Urgensi Kompilasi Hukum Perbankan Syari’ah

267 perbankan syariah ke depan, juga memiliki tantangan persaingan yang lebih tajam. Tantangan utama bagi pelaku bank syari’ah nasional dengan lahirnya UU Perbankan Syariah adalah adanya pembebasan pemilikan bank umum syariah oleh badan hukum Indonesia dengan warganegara asing danatau badan hukum asing secara kemitraan secara langsung Pasal 9 maupun melalui bursa efek merupakan tantangan yang sangat besar ke depan bagi warganegara dan badan hukum Indonesia dalam kepemilikan bank syariah ke depan. Demikian pula pembebasan penggunaan tenaga kerja asing Pasal 33 ayat 1 dapat merupakan tantangan besar bagi warganegara Indonesia sebagai pengelola dan atau pekerja di perbankan Syariah. 123 Tantangan lainnya adalah prinsip syariah yang menjadi dasar produkjasa perbankan syariah dituangkan dalam Peraturan Bank Indonesia oleh Komite Perbankan Syariah berdasarkan fatwa Majelis Ulama Indonesia Pasal 26. Hal ini dapat membatasi produkjasa yang dapat dilakukan perbankan syariah di Indonesia. Suatu produkjasa perbankan syariah yang dapat dilakukan perbankan syariah di dunia internasional bisa saja tidak dapat dilakukan di Indonesia.

b. Urgensi Kompilasi Hukum Perbankan Syari’ah

Hadirnya hukum perbankan syari’ah dalam ranah sistem hukum nasional merupakan pengejawantahan dari semakin tumbuhnya pemikiran dan kesadaran untuk mewujudkan prinsip hukum sebagai agent of development hukum sebagai sarana pembangunan, agent of modernization hukum sebagai sarana modernisasi dan hukum sebagai a tool of social engineering sarana rekayasa sosial. 124 Namun dengan bertambahnya kewenangan tersebut belum diimbangi dengan kesiapan sarana hukum sebagai rujukan hakim dalam memutus Mie , 70. 123 rza Gamal, Harapan dan Tantangan Bank Syariah 124 Neni Sri Imaniyati, Hukum Ekonomi dan Ekonomi Islam dalam Perkembangan Bandung: Mandar Maju, 2002 268 perkara. 125 Oleh karena itu adanya produk legislasi yang mengatur tentang ekonomi syari’ah sudah sangat mendesak dan urgen yang pasti akan dirasakan oleh para hakim di lingkungan Peradilan Agama. 126 Pesatnya perkembangan lembaga-lembaga ekonomi yang berbasis syari’ah perlu payung hukum yang cukup memadai dalam mengatur perilaku bisnis yang berlandaskan syari’ah, tidak cukup hanya berbekal pada doktrin hukum fikih semata. Sebab sebagai lembaga yang diberi kewenangan untuk menyelesaikan sengketa ekonomi syari’ah, kendatipun Pengadilan Agama telah lama diakui eksistensinya 127 namun hakimnya masih belum memiliki buku standar yang dapat dijadikan rujukan secara bersama layaknya KUHP, apalagi kewenangan di bidang ekonomi syari’ah adalah kewenangan yang baru, praktis Hakim Pengadilan Agama masih mengandalkan kitab-kitab fikih produk ijtihad para Imam Madzhab sebagai bahan rujukan utama. Padahal menurut Joseph Schacht 128 kitab-kitab fikih madzhab yang diakui mempunyai otoritas yang mapan bukan merupakan kitab hukum, cakupan hukum Islam di situ bukan menjadikan kitab fikih tersebut menjadi undang-undang a corpus of legislation, tetapi merupakan hasil yang hidup dari ilmu hukum. Tanpa suatu standarisasi atau keseragaman landasan hakim dalam menyelesaikan sengketa, akibatnya banyak putusan yang berbeda dari kasus yang sama dari masing-masing hakim antar Pengadilan Agama, sehingga muncul ungkapan “different judge different sentence” lain hakim lain pendapat dan 125 M. Yahya Harahap, Informasi Materi Kompilasi Hukum Islam : Mempositifkan Abstraksi Hukum Islam, Mimbar Hukum edisi No. 5 Thn III, Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama, Jakarta, 1992, 26. 126 Hartono Mardjono, Prospek Berlakunya Hukum Muamalah di Indonesia Sebuah Kenangan 65 Tahun Prof. Dr. Busthanul Arifin, S Jakarta: PP-IKAHA, 1994, 336. 127 Lembaga ini dibentuk sejak tahun 1882 ditempat-tempat yang ada landraad Pengadilan Negeri-nya, bahkan sebelum secara formil diakui oleh pemerintah pada tahun 1882 tersebut, Pengadilan Agama telah diterapkan secara riil. Begitu juga pada tahun 1760 telah diterbitkan compendium freijer yang menghimpun materi hukum perkawinan dan waris Islam yang dijadikan pedoman menyelesaikan sengketa antar orang-orang Islam. 128 Joseph Schacht, An Introduction to Islamic Law edisi terjemahan Pengantar Hukum Islam Yogjakarta: Islamika, 2003, 106. 269 putusannya. Dari sudut teori hukum berarti produkproduk putusan Pengadilan Agama bertentangan dengan prinsip kepastian hukum. 129 apabila putusan Pengadilan Agama selalu didasarkan pada doktrin fikih, maka para pihak yang berperkara dalam kesempatan yang diberikan oleh Majelis Hakim bisa saja mengajukan dalih dan dalil ikhtilâfi dan mereka menuntut hakim untuk mengadili menuru dapat dipandang sebagai upaya unifikasi madzab dalam hukum Islam. 1 ma, -putusan hukum yang berdisparitas tinggi dan bercorak ara hukum dan supremasi “ rule of law” yakni keunggulan kekuasaan hukum. t pendapat dan doktrin madzhab tertentu yang diikutinya. Keberadaan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang ekonomi syari’ah yang akan datang adalah untuk mengisi kekosongan hukum subtansial yang dijadikan rujukan oleh para hakim di lingkungan Peradilan Agama dalam menyelesaikan sengketa ekonomi syari’ah, mengingat masih tersebarnya hukum materiil Islam khususnya yang berkenaan dengan ekonomi syari’ah di berbagai kitab fikih muamalah, 130 sehingga gagasan legislasi fikih muamalah 31 Kedudukan undang-undang tentang ekonomi syari’ah nantinya adalah sebagai norma ukuran, kaidah hukum resmi dan baku bagi Pengadilan Aga maupun masyarakat muslim dan para pencari keadilan sehingga terwujud: 132 1. Kesatuan landasan hukum unified legal frame work dan keseragaman pandangan hukum unified legal opinion sehingga dapat dihindarkan dan diperkecil putusan “ketidakpastian”. 