171
praktik riba di kalangan masyarakat, antara lain dengan memberikan kewenangan kepada hakim untuk membatalkan perjanjian yang dianggap memberatkan salah
satu pihak atau memperingan beban pihak yang merasa diberatkan itu Pasal 2 ayat-14 Ordonansi Riba 1938.
33
Pengesahan UU Perbankan Syariah telah melahirkan secercah harapan dalam sejarah perbankan di Indonesia. Dengan UU Perbankan Syariah, eksistensi
Perbankan Syariah sebagai pelaku ekonomi nasional mendapatkan pijakan yang sangat kuat. Selama ini, secara hukum, keberadaan Perbankan Syariah cukup
sumir, karena pengoperasiannya tidak berpijak pada UU yang secara khusus mengatur Perbankan Syariah.
1. Perbankan Syariah dalam UUD 1945
Perbankan Syariah dapat dilihat dalam Pasal 33 ayat 4 UUD yang berbunyi: Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar asas demokrasi
ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan
kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. Institusi ekonomi yang paling tepat untuk menerjemahkan hal di atas adalah Perbankan Syariah, karena 1 sesuai
dengan aspirasi masyarakat serta sangat tepat untuk masyarakat Indonesia yang sebagian besar menjadi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah asas demokrasi
ekonomi, 2 Perbankan Syariah mengutamakan kemajuan bersama daripada kemajuan individu asas kebersamaan, 3 Perbankan Syariah sangat cocok
sebagai solusi pembiayaan untuk masyarakat kecil sehingga mereka dapat menikmati layanan perbankan dan dapat memberdayakan diri asas keadilan dan
kemandirian, 4 Perbankan Syariah tidak boleh mendukung atau bermitra dengan pengusaha atau perusahaan yang terlibat dalam kerusakan lingkungan
asas keberlanjutan dan lingkungan, 5 Perbankan Syariah menggabungkan
33
Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Republic Indonesia, Addenda Corrigeada Jakrata PT Ichtiar Baru Van Hoeve, Halaman 1.
172
antara tuntutan duniawi dengan tuntutan ukhrawi asas keseimbangan, serta 6 Perbankan Syariah sangat mengutamakan kemajuan sektor riil, yang sangat cocok
dengan ekonomi nasional yang berbasis pada sumber daya alam dan sumber daya manusia asas kesatuan ekonomi nasional.
Dengan penjelasan di atas, maka kritik dari sebagian kecil kalangan bahwa Perbankan Syariah tidak mempunyai landasan konstitusional serta bertentangan
dengan watak dasar bangsa Indonesia yang berdasarkan Pancasila menjadi tidak beralasan lagi.
Dengan dukungan konstitusi di atas, maka seharusnya bangsa Indonesia sudah jauh-jauh hari mengesahkan dan mengundangkan UU Perbankan Syariah.
Negara kepulauan ini dapat dikatakan terlambat dalam mengadopsi UU Perbankan Syariah. Barangkali hal inilah yang menjadi salah satu penyebab