Keadaan Politik Dalam Negeri
“Pembendungan tersebut pastilah jauh lebih sulit sekarang daripada dulu, mengingat sarana komunikasi yang sudah lebih mudah. Didaerah-daerah yang
sudah lama Haji merupakan tujuan cita-cita yang disukai banyak orang, sebaliknya saya menganggap bahwa pada umumnya semua perlawanan
terhadap penambahan jumlah haji akan sia-sia, bahkan lebih dari itu, tak pantas
dianjurkan.”
46
Cara terpenting untuk itu adalah seharusnya pengawasan terus-menerus terhadap ilmu-ilmu Islam yang berkembang sekitaran penduduk.
47
Atau cara lain dengan mengalirkan semangat pribumi ke arah lain, maksudnya seperti
mengayunkan pribumi menuju kebudayaan Belanda, untuk menjauhkan keinginan untuk berhaji.
48
Karena persoalan ini, dalam penanggulangannya menurut Hurgronje
dalam tulisannya tentang “politik Haji” tahun 1899 ,pemerintah juga harus membuat peraturan secara hati-hati terhadap jabatan
penghulu ,anggota dewan ulama, guru pesantren dan seterusnya, mekanismenya harus sebagai berikut:
“Setiap guru pesantren atau langgar, untuk dapat menempati kedudukan itu.harus terlebih dahulu mendapat izin bupatinya, dan izin ini akan diberikan
sesudah memperoleh keterangan yang diperlukan mengenai kelayakan bekerja, prilaku, dari kepala distrik dan pihak berwajib lainnya. Jika kelak ternyata ia
telah berbuat hal yang tidak baik atau memberikan ajaran yang membahayakan,maka izin tersebut akan dicabut, atau diambil tindakan yang
lebih keras terhadap orang yang telah membuat pelanggaran. Sewaktu-waktu sang guru harus melaporkan kitab-kitab apa yang dipergunakan untuk memberi
pelajaran, berapa banyak jumlah muridnya dan dari mana asal mereka.”
49
Pengamatan ini merunut secara kronologis akibat dari pemberontakan pribumi Muslim yang dalam perspektif kolonial dari gerakan Tarekat namun juga
dikaitkan dengan perkembangan haji di Nusantara. Di wilayah Batavia sendiri,
46
Surat Snouck Hurgronje kepada Sekretariat Umum di Batavia, 26 Maret 1890 . Gobee,E dan C,Adriaanse. Nasihat-Nasihat C.Snouck Hurgronje Semasa Kepegawaiannya Kepada
Pemerintah Hindia Belanda;1889-1936. Jakarta: INIS, 1993. Seri Khusus INIS Jilid VIII.h.1411
47
C.Adrianse E Gobee…Nasihat-Nasihat C.Snouck Hurgronje…Jilid X h.1413
48
Tulisan Snouck dalam Nederland en de Islam, dikutip oleh M.Aqib Suminto.Politik Islam Hindia Belanda:Het Kantoor voor Inlandsche Zaken.
Jakarta:LP3ES,1985.h.96
49
C.Snouck Hurgronje.Kumpulan Karangan Snouck Hurgronje.Jakarta:INIS,1993, Jilid VIII. h.112
pengawasan begitu ketat dilaksanakan pemerintah koloni. seperti kasus sanksi yang diberikan kepada seorang Mu’alim di Onderdistrik Meester Cornelis tahun
1901.
50
Tidak hanya itu, tragedi 1888 di Banten Utara yang dampaknya sudah tersebar seantero Jawa saat itu, membuat pemerintah Hindia Belanda di Batavia
geram dan juga melakukan pengawasan ketat terhadap perkembangan Tarekat- Tarekat di Pulau Jawa yang paham ortodoksinya membenci kaum kafir atau
berideologi seperti Haji Wasid dan kawan-kawannya.
51
Ini yang membuat pemerintahan Hindia Belanda sejak lama untuk mengambil inisiatif bersikap
preventif dengan begitu ketat mengawasi para pengajar-pengajar alumni haji yang telah berguru ke Timur Tengah.
52
Pada tahun 1907 C.Snouck Hurgronje selaku penasehat urusan pribumi memberikan saran lewat suratnya kepada Gubernur Jenderal cukup perkembangan
ajaran-ajaran Islam yang perlu mendapat pengawasan Kolonial di daerah-daerah khususnya di Karesidenan Batavia. Karena tindakan preventif yang berlebihan
50
Pengawasan ini terlebih karena Batavia sebagai Pusat Pemerintahan Hindia-Belanda, Dalam sebuah laporan tahun 1901 bahwa seseorang bernama Muhammad Tayib dari Jambi walaupun
orang pendatang setelah pulang Haji dia telah lama memberikan pelajaran agama di wilayah Meester Cornelis dan dianggap mencurigakan karena dua kitabnya yang berjudul Tanbih Ul-
Islamiyyah dan Huddatul Qawim diduga oleh Pemerintah Daerah Batavia sarat dengan politik.