2. Membina kepastian penegakan hukum, agar dapat direalisir kehidupan neg 129 Munawir Sadzali, Pengadilan Agama dan Kompilasi Hukum Islam, Dalam Peradilan Agama dan Kompilasi Hukum Islam KHI dalam Tata Hukum Indonesia Yogyakarta,UII Press, 1993, 2. 130 M. Yahya Harahap, Informasi Materi, 436. 131 M. Yahya Harahap, Informasi Materi, 432 132 Matardi, Kompilasi Hukum Islam Sebagai Hukum Terapan di Pengadilan Agama, Mimbar Hukum edisi no. 24 tahun VII Jakarta, Al-Hikmah ,1996, 31. 270 3. Memberi perlakuan yang sama equal treatment ini smilar cases sehingga undang-undang ekonomi syari’ah dapat dan mampu berperan menegakkan prinsip “Predictable” yakni dapat diperkirakan kebenaran putusan yang akan diberikan oleh hakim Pengadilan Agama. Dari beberapa uraian di atas tergambar betapa pentingnya legislasi fikih muamalah yang mengatur tentang ekonomi Islam pasca amandemen Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1989, bahwa untuk memutus suatu perkara di pengadilan tidak cukup hanya berlandaskan fatwa ulama, pendapat para ahli fikih maupun kitab-kitab klasik yang berisi pendapat hukum para imam madzhab sekitar 13 abad yang lalu. Oleh karena itu legislasi fikih muamalah adalah sebagai upaya mempositifkan “nilai-nilai” hukum Islam yang berkenaan dengan ekonomi syari’ah secara terumus dan sistematis dalam “kitab hukum” atau positivisasi hukum Islam. 133 Dengan demikian, kehadiran undang-undang yang mengatur kegiatan ekonomi syari’ah akan datang tidak perlu diperdebatkan lagi, karena kehadirannya di satu sisi untuk memenuhi kebutuhan hukum masyarakat, di sisi lain secara subtansial akan dijadikan sebagai landasan bagi hakim Pengadilan Agama dalam menyelesaikan sengketa ekonomi syari’ah. Selanjutnya diperlukan intervensi negara dalam pembentukan dan pengaturannya karena berhubungan dengan ketertiban umum dalam pelaksanaannya. Kehadiran Undang-Undang Perbankan Syariah tentu sangat penting. Bagi kalangan praktisi, UU Perbankan Syariah menjadi legitimasi paling akurat untuk menjalankan praktik perbankan syariah, Selain itu, adanya daya dorong kepada pemerintah pusat dan daerah untuk melaksanakan sistem ekonomi dan perbankan berbasis syariah. Di sisi lain, kehadiran Undang-undang Perbankan Syari’ah yang tidak matang akan memunculkan masalah baru bagi perkembangan perbankan syari’ah di Indonesia. 133 Matardi, Kompilasi Hukum Islam, 434. BAB V Secara historis, embrio tentang pemisahan kekuasaan lembaga negara dapat dilacak sejak zaman Yunani Kuno, karena pada saat itu sudah ada istilah konstitusi yang bersifat materiil. Distingsi antara politea dan nomoi sudah terdengar sejak zaman Aristoteles, peran kedua aturan ini bertingkat, yakni, politea itu mempunyai kekuasaan membentuk dan posisinya lebih tinggi dari pada nomoi atau undang-undang biasa. 1 Dari kesimpulan diatas dapat ditelusuri melalui tahapan periode sebagai pembagian sejarah tumbuh kembangnya lembaga negara dalam mengawal tugas-tugas pemerintahan, periode itu antara lain; Pertama, pada masa Yunani Kuno, abad ke-4 SM sampai abad ke-6 M. Pada masa ini, demokrasi yang diterapkan adalah demokrasi langsung direct democracy, artinya rakyat membuat keputusan-keputusan politik dan dijalankan secara langsung oleh seluruh warga negara. Di mana warga negara memiliki hak dan kewajiban yang sama di depan hukum, merumuskan undang-undang, dan tidak didiskriminasi dalam proses perumusan kebijakan negara. 2 Praktik demokrasi langsung untuk pertama kalinya diterapkan di negara- kota city-state Athena,Yunani Kuno. Praktik demokrasi inilah yang menjadi salah satu faktor bagi munculnya gagasan, ide, dan lembaga demokrasi pasca kekalahan negara- kota Athena dari Sparta. Yaitu, terbentuknya negara kesejahteraaan walfare state, yang digagas oleh filsuf Yunani Kuno, seperti Plato, Aristoteles 384-323 sM, M. Tullius Cicera 106-43 SM, dan lainya. Periode kedua, abad pertengahan 600-1400 M. Masa ini ditandai oleh pola kehidupan negara yang bersifat feodalistik dan mengagung-agungkan bangsawan, Gereja sebagai lembaga agama di bawah kepemimpinan Paus memainkan peran sangat besar, bahkan gereja membawahi negara. Pada masa ini pula, banyak terjadi perebutan kekuasaan untuk mempengaruhi raja yang dilakukan oleh para bangsawan, dan munculnya konsep demokrasi melalaui Magna Charter Piagam Besar diakhir abad pertengahan sebagai tonggak perkembangan gagasan demokrasi. Piagam ini berintikan perjanjian antara kaum bangsawan dan raja John di Inggris, untuk mengakui dan menjamin hak-hak privileges rakyat sebagai imbalan bagi penyerahan dana pada kerajaan untuk membiayai kebutuhannya. Selain itu, piagam ini juga memuat dua prinsip yang sangat mendasar: pertama, 1 Aristoteles melanjutkan karangan Plato 429-347 sM, karangan tersebut adalah: 1 Politeia the Republic, yang ditulis ketika ia masih muda;2 Politicos the Statesman; dan3 Nomoi the Law. Buku pertama – Politea – ditulis ketika Plato merasa sangat prihatin melihat keadaan negaranya yang dipimpin oleh orang-orang yang haus akan harta, kekuasaan, dan gila hormat. Pemerintahan yang sewenang-wenang yang tidak memperhatikan penderitaan rakyatnya telah menggugah Plato untuk menulis buku ini, dimana ia mengangankan eksistensi suatu negara yang ideal sekali sesuai dengan cita-citanya; suatu negara yang bebas dari pemimpin negara yang rakus dan jahat, tempat keadilan dijunjung tinggi. Satya Arinanto, Hak Azasi Manusia Dalam Transisi Politik Di Indonesia, Jakarta: Pusat Studi Hukum Tata Negara-Fakultas Hukum- Universitas Indonesia, 2005, cet. Ke-2, 70. 