dalam perjalanan awal menuju Batavia sebelum melanjutkan ke Stasiun Tanjung Priok. Setidaknya pembangunan jalur Kereta Api yang telah di usahakan di bangun pemerintah yang pada niat awalnya adalah hanya untuk pengangkutan komoditas ekspor dagang dari pedalaman selatan Jawa kemudian berkembang menjadi alat transportasi angkutan pribumi dari berbagai daerah ke kota-kota pelabuhan di Jawa, khususnya Jawa bagian Barat. Karena Setiap tahun sebagian besar jamaah haji adalah para petani, termasuk di dalamnya nelayan dan peternak. Pertumbuhan jamaah haji ini karena mereka banyak yang mengandalkan pembiayaan haji dari menjual hasil perkebunan dan pertanian hal itu seperti di afdeling Meester Cornelis bila di Batavia dahulu banyak lahan pertanian dan perkebunan sebagaimana halnya di Karesidenan Priangan. 116 114 Uka Tjandrasasmita dan Tim Penyusun.Sejarah Perkembangan Kota Jakarta.2000:70 115 P.Adriani. De Bedevaarten naar Arabie en de Verspreiding der Epidemische …1899:178, lihat AchmadDjajadiningrat.Kenang-Kenangan.1936:223R.A.A.Wiranatakoesoema.Perdjalanan Saja ke Mekah. Weltevreden:Balai Poestaka, 1925. no.719.h.9 116 M.Saleh Putuhena.Historiografi Haji Indonesia.Yogyakarta:LKiS,2007.h.161 Sementara beberapa jalan kereta api yang telah dibangun pemerintah Hindia Belanda yakni: jalur Buitenzorg-Jogjakarta dengan cabang-cabangnya, jalur Batavia-Tanjung Priuk. Serta jalan kereta api yang dibangun oleh swasta yakni jalur Semarang-Vorstenlanden-Willem 218, jalur Batavia-Buitenzorg, jalur Batavia-Kedung Gedeh. Pembangunan jalur-jalur tersebut telah berdampak pada percepatan mobilitas manusia di Batavia. Hingga tahun 1919 ada beberapa Stasiun yang telah di bangun di Batavia dan mempunyai penjadwalan yang rapi antara lain Tanjung Priok, Batavia Zuid, Batavia Noord, Noord Wijk, Koningsplein, dan Kemayoran. 117 Hingga tahun 1921 usaha untuk membangun angkutan umum yang menghubungkan semua afdeling di Keresidenan dengan kota Batavia selalu mengalami kesulitan dalam hal pendanaan. 118 117 De Mailbode voor Passangers 1 Jaargang No.15 edisi 3 October 1919 118 Memori Residen Batavia, J.D.Hunger 3 Maret 1922. dalam dokumen Memori Serah Jabatan 1921-1930 Jawa Barat. Jakarta:ANRI, 1980.h.xxxi