Namun hal itu diluruskan oleh C.Snouck Hurgronje bahwa tidak terdapat hal yang mencurigakan dalam ortodoksi isi dua kitab tersebut, mungkin hanya kesalahan idiom dalam bahasa Arab ke
Melayu.“Telegram C.Snouck Hurgronje dari Kutaraja kepada Residen Batavia tanggal 10 Agustus 1901”, lihat dalam Nasihat-Nasihat C.Snouck Hurgronje Semasa Kepegawaiannya Kepada
Pemerintah Hindia Belanda;1889-1936. Jakarta:Seri Khusus INIS, Jilid X, 1994.h.2093-2094
51
Pasca geger Cilegon 1888, di beberapa daerah memang telah timbul salah paham sehingga Tarekat seperti Naqsyabandiyah harus dilarang ajarannya
.“Surat C.Snouck Hurgronje dari Serang sebagai jawaban kepada Sekretaris Pertama Pemerintah atas surat tertanggal 24 Juli 1890. No.197,
Bulan Agustus 1890 ”, lihat dalam Nasihat-Nasihat C.Snouck Hurgronje.,Ibid. h.2067-2068
52
Secara nyata seperti terlihat di Residen Batavia, suatu penggerebekan tahun 1894 yang dilakukan oleh dirumah Muhali, dan para pengikutnya karena diduga memiliki kitab yang berisi
dalil-dalil ajaran Haji Muhammad Saleh Mantare yang dianggap berpaham sama dengan Haji Wasid di Banten. “Surat Snouck Hurgronje kepada Sekretaris Pemerintah Residen Banten tanggal
14 Maret 1894 ”, lihat dalam Nasihat-Nasihat C.Snouck Hurgronje. Jilid X.1994;h.2072-2074
dapat menimbulkan efek yang lebih buruk bagi pemerintah.
53
Di Afdeling Kota Batavia sendiri jumlah orang-orang yang pergi untuk ibadah Haji ke Mekkah terus
meningkat, pada musim haji tahun 19071908 jumlahnya 196 Jamaah, kemudian pada tahun berikutnya 19081909 naik mencapai 279 Jamaah.
54
Perkembangan ideologi yang mewakili kelompok perlawanan lainnya yang di awasi Pemerintah Hindia Belanda ialah perkembangan Komunisme yang
mendunia setelah revolusi Bolshevik tahun 1917 di Rusia dan menjadi topik pemberitaan di media-media pemerintah Hindia Belanda.
55
Kenapa demikian, pihak Komunis sendiri selalu memberikan propaganda anti-penindasan penjajah
di tanah Hindia bagi perkembangan Nasionalisme Muslim yang diwakili Sarekat Islam waktu itu, hal itu kemudian menginisiasi berdirinya PKI tahun 1924 yang
berawal dari pecahnya Sarekat Islam faksi S.I. Merah.
56
Smentara rezim sosialis sendiri yang di dirikan pada tahun 1917 di Rusia, menurut Akira Nagazumi
mereka mempunyai kepentingan yang sama atas jamaah haji. Sejak tahun 1925 Kedutaan Inggris dan Belanda menduga adanya kegiatan
propaganda Soviet yang di tujukan kepada para jamaah haji di Mekkah melalui selebaran-selebaran anti penjajahan barat, dan mengkhawatirkan pengaruhnya atas
gerakan-gerakan kaum nasionalis di negeri jajahan.
57
Puncak gerakan Komunis di Hindia Belanda adalah pemberontakan kaum Komunis oleh PKI kepada
53
Surat Snouck Hugronje kepada Residen Batavia tertanggal 7 Oktober 1907 dalam Nasihat- Nasihat C.Snouck
…. Jilid X.1994:2088
54
ANRI. Arsip Eeredienst-De Afdelingsgewijs ingerichte aschrift Pelgrimregister 1907-1911. Tzg.GB.Ag 191116340 No.6570
55
Lihat dalam De Mailbode Official orgaan voor Passangers naar Nederlandsch-Indie edisi 14 November 1919
56
Lihat perkembangan Nasionalisme “Kaoem Betawie” dalam J.Th.Petrus Blumberger. De Nationalistische Beweging in Nederlandsche Indie.
Dordrecht-Holland:Forris Publication,1987
57
Akira Nagazumi.Pemberontakan Partai Komunis Indonesia dan Pengaruhnya atas Jamaah Haji:1926-1927.
dalam kumpulan tulisan Indonesia dalam Kajian Sarjana Jepang oleh Akira Nagazumi.Jakarta:Yayasan Obor Indonesia,1986.h.215-216
penjajahan Belanda pada tanggal 12 dan 13 November 1926 yang bermula di Banten dan Batavia.
58
Pemberontakan pihak Komunis di Batavia pada hari Jum’at
tanggal 12 November 1926 pukul 16.00 petang, saat huru-hara tersebut berdampak kemudian hanya sedikit sekali warga Muslim Batavia yang meminta
surat jalan pas Haji kepada Bupati Regentschap untuk menunaikan Haji ke Mekkah karena mereka rasa tidak aman untuk keluar wilayah.
59
Dan pemberontakan PKI tersebut berhasil di padamkan pemerintah pada pertengahan
Desember tahun 1926. Situasi saat itu pemerintah cemas bila Mekkah dan Madinah di bolehkan
secara terang-terangan untuk menjadi pusat propaganda anti kolonial Belanda. Ancaman lainnya adalah propaganda kepada jamaah haji di Mekkah oleh
kelompok Komunis, untuk itu usaha Menteri Luar Negeri Belanda untuk menjaga hubungan dengan Arab Saudi terus di upayakan. Pemerintah Saudi sendiri
menegaskan kembali “bahwa Mekkah bukanlah tempat yang aman bagi mereka yang ingin menentang penguasa Kolonial di tanah airnya, dan di Mekkah kita
hanya mempelajari Agama”. Hal itu cukup menyenangkan hati Konsulat dan
Pemerintah Belanda untuk menetralisir pihak-pihak Komunis.
60