2 Mo Mahfud MD, Demokrasi dan Konstitusi di Indonesi, Jakarta: Univ. Atmajaya, 2000, cet. Ke- 2, 58. 1 adanya pembatasan kekuasaan raja; kedua, hak asasi manusia lebih penting dari kedaulatan negara. Periode ketiga, abad renaisance 1350-1600 M dan reformasi 1500-1650 M. Renaisance adalah ajaran yang ingin menghidupkan kembali minat pada kesusastraan dan kebudayaan Yunani Kuno yang selama abad pertengahan disisihkan. Sedangkan reformasi adalah revolusi agama yang terjadi di Eropa Barat yang berkembang menjadi asas-asas protestanisme, seperti perjuangan menentang kekuasaan sewenang-wenang atas nama agama, desakralisasi kekuasaan gereja, memperjuangkan kebebasan beragam, kebebesan berfikir, kebebasan mengemukakan pendapat. Singkatnya, setelah 1350-1600 M dan reformasi 1500-1650 M Montesquieu 1689-1755 memunculkan pemikirannya bahwa kekuasaan pemerintah yang tidak dibatasi akan terjadi penyimpangan atau penyalahgunaan kekuasaan, hukum yang adil dapat menjadi sebaliknya, buruk dan bahkan keluar dari tujuannya, hal ini disebabkan oleh terpusatnya kekuasaan pada satu orang atau satu lembaga saja. Pendapat tersebut dituangkan Montisquieu dalam teori pemisahan kekuasaan atau the separation of power dalam bukunya. 3 Kekuasaan negara haruslah dipisah-pisahkan ke dalam tiga fungsi, pertama, fungsi legislatif the legeslative function agar tidak terjadinya penumpukan kekuasaan dalam satu lembaga, sehingga dapat menimalisir penyelewengan atau penyalahgunaan wewenang oleh lembaga yang menaungi kekuasaan tersebut, 4 kedua, fungsi eksekutif the executive or administratif function dan yudisial the judicial function. 5 Fungsi legislatif dikaitkan dengan peran kekuasaan parlemen 3 L’Esprit des Lois The Spirit of the Laws sebagai solusi yang nyata terhadap sejarah peradaban manusia dalam memimpin sebuah pemerintahan, khususnya dalam dunia hukum dan politik. Teori ini sebelumnya sudah dirumuskan oleh John Locke 1632-1704 dalam bukunya Two Treatises on Civil Government 1690. Two Treatises on Civil Government 1690 yang ditulisnya sebagai kritik atas kekuasaan absolut dari raja-raja Stuart serta untuk membenarkan revolusi Gemilang tahun 1688 The Glorius Revolution of 1688 yang telah dimenangkan oleh parlemen Inggris. Menurut Locke kekuasaan negara dibagi dalam tiga kekuasaan yaitu; kekuasaan legislatif, kekuasaan eksekutif, kekuasaan federatif, yang masing-masing terpisah-pisah satu sama lain. Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1991, cet, ke- XIII, 151. 4 Produk legislatif adalah produk peraturan yang ditetapkan oleh atau dengan melibatkan peran lembaga perwakilan rakyat, baik sebagai legislator ataupun co-legislator, Dalam sistem hukum Indonesia dewasa ini, pada tingkat nasional yang dapat disebut sebagai lembaga legislator utama atau legislatif utama adalah Dewan Perwakilan Rakyat DPR. Perkataan legislator utama itu penting untuk membedakan dengan lembaga legislatif yang bersifat penunjang atau yang disebut co-legislator belaka. Dewan Perwakilan Daerah DPD, misalnya, karena kedudukannya yang tidak setara dengan Dewan Perwakilan Rakyat DPR-tidak dapat disebut sebagai legislator utama. Sifat kelembagaannya hanya menunjang sebagai auxiliary organ terhadap fungsi legislatif oleh DPR. Namun terlepas dari hal itu, produk pengaturan yang ditetapkan oleh legislator utama itulah yang disebut sebagai legislative act yang dalam sistem hukum Indonesia disebut undang-undang atau dalam istilah Belanda disebut wet. Jimly Asshiddiqie, Hukum Acara Pengujian Undang- Undang, Jakarta; Konpress, 2006, cet. Ke-3, 30. 5 O.Hood Phillips, Paul Jackson. Constitutional and Administrative Law. London: Sweet and Maxwell, 2001, 10. atau legislature, fungsi eksekutif dikaitkan dengan peran pemerintah dan fungsi yudisial dengan kekuasaan kehakiman. 6 Ide Montesquieu mempunyai kesamaan argumen dengan Immanuel Kant tentang tujuan negara yaitu memelihara hal dan kemerdekaan warga negara dengan membentuk serta memelihara hukum, pemisahan kekuasaan yang juga digunakan untuk menjamin hak-hak asasi, ia menyebutkan tiga pemisahan itu dengan kekuasaan-kekuasaan, antara lain; potestas-legislatora, potestas-rectoria, potestas- indiciaria. 7 Selain dibentuk oleh lembaga yang berwenang, hukum juga dapat berangkat dari hal yang terjadi dalam masyarakat, kemudian menjadi aturan normatif yang mengatur dan menjadi pedoman perilaku dalam kehidupan masyarakat dengan didukung oleh sistem sanksi tertentu terhadap setiap penyimpangan terhadapnya. Bentuk-bentuk aturan normatif seperti itu tumbuh sendiri dalam pergaulan hidup bermasyarakat dan bernegara ataupun sengaja dibuat menurut prosedur dan ketentuan yang berlaku dalam suatu negara. Peraturan itu telah menjadi pembatas bagi berkembangnya bank syariah karena jalur pertumbuhan jaringan kantor bank syariah hanya melalui perluasan kantor bank syariah yang telah atau pembukaan bank baru yang relatif besar investasinya. Situasi demikian membuat Bank Muamalat Indonesia BMI menjadi pemain tunggal di pasar dengan sejumlah problem terutama berkaitan dengan masalah pengelolaan likuiditas dan mitra kerjasama. Sementara itu kebutuhan masyarakat terhadap perbankan syariah telah dirasakan meningkat pada saat itu. Maka untuk mengakomodir kebutuhan tersebut sejumlah investor telah mendirikan BPR yang beroperasi dengan prinsip syariah. Hingga tahun 1998 telah berdiri 76 BPR Syariah di berbagai kota di Indonesia. Gagasan pemikiran Bank Islam, sebetulnya, telah muncul sejak lama.8 Salah satu upaya adalah aplikasi lembaga keuangan syariah yang didasarkan atas prinsip- prinsip Islam. Rintisan aplikasi sistem profit and loss sharing, sebagai inti bisnis lembaga keuangan syariah tercatat telah ada sejak tahun 1940-an, yaitu upaya mengelola dana jemaah haji secara non-konvensional di Pakistan dan Malaysia.9 Kemudian perkembangan berikutnya yang merupakan tonggak sejarah pebankan syariah adalah Islamic Rural Bank di daerah Mit Ghamr. 