Dinamika Pemikiran Hukum Islam

97 penelitian tersendiri, namun indikasi awal ini menjadi cukup valid untuk melahirkan prakonsepsi di atas.

1. Dinamika Pemikiran Hukum Islam

Hukum adalah sebagai produk yang lahir dari dinamika kehidupan manusia, dimana ada masyarakat di sana ada hukum. Oleh karena itu sektor hukum harus selalu mengikuti irama perkembangan masyarakat dalam artian bahwa suatu masyarakat yang modern maka harus memiliki hukum yang moderen pula. Jadi pemahaman yang sangat keliru ketika berbicara tentang konsep hakikat hukum Islam itu adalah statis, immobile, tidak dinamis dan tidak akan mampu mengikuti perubahan sosial dalam suatu masyarakat yang sudah maju. Pandangan Noel J. Coulson mencerminkan suatu miskonsep terhadap pemahaman hukum Islam dengan mengatakan bahwa “Hukum Islam mendahului dan membentuk masyarakat “. 7 Coulson tidak mencerminkan sejarah bahwa dalam sejarah Islam ketika Nabi Muhammad saw. hijrah ke Madinah dan dipilih sebagai kepala Negara Madinah, diamana masyarakat Islam yang terdiri dari kaum Anshar dan Muhajirin secara factual telah terbentuk 8 . Kemudian proses pembentukan hukum Islam terjadi secara evolusi bersama proses kristalisasi ummat atau komunitas dalam Negara Madinah. 9 Sebagai contoh ketika agama Islam belum disempurnakan oleh Allâh, maka aturan-aturan yang akan mengatur masyarakat diturunkan secara incremental, dalam rentang waktu 22 tahun dari tahun 610 sampai 632, tahun kematian Rasulullah. Ini sebagai indikator bahwa Islam akan senantiasa mengikuti perkembangan zaman. Secara historis, dinamika pemikiran hukum Islam di Indonesia setidaknya menunjukan satu fenomena transformatif dan remedialis, kendati masih nampak 7 Noel J. Coulson, Hukum Islam dalalam Perspektif Sejarah Jakarta: P3M, 1987, 1-2. 8 Muhammad Husein Haikal, Sejarah Hidup Muhammad, Terjemahan Ali Audah Jakarta: Pustaka Jaya dan Tintamas, 1982, 112 9 Muhammad Tahir Azhary, Negara Hukum Suatu Studi tentang Prinsip-prinsipnya Dilihat dari Segi Hukum Islam. Omplementasiny pada Priode Negara Madinah dan Masa Kini Jakarta: Bulam Bintang, 1992, Cet. Pertama, 44 98 nuansa paralelisme yang berulang-ulang tanpa ada kejelasan. Pemikiran ini bukan tambal sulam ide, namun seperti bola salju yang terus menggelinding dan melaju, membangun berbagai konstruksi berbagai tipe dan karakter baru. 10 Dalam suatu pembangunan hukum, pada tahun 1975, Abdurrahman Wahid, memperkenalkan sebuah pemikiran bahwa, Hukum Islam sebagai penunjang pembangunan, 11 yang secara umum mengarahkan pembicaraannya pada peran dan fungsi hukum Islam untuk menunjang perkembangan tata hukum positif di Indonesia. Munawir Sadzali melontