tahun 1933-1934 sudah tidak ada lagi jama’ah haji asal Hindia Belanda yang
berangkat melalui Pelabuhan Singapura ataupun Penang.
65
Masa-masa depresi ekonomi penghasilan rata-rata pribumi per kapita menurun jauh dibandingkan dengan kebutuhannya.
66
Dan seringkali di hadapkan pada keharusan dalam mengeluarkan uang dalam jumlah yang besar dalam waktu
yang bersamaan, sedangkan mereka seringkali tidak mempunyai simpanan jangka panjang.
67
Karena itu sering di jumpai orang-orang pribumi yang mengadakan perjanjian kredit dengan bunga tinggi.
68
Dampak depresi ini menyebabkan penurunan drastis jumlah orang-orang yang berangkat haji dibandingkan tahun-
tahun sebelumnya.
69
Seperti daerah-daerah di Jawa Barat dan Jawa Tengah yang biasanya berangkat dari Pelabuhan Tanjung Priok,Batavia dari jumlah 13941
jama’ah tahun 1930 menurun menjadi 8442 jama’ah pada tahun 1931.
70
B. Pelayanan dan Fasilitas Kapal-Kapal Haji
1. Administrasi
Sudah sejak lama penyelesaian administrasi untuk berangkat haji dari Hindia Belanda dinilai cukup menyulitkan. Ini tidak lain dampak dari beberapa
65
Indisch Verslag 1939: Statistich Jaaroverzicht van Nederlandsch Indie. Deel II Batavia: Landsrukkerij,1940.h.138
66
Akibat bencana dari kesulitan uang ini, selama masa depresi ekonomi beribu-ribu petani terpaksa menggadaikan tanah mereka untuk jangka waktu yang lama. Hutang-hutang melilit
penduduk di Pulau Jawa dan akibat sosial lainnya dari kesulitan uang adalah sebagian besar penduduk harus merasa puas dengan makanan yang jauh lebih rendah mutunya, dan hal itu
menimbulkan keadaan kekurangan gizi pada masyarakat umumnyaSumitro Djojohadikusumo.
Kredit Rakyat Pada Masa Depresi… 1989:37-38
67
Seumpamanya untuk menyelenggarakan resepsi yang bersifat sosial keagamaanyang ditentukan oleh adat. Dan untuk praktik tradisi perayaan keagamaan lain seperti sunat,
perkawinan anak-anaknya lalu pemberangkatan Haji.
68
Sumitro Djojohadikusumo. Kredit Rakyat Pada Masa Depresi. Jakarta:LP3ES,1989. hal.14-15
69
Menurut Vradenbergt bahwa faktor ekonomi sangat berdampak pada sarana keuangan seseorang untuk melakukan ibadah haji. Lihat Jacob Vradenbergt.Ibadah Haji:Beberapa Ciri dan
Fungsinya…1997:28
70
Indisch Verslag 1931. Batavia: Landsrukkerij,1931.Deel II. h.129. dan Indisch Verslag 1932.
Batavia: Landsrukkerij,1932.Deel II. h.114.
kebijakan Kolonial yang di nilai mengikat terhadap keinginan calon jama’ah Haji
lalu berdampak beberapa jama’ah memilih kapal atau tempat lain untuk berangkat ke Mekkah. Permasalahan di lapangan semisal tahun 1904 adalah karena uang
perjalanan haji yang harus mereka tunjukan kepada petugas setempat saat di atas kapal dalam jumlah besar itu di anggap menyusahkan.
71
Beberapa calon jama’ah
bahkan harus meminjam uang terlebih dahulu dengan bunga mahal kepada para broker yang berada di tempat,
72
serta tidak jarang di temukan menyuap juru tulis atau penjaga keamanan agar proses administrasi berjalan dengan lancar.
Kemudian pada tahun 1905 di tetapkan dalam Stb 1905 No.288 pemerintah menghapuskan ketentuan pemeriksaan besaran uang perjalanan para calon
jama’ah haji untuk ke Mekkah.
73
Di sisi lain p ara jama’ah haji kadang menghindarkan diri dari peraturan-
peraturan pemerintah Hindia Belanda yang mereka anggap administrasinya menyulitkan. Seperti laporan Konsulat Van der Meulen ta
hun 1927 “bila sebelumnya
jama’ah menghindar karena kekurangan dana maka kemudian masa- masa pergolakan mereka yang menghindar adalah yang mungkin telah menjadi
pemberontak di tanah Hindia ”. seperti Mahdar tokoh komunis yang pada 12
71
Hal ini merujuk kepada aturan perjalanan haji tahun 1859 yang berlaku beberapa puluh tahun soal keharusan menunjukkan jumlah uang perjalanan haji sebesar f 500. Lihat Staatsblad
van Nederlansch Indie. 6 July 1859 No.42 Bedevaartgangers Batavia: Landsrukkerij,1860.h.1
lihat juga Surat Snouck Hurgronje kepada yang Mulia Gubernur Jenderal, di Batavia 19 Mei 1904. Nasihat-Nasihat C.Snouck Hurgronje.1993:1421
72
Karena kegiatan ini menimbulkan golongan baru dari kalangan Haji yaitu para pemberi pinjaman Haji. Lihat dalam De Wolf van Westerrode, Rapport betreffende het landbouwcredit-
onderzoek in de Preanger Regentschappen,1904 dikutip dalam tulisan Jacob Vradenbergt.Ibadah
Haji Beberapa Ciri dan Fungsinya di Indonesia.op.cit. 1997:25
73
Surat dari Snouck Hurgronje di Kutaraja Aceh, 7 September 1900 kepada yang Mulia Gubernur Jenderal Hindia Belanda.
Nasihat-Nasihat C.Snouck Hurgronje,Jilid VIII.1993:h.1419 Lihat juga peraturan penghapusan pemeriksaan uang jama’ah dalam Staatsblad 6 Mei 1905
No.288,Stoomvaart Bedevaartgangers. Batavia:Landsrukkerij,1906
November 1926 tengah malam di selundupkan ke Jeddah tanpa melalui paspor dan tiket, ia naik kapal Armenistan milik perusahaan pelayaran Nemazee.
74
Masalah lainnya adalah saat tertahannya surat jalan jama’ah Haji,
beberapa kejadian yang dilaporkan oleh Konsulat Belanda di Jeddah bahwa banyak calon
jama’ah Haji surat jalannya tertahan oleh agen Kapal, sehingga mereka terlantar di Tanjung Priok. Pada bulan September 1909 N.Scheltema
,Konsul Belanda di Jeddah yang menjabat antara periode 1905-1911 menerangkan permasalahan proses administrasi saat calon
jama’ah Haji hendak melakukan pemberangkatan di Embarkasi Haji Tanjung Priok, Batavia untuk berangkat ke
Jeddah. Dan berikut abstraksi proses verbal administrasi Haji yang di urus oleh agen perjalanan pengurusan Haji :
“
Madsajoeti telah diberikan surat jalan ke Mekkah dari daerahnya di Bandung pada tanggal 19 Juni 1909 bernomor 223”
“
Madbari telah diberikan surat jalan ke Mekkah dari daerahnya di Bandung pada tanggal 19 Juni 1909 bernomor 226”
“
Saidin telah diberikan surat jalan ke Mekkah dari daerahnya di Pamekasan pada tanggal 16 Juli 1909 bernomor 33”
“
H. Mohd Jasin diberikan surat jalan ke Mekkah dari daerahnya di Pamekasan pada tanggal 19 Juni 1909 bernomor 17”
“
Said Alwi diberikan surat jalan ke Mekkah dari daerahnya di Pamekasan pada tanggal 06 Juli 1909 bernomor 1”
Mereka semua akan berangkat dengan Kapal S.S. Wysses dari Tanjung Priok, Hindia Belanda.
Madsajoeti dan Madbari yang sudah menerima surat dari H.Ishak, telah 2 minggu dari desa mereka pergi ke Batavia dan menerima karcis pulang pergi.menurut
H.Ishak mereka harus ditinggalkan pada agen. Mereka tinggal 8 hari di Batavia dan berangkat dari Tanjung Priok menuju
Mekkah. Setelah melakukan pemeriksaan kesehatan. Saidin menerangkan bahwa surat jalannya di Pamekasan ditulis oleh wedana atas
permintaan dari H.Moh. Ramli dan surat jalan itu kemudian diberikan kepadanya dan diterangkan bahwa Saidin akan memperoleh surat jalan nanti di Tandjung
Priok setelah adanya pemeriksaan kesehatan.
74
Akira Nagazumi.Pemberontakan Partai Komunis Indonesia dan Pengaruhnya atas Jama’ah Haji:1926-1927…1986:216