10 6 Montesquieu, The Spirit of the Laws, Translated by Thomas Nugent, London: G.Bell dan Sons, Ltd, 1914, Part VI, Chapter, 67. 7 C.S.T. Cansil. Ilmu Negara Umum dan Indonesia. Jakarta: Pradnya Paramita, 2004, cet. ke-2, 57. 8 Ditandai banyaknya pemikir-pemikir muslim yang menulis tentang keberadaaan bank Islam, misalnya Anwar Qureshi 1946, Naeim Siddiqi 1948, dan Mahmud Ahmad 1952. Lihat Heri Sudarsono, Bank Lembaga Keuangan Syariah: Deskripsi dan Ilustrasi, Yogyakarta: Ekonisia- FE UII, 2003, h. 9. 9 Faturrahman Jamil, “Urgensi Undang-Undang Perbankan Syariah di Indonesia”, Jurnal Hukum Bisnis, Agustus 2002, h. 39. 10 Bank ini didirikan oleh Ahmed el-Najar yang permodalannya dibantu oleh Raja Faisal pada tahun 1963 hingga 1967 di Kairo, Mesir kemdatipun yang pada akhirnya diambil alih oleh National Bank of Egypt dan Central Bank of Egypt. Mengenai unsur primsip perbankan Islam, 8. Pengenalan Eklusif Ekonomi Islam, karya Mustafa Edwin Nasution dkk.,11 Buku ini memberikan informasi tentang ekonomi Islam yang cukup memadai. Tema ekonomi Islam dibahas dalam 12 bab dan terpisah dalam bagian utama. Bagian pertama menjelaskan pandangan Islam tentang segala kegiatan ekonomi yang kemudian bermuara pada pembentukan definisi ekonomi Islam. Pandangan dan koreksi terhadap berbagai aspek ekonomi menjadi fokus pada pembahasan bagian kedua. Sedangkan perkembangan ekonomi Islam dalam tataran praktis, yakni terbentuknya lembaga-lembaga ekonomi dan keuangan berbasis Islam dibahas dalam bagian ketiga. Ekonomi dalam Islam itu sesungguhnya bermuara kepada akidah Islam, yang bersumber dari syariatnya.. Ini baru dari satu sisi. Sedangkan dari sisi yang lain ekonomi Islam bermuara kepada al-Qur’an al-Karim dan as-Sunnah an- Nabawiyah yang berbahasa Arab. Ekonomi Islam juga dipahami sebagai sebuah ilmu.12 Ada banyak beberapa definisi yang kemukakan oleh para pakar ekonomi Islam dalam buku ini. Pada bagian akhir pada bab 12 secara khusus dibahas tentang lembaga keuangan Islam di Indonesia. Bahasan ini meliputi perkembangan Lembaga Keuangan Syariah LKS; Perbankan Syariah; Asuransi Syariah; pasar modal syariah yang mencakup produk-produknya, seperti obligasi syariah atau sukuk; saham syariah; reksadana syariah; pegadaian syariah rahn dana pensiuna dan Lembaga Keuangan Syariah Internasional LKSI. Dengan demikian buku ini dapat dijadikan rujukan awal yang informative tentang ekonomi Islam. Akan tetapi permasalah tentang ekonomi Syariah, yang menjadi fokus penelitian ini tidaklah dibahas dalam buku ini. Ada sedikit ilustrasi tentang bagaimana kebijakan pemerintah dalam ekonomi Islam, namu tidak membicarakan tentang perundang- undang atau payung hukum mengenai ekonomi Islam. Perkembangan Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, karya Bambang Iswanto Dosen STAIN Samarinda, menguraikan pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia cukup pesat. Dalam kesimpulannya bahwa jika di Malaysia pertumbuhan perbankan syariah didukubf oleh regulasi dan insentif dari pemerintah, sementara pertumbuhan bank berbasis syariah di indonesia legih banyak didukung oleh apresiasi yang tinggi dari masyarakat. Pertumbuhan perbankan syariah bisa dibilang bottom up. Sejak 1991, ketika perbankan sayariah pertama kali berdiri hingga tahun 2008basis hukum dari perbankan syariah tidak 11 Mustafa Edwin Nasution et al, Pengenalan eklusif ekonomi Islam, Jakarta: Kencana, 2007. 12 Nasution, et al, Pengenalan ekslkusif, h. 16. memadai. Basis hukum perbankan syariah baru kuat setelah disahkannya Undang- undang Perbankan Syariah Tahun 2008 ini. Riawan 5. Perbankan Syariah sebagai Solusi Perekonomian Nasional, Karya A. Riawan Amin.13 Buku ini disampaikan pada acara pidato ilmiah penganugerahan gelar Doktor Kehormatan Doctor Honoris Causa bidang Penbankan Syariah Universitas Islam Negeri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tanggal 11 Juli 2009. Dalam pidatonya disampaikan bahwa kegiatan pemikiran ekonomi di dunia Islam setidaknya mengambil dua pola. Pertama; pola ideal, yakni sistem ekonomi Islam yang lebih komprehensif dan holistik sebagai agenda jangka panjang, dan hal ini diupayakan secara terus menerus. Kedua; pola pragmatis, yaitu mengembangkan sistem yang bersifat parsial dan satu aspek saja, yang menjadi focus pemikiran adalah lembaga keuangan syariah yang diawali dengan tumbuh kembangnya sistem perbankan syariah. Di Indonesia mengambil pola yang kedua, sehingga tidak heran jika perkembangan industri keuangan syariah tumbuh lebih cepat dari pengkajian secara teoritis dan konseptual dalam pembentukan sistem yang lebih komprehensif.14 Perkembangan perbankan syariah yang begitu cepat dan signifikan disebabkan adanya dukungan dari senua stakeholder dan semakin terasa dengan disahkannya UU Perbankan Syariah No 21 Tahun 2008dan UU Surat BNerharga Syariah Negara No 19 Tahun 2008. Dengan adanya regulasi yang mandiri tersebut, eksistensi perbankan syariah di Indonesia semakin kuat.15 Lebih lanjut dikatakan bahwa meskipun share perbankan syariah baru sekitar 2,05 persen per November atau masih terlalu kecila bila dibandingkan asset perbankan nasional, namun dukungan pemerintah menyiratkan dan sekaligus memberi pengakuan bahwa industri baru ini tidak bisa diremehkan perannya dalam membangun ekonomi nasional. Bahkan perbankan syariah bukan lagi alternatif tetapi solusi untuk mengokohkan ekonomi nasional aserta membawa kembali harkat dan martabat bangsa.16 6. Islam dan Pembangunan Ekonomi, Karya M. Umer Chapra, Penerjemah Ikhwan Abidin E.17 Ada lima bab yang amat terkait dengan permasalahan dibahas, antara lain: stabilitas dan tujuan-tujuan sosio-ekonomi, di dalamnya mmenguraikan tentang tujuan, pandangan dunia dan pentingnya strategi baru dan pandangan hidup Islam. Ia mengatakan bahwa tujuan dari sebuah system ekonomi pada prinsipnya ditentukan makna dari tujuan hidup manusia serta hubungan manusia dengan manusia lain, hubungan amanusia dengan alam sekitarnya, maka tentu saja tidak bertanggung jawab kepada siapapun. Akan tetapi jika mansuia merasa apa yang dimiliki adalah ciptaan Tuhan dan mereka bertanggung jawab 13 A. Riawan Amin, Perbankan Syariah sebagai Solusi Perekonomian Nasional, Jakarta: Universitas Islam Negeri UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009 14 A. Riawan Amin, Perbankan Syariah sebagai Solusi Perekonomian Nasional, h. 41. 15 A. Riawan Amin, Perbankan Syariah sebagai Solusi Perekonomian Nasional, h. 43 16 A. Riawan Amin, Perbankan Syariah sebagai Solusi Perekonomian Nasional, 44. 17 M. Umer Chapra, Islam and Economic Development, “Islam dan Pembangunan Ekonomi”, Penerjemah Ikhwan Abidin B, Jakarta: Gema Insani Press, 2000, kepada-Nya, maka tidak mungkin menganggap dirinya bebas mutlak dan berperilaku semaunya.18 Pendekatan Islam yang berdimensi empat19 harus dapat membuktikan lebih efektif dalam menjamin kesejahteraaan semua anggota masyarakat dari pada pendekatan kapitalis dan sosialis yang berdimensi tunggal dan hanya mengandalkan kepentngan diri sendiri. Dan kekuatan pasar yang hanya mengandalkan kolektifitas dan perencanaan pusat. Dalam melakukan kebijakan harus ada dua kriteria. Pertama tindakan kebijakan harus mampu memberikan kontribusi terhadap realisasi tujuan syariat maqashid. Kedua, tidak boleh melakukan kerangka kerja optimalitas Pareto.20 Menurut Chapra, ada lima tindakan kebijakan yang diajukan bagi pembangunan yang disertai dengan keadilan dan stabilitas: memberikan kenyamanan kepada factor manusia; mereduksi konsentrasi kekayaan; melakukan restrukturisasi ekonomi, keuangan dan rencana kebijakan strategis. Tindakan-tindakan kebijakan ini sudah dikenal dalam literatur pembangunan. Namun yang terpenting adalah injeksi dimensi moral ke dalam parameter pembangunan material. Karena tanpa sebuah integrasi moral dan material seperti itu, tidak mungkin dapat diwujudkan adanya efisiensi dan pemerataan. 21 1. Economic Message of the Qur’an, Karya Akram Khan,22 dalam buku ini Akram khan menjelaskan pandangan Islam mengenai ekonomi, prinsip-prinsip dasar mengenai ekonomi Islam, masyarakat yang adil dan norma-norma tingkah laku ekonomi. Pandangannya tentang ekonomi bahwa dunia ini adalah milik Allah dan mansia di bumi sebagai makhluk Allah ditugasi menjadi khalifah untuk mengurus bumi dan alam beserta isinya guna kemakmuran hidupnya, memenuhi kebutuhannya dari lapar, tempat berteduh, tidur, dan seks dalam kehidupannya. Kesemuanya ini adalah berasal dari konsep Tauhid atau kesaan Tuhan. 23 Menurutnya, bahwa tujuan ekonomi Islam untuk membangun dan menopang masyarakat manusia memperoleh kebahagiaan. Dalam istilah al-Qur’an disebut 18 Lihat M. Umer Chapra, Islam and Economic Development, “Islam dan Pembangunan Ekonomi”, Penerjemah Ikhwan Abidin B, h. 4. 19 Pertama; melengkapi mekanisme pasar dengan filter moral; kedua, memotivasi individu ikut menanggung kepentingan social; ketiga, merestrukturisasi sosio-ekonomi; dan kempat peranan pemerintah. Lihat M. Umer Chapra, Islam and Economic Development, “Islam dan Pembangunan Ekonomi”, Penerjemah Ikhwan Abidin B, h. 84. 20 Suatu strategi yang memandang bahwa meningkatkan sumber-sumber daya untuk tujuan-tujuan yang lain hanya akan mengarah kepada kegagalan dan ketidakseimbangan. Kebijakan-kebijakan harus dites melalui filter-filter Islam. Lihat M. Umer Chapra, Islam and Economic Development, “Islam dan Pembangunan Ekonomi”, Penerjemah Ikhwan Abidin B, h. 85. 21 Lihat M. Umer Chapra, Islam and Economic Development, “Islam dan Pembangunan Ekonomi”, Penerjemah Ikhwan Abidin B, h. 85 22 Muhammad Akram Khan , Economic Message of the Qur’an, Kuwait: Islamic Book Publishers, 1996, First Puliblished. 23 Akram Khan , Economic Message of the Qur’an, Kuwait: Islamic Book Publishers, 1996, h. 9. dengan al-falah, yang memiliki arti dan menunjukan kepada kebahagiaan dan kesejahteraan spiritual, budaya, politik, masyarakat dan ekonomi dalam dunia serta rahmat dan kasih sayang dari Tuhan.24 Yang termasuk dalam prinsip-prinsip dasar ekonomi Islam, menurut Akram Khan, adalah yang berkaitan dengan hak milik, faktor-faktor produksi, mekanisme pasar, keuangan umum dan peranan negara dalam ekonomi. Dikatakan bahwa negara memiliki peanan yang positif dalam ekonomi.25 Sikap Islam yaitu bahwa negara harus bertanggung jawab untuk memaksa sikap yang sesuai dengan semua agen ekonomi dan mencegah tingkah laku yang tidak sesuai dengan mereka. Itu harus menjamin keadilan ekonomi sehingga setiap orang memiliki kesempatan untuk mencapai falah dan memiliki tanggung jawab untuk membangun sebuah lembaga yang membantu tercapainya masyarakat Islam. 26 2. Prospek Cerah Perbankan Syariah, karya K.H.. Ma’ruf Amin,27 buku ini memberikan informasi antara lain: prospek perbankan syariah di Indonesia, perkembangan kebijakan dan tantangan industri keuangan syariah di Indonesia, tantangan dan prospek cerah perbankan syariah di Indonesia, kebijakan strategis pengembangan perbankan syariah di Indonesia, peranan dan nilai moral dalam perekonomian Islam, fungsi, peran dan mekanisme kerja dewan syariah nasional MUI di perbankan syariah dan system dan prosedur fatwa tentang ekonomi Islam dan produk halal. Dalamnya dikatakan bahwa pentingnya sebuah regulasi yang lebih komprehensip dalam penerapan prinsip syariah, karena kepercayaaan masyarakat terhadap perbankan syariah semakin hari semakin berkembang. 28 Peranan Dewan Syariah Nasional DSN mengawasi pelaksanaan aspek-aspek perbankan syariah di lembaga-lembaga keuangan syariah juga memberikan rekomendasi agar secara periodik melakukan pengawasan terhadap aspek-aspek syariah pada suatu LKS dan melaporkannya kepada DSN. 29 Sedangkan mengenai tantangan dan prospek perbankan syariah menurutnya adalah bahwa perlunya ada penguatan struktur dengan penyediaan modal yang kuat, modal yang kuat akan membentuk suatu manajemen yang professional dan memperkuat daya tahan bank terhadap resiko usaha, kendatipun resiko tersebut 24 Akram Khan , Economic Message of the Qur’an, Kuwait: Islamic Book Publishers, 1996, h. 10. 25 Jika terjadi kerusakan pasar seperti ketentuan-ketentuan mengenai infrastruktur atau mendirikan sebuah industri yang dibutuhkan atau menyiapkan jasa seperti pelayanan kesehatan; harus mencegah monopoli dala sector pribadi; dan pentingnya mendistribusikan kembali inkam dan kekayaan. Lihat Akram Khan , Economic Message of the Qur’an, Kuwait: Islamic Book Publishers, 1996, h. 72-73. 26 Lihat Akram Khan , Economic Message of the Qur’an, Kuwait: Islamic Book Publishers, 1996, h. 73. 27 Ma’ruf Amin, Prospek Cerah Perbankan Syariah,, Jakarta: Lembaga Kajian Agama dan Sosial, 2007, Cet. 1 28 Ma’ruf Amin, Prospek Cerah Perbankan Syariah,, Jakarta: Lembaga Kajian Agama dan Sosial, 2007, Cet. 1, h. 5 29 Ma’ruf Amin, Prospek Cerah Perbankan Syariah, h. 15 telah dibagai antara antara investor shahibul mal dan bank sebagai pengelola mudarib yang berbasis bagi hasil.30 Dalam buku ini diuraikan bahwa gagasan berdirinya bank syariah secara Internasional yang muncul dalam konferensi negara-negara Islam sedunia yang diikuti oleh 19 negara peserta menghasilkan antara lain: tiap keuntungan haruslah tunduk kepada hukum untung dan rugi, jika tidak termasuk riba dan riba sedikit atau banyak haram hukumnya. Oleh karenanya agar dibentuk sebuah bank syariah yang bersih dari sistem secepat mungkin. Sedangkan untuk menunggu berdirinya bank syariah, bank-bank yang menerapkan bunga boleh beroperasi sebagai tindakan darurat. 31 Lembaga keuangan yang ada di Indonesia hampir semua telah memiliki konsep berdasarkan ketentuan hukum Islam dalam prakteknya. Konsep tersebut tidak lepas dari keinginan umat Islam untuk mengekpresikan kepatuhannya kepada agama dalam bidang muamalah seperti halnya lembaga keuangan syariah, yakni: perbankan syariah, asuransi syariah, modal ventura syariah, pegadaian syarian leasing syariah, dan yang baru dikembangkan sejak maret 2003 yaitu pasar modal sayariah.32 Gemala Dewi memberikan perbandingan antara bank konvensional dan bank syariah dimana perbedaananya tidak hanya terletak pada bunga dan bagi hasil tapi juga penekanannya pada aspek legalitas atau akad. Bahwa aikad dalam bank syariah itu memiliki unsure yang berbeda. Azas-azas yang paling memonjol adalah azas harus saling menguntungkan.33 4. Perbankan Syariah Prinsip, Praktik, dan Prospek, karya karya Mervyn K. lewis Latifa M. Al-Gaoud, penterjemah Burhan Subrata,34 buku ini banyak memberikan informasi tentang sistem keuangan, sistem perbankan Islam, perbankan Islam dalam sistem campuran syariah, sikap Islam dan Kristen terhadap riba. Dalam buku tersebut dijelaskan tentang peranan agama bahwa Ciri khas dari perbankan Islam adalah harus tunduk kepada hukum Islam syariah yakni: pelarangan riba dalam semua transaksi; semua aktifitas bisnis harus dijalankan dengan ketentuan syariah halal; transaksi harus bebas dari unsur gharar spekulasi yang tidak pasti dan tidak masuk akal; bank harus membayar zakat; dan semua aktifitas harus dengan prinsip-prinsip Islam.35 Lebih lanjut mengatakan bahwa fondasi keuangan dan ekonomi Islam yang bersifat filosofis dan religius terutama difokuskan pada bagaimana menerapkan 30 Ma’ruf Amin, Prospek Cerah Perbankan Syariah, h. 59. 31 Gemala Dewi , Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2007, h. 53-54 32 Gemala Dewi , Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia, h. 161. 33 Gemala Dewi , Aspek-aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia, h. 100. 34 Mervyn K. lewis Latifa M. Al-Gaoud , Perbankan syariah Prinsip, Paraktik dan Prospek, Penerjemah Burhan Subrata, Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2007, Cet. Ke 1. 35 Mervyn K. lewis Latifa M. Al-Gaoud , Perbankan syariah Prinsip, Paraktik dan Prospek, Penerjemah Burhan Subrata, h. 50. hukum Islam dalam suatu aktifitas ekonomi dan keuangan. Bisnis perbankan harus dilaksanakan berdasarkan hukum Islam, yang meliputi masalah-masalah penggunaan investasi yang produktif bukan investasi moneter yang menarik bunga atau riba. 36 b. Kesempurnaan Pedoman Syumuliyah Al Minhaj Islam sebagai minhaj yang sempurna didasari kepada asas Aqidah, dibina dari akhlak dan ibadah kemudian didukung oleh da’wah dan jihad. Asas dari Islam adalah aqidah. Tanpa aqidah maka tidak akan kuat bangunan Islam karena ibarat rumah aqidah adalah pondasinya, kekuatan rumah dan bangunan dipengaruhi oleh kekuatan pondasi itu sendiri. Pada sebuah rumah bila aqidah diibaratkan sebagai pondasinya maka akhlaq dan ibadah sebagai bangunan yang akan mengokohkan dengan membentuk bagaimana rupa rumah tersebut, semakin bagus ibadah dan akhlaknya semakin bagus bentuk dan rupa rumah tersebut. untuk memperindah rumah tersebut perlu ada hiasan di rumah tersebut dengan da’wah dan jihad melalui dukungan da’wah dan jihad, maka pondasi tetap kuat dan kukuh, bangunan terpelihara dengan baik, hiasan rumah yang utama adalah atapnya dengan atap maka rumah yang dibangun akan berfungsi dengan baik. Tanpa atap, sebagus apapun bentuk bangunannya tidak akan dapat berfungsi dengan baik.37 c. Kesempurnaan Tempat dimanapun Syumuliyah Al Makan Seluruh tempat di muka bumi ini adalah tempat yang sesuai dengan Islam. Demikian pula siapa pun orangnya dan darimana pun asalnya, tetap di bawah naungan Islam. Semua itu diciptakan oleh Allah. Karena hanya Allah penciptanya maka seluruh makhluk dan alam dimana pun sama, sama-sama diciptakan Allah sehingga Islam yang dijadikan sebagai pedoman hidup maka Islam berlaku bagi seluruh makhluknya dimana pun mereka berada.38 3. Sistem Yang Terkandung dalam Islam Sebagai sebuah pedoman hidup bagi umat manusia dulu, kini dan yang kan datang, Islam memiliki kesempurnaan sehingga fleksibel di segala jaman dan lengkap sehingga dapat dipergunakan di segala jaman pula, diantara sistem yang terkandung di dalam Islam ialah: Islam Sebagai Akhlaq Islam sebagai diin tidak hanya berisi tentang cara peribadatan namun Islam mempunyai sistem akhlaq yang membedakannya dengan sistem moraltingkah laku buatan manusia. Akhlaq Islam adalah akhlaq yang berpandukan kepada Al Qur’an. Islam mengajarkan hubungan Allah sebagai khalik dan manusia sebagai makhluk. Maksudnya, akhlaq adalah tingkah laku makhluk yang diridhai Khalik. 36 Lihat 36 Mervyn K. lewis Latifa M. Al-Gaoud , Perbankan syariah Prinsip, Paraktik dan Prospek, Penerjemah Burhan Subrata, h. 313. 37 QS. Ali Imran 5 : 104 38 QS. Al Baqarah 2 : 163-164. Sistem akhlaq dalam pandangan Islam mencakup seluruh kehidupan alam dan manusia dengan berlandaskan kepada prinsip-prinsip dasar alam dan manusia. Manhaj yang bersesuaian dengan tashawur umum ini bersumber dari Allah SWT, oleh karena itu Islam dapat melahirkan perilaku amal saleh dan akhlaq yang mulia. Namun amat disayangkan hal yang tragis terjadi sekarang adalah seorang muslim bekerjasama dengan orang yang memusuhi Islam dan mengesampingkan kaum muslimin karena terikat oleh satu ide atau ikatan. Hal ini terjadi karena aqidah mu’min belum mantap di hati mu’min tersebut. ia belum pernah mendapat pendidikan Islam yang benar dan belum mendapat kesempatan hidup di lingkungan Islami yang membudayakan akhlaq Islami, berarti ia masih memiliki hati nurani dan fitrah yang benar. Secara umum bentuk-bentuk akhlaq itu dibagi menjadi lima, yaitu: Akhlaq kepada Allah, QS. Al Baqarah 2 : 186 Akhlaq kepada Rasul, QS. An Nisaa’ 4 : 80 Akhlaq kepada diri sendiri, QS. Al Baqarah 2 : 43-44 Akhlaq kepada sesama, QS. Al Baqarah 2 : 83 Akhlaq kepada alam, QS. Al Baqarah 2 : 30 Dengan kelima akhlaq di atas, maka seorang mu’min akan meninggalkan perbuatan tercela dan menghiasi diri dengan perbuatan mulia. b. Islam Sebagai Pedoman Hidup Konsep keyakinan, QS. Al baqarah 2 : 255 Konsep moral akhlaq, QS. Al A’raf 7 : 96 Konsep tingkah laku, QS. Al Baqarah 2 : 138 Syu’ur perasaan, QS. Ar Rum 30 : 30 Konsep pendidikan tarbawi, QS. Al Baqarah 2 : 151, Hadits “Tuntutlah ilmu dari buaian hingga akhir hayat” HR. Muslim Konsep sosial ijtima’i, QS. Ar Rum 30 : 22, An Nur 24 : 2-10 Konsep politik as siyasi, QS. Yusuf 12 : 40 Konsep ekonomi Iqtishadi, QS. Al Baqarah 2 : 275-276 Konsep kemiliteran Al Asykaari, QS. Al Anfaal 8 : 60 Konsep hukumperadilan Al Jinaa’i, QS. An Nisaa’ 4 : 65 Islam sebagai agama yang dipeluk oleh manusia, tentu sangat berpengaruh terhadap pola hidup pemeluknya. Perilaku pemeluknya tidak lepas dari syariat yang dikandung agamanya. Melaksanakan syariat agama yang berupa hukum- hukum menjadi salah satu parameter ketaatan seseorang dalam menjalankan agamanya. Islam merupakan perwujudan aturan hidup yang telah diwahyukan oleh Allah SWT kepada manusia. Oleh karena itu Islam disebut juga Diinullah. Diin memiliki makna yang berbeda dari agama milah. Islam memiliki ciri dan sifat tertentu yang menggambarkan kehidupan manusia secara keseluruhan. Pemahaman Islam yang dikehendaki Allah dan Rasul-Nya adalah Islam yang bersifat integral, lengkap, sempurna dan komprehensif berdasarkan Al Qur’an dan yang dicontohkan Rasulullah SAW melalui sunnahnya. Islam juga merupakan agama para Nabi mulai dari Adam AS sampai Nabi yang terakhir yaitu Nabi Muhammad SAW. Ia memiliki beberapa makna yang menggambarkan sifat Islam itu sendiri, antara lain : Islam Diil Al-Anbiya Wal Mursalin, Islam Minhajul Hayah pedoman hidup, Ahkamullah fi kitabihi wa sunnah rasulihi hukum Allah yang ada dalam Al-Qur’an dan As Sunnah, Ash-shirath al mustaqim jalan yang lurus dan Salamah dunia wal akhirat selamat dunia dan akhirat. Diharapkan setelah memahami Islam secara menyeluruh kita dapat memperbaiki amal ibadah kita di dunia sebagai wujud pelaksanaan tujuan kita diciptakan di bumi ini.39 1. Makna Islam a. Makna Islam secara bahasa berarti : Al Wajh menundukan wajah, QS. An Nisaa’ 4 : 125 Al Istislam berserah diri, QS. Ali Imran 3 : 83 As Salaamah suci, bersih, QS. As Syuara 26 : 89 As Salaam selamatsejahtera, QS. Al An’am 6 : 54 As Salm perdamaian, QS. Muhammad 47 : 35 b. Secara istilah Islam berarti Islam dalam Al-Qur’an disebut Ad Diin mengandung arti sistem kehidupan yang menyeluruh termasuk ibadah, kemasyarakatan, politik dan jihad. Islam mencakup keseluruhan hidup. Islam secara lengkap menyediakan keperluan manusia untuk mengatur kehidupan oleh karena itu Islam itu tinggi dan tiada yang menandinginya.40 Islam bagaikan sebuah bangunan yang sempurna dengan pondasi aqidah yang kuat dan sendi tiang berupa ibadah kepada Allah dan diperindah dengan akhlak yang mulia. Peraturan dalam syariat Allah adalah yang memperkuat bangunan tersebut, manakala da’wah dan jihad merupakan pagar-pagar yang menjaga dari kerusakan musuh-musuh Islam. Islam juga memperhatikan suatu keseimbangan dimana Islam sebagai diin tidak hanya mengejar kepentingan akhirat tapi juga kepentingan dunia. Islam menggambarkan suatu keutuhan dan kesatuan dengan berbagai aspek kesempurnaan. Dengan demikian Islam adalah agama yang komprehensif yang mengatur semua yang ada di alam agar kembali kepada hukum Allah, pencipta alam ini. 2. Kesempurnaan Islam Syumuliyah Al Islam Setiap muslim diperintah oleh Allah SWT untuk masuk dan memeluk Islam secara keseluruhan agar kita memahami bahwa Islam itu sempurna maka kita pertama-tama harus menyadari dan memahami bahwa Islam itu sempurna dilihat dari berbagai aspek, yaitu : a. Kesempurnaan Sepanjang Zaman Syumuliyah al Zaman Islam sebagai aturan hidup sepanjang masa menunjukkan bahwa Islam diperuntukkan kepada semua alam semesta tidak terkecuali. Manusia sebagai khalifah bertugas menjaga, membangun dan memelihara melalui penutup nabi 39 QS. Adzariyat 51 : 56 40 QS. Ali Imran 3 : 19 yaitu Muhammad SAW, beliau membawa risalah yang sama dengan nabi Adam AS sebagai khatam al anbiya penutup nabi maka seluruh risalah yang dibawa para nabi sebelumnya dilengkapi dan disempurnakan sehingga berlaku bagi seluruh manusia, tidak hanya untuk umat Rasulullah SAW pada saat itu saja, namun berlaku hingga akhir jaman.41 2. Nabi Muhammad saw mendapatkan wahyu dari Allah SWT pertama kali pada hari Senin tanggal 17 Ramadhan tahun ke-41 dari kelahirannya, bertepatan dengan tanggal 6 Agustus 610 M.42 Semenjak saat itu, Muhammad bin Abdullah mengemban amanat nubuwwah dari Allah SWT untuk membawa agama Islam ke tengah-tengah manusia, yang ternyata merupakan sebuah ajaran yang merombak seluruh sistem sosial, terutama sistem hukum yang ada pada masyarakat Jahiliyyah.43 Kegiatan yang hanya dapat dilakukan oleh BUS adalah: Menjamin penerbitan surat berharga; Penitipan untuk kepentingan orang lain; Menjadi wali amanat; Penyertaan modal; Bertindak sebagai pendiri dan pengurus dana pensiun; Menerbitkan, menawarkan, dan memperdagangkan surat berharga jangka panjang syariah. 41 QS. As Saba 34: 28. 42 Muhammad Ridho, Muhammad Rasul Allah Shalla Alllahu alayhi wa Sallama, cet. V Kairo: Dar al-Ihya al-Arabiyyah, 1966 M 1385 H hlm. 59. 43 Marshal G. S. Hodgson, The Venture of Islam: Conscience and History in a World Civilization, Vol. I The Classical Age of Islam Chicago: Chicago University Press, 1974, hlm. 174.

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan

Disertasi ini membuktikan bahwa konfigurasi undang-undang memiliki hubungan yang sinergi antara produk hukum elitis dan produk hukum responsif populistik yang dibangun berdasarkan nilai-nilai spirit agama, ideologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya. Kesimpulan ini menolak pendapat: Nurcholis Majid, Khalid Muhammad Khalid, Abdullah Ahmad an-Na’im yang mengutarakan bahwa formalisasi syari’at Islam menjadi hukum positif, tidak diperlukan, karena negara harus bersifat netral tidak boleh didominasi oleh satu golonganpun, baik muslim maupun non-muslim. Disertasi ini juga memperkuat pendapat gerakan Islam Politik yang mengutarakan bahwa penegakkan syari’at Islam harus dilakukan melalui jalan kekuasaan. Dalam bidang ekonomi, gerakan ini menempuh strategi gradualis dan demokratis. Tokoh-tokoh pejuang syari’at Islam di bidang ekonomi: A.M. Saefuddin, Karnaen Perwataatmaja, M. Amin Aziz, Mohammad Syafi’i Antonio, Amin Suma, Sri-Edi Swasono, Adiwarman Karim, Zaenal Arifin, dan Riawan Amin. Indikator yang menunjukkan kebenaran kesimpulan disertasi ini dapat diketahui bahwa: pembentukan bank Islam di dunia; seperti, pertama Mesir Bank Mit Ghamr maupun Bank Sosial Nasr; Faisal Islamic Bank, sebuah bank umum komersial Islamic International Bank for Investment and Development, ternyata melibatkan elit politik pemerintah, peranan pemerintah sangat besar, baik dalam bentuk regulasi maupun permodalan; kedua, Pakistan, menghapuskan sistem lembaga keuangan non- bank, dengan sistem non-ribawi; ketiga, Iran, Islamisasi sistem perbankan dilakukan secara nasional setelah berdirinya Republik Islam Iran; keempat bank Amanah Philipina, Bank Islam Malaysia, juga melibatkan pemerintah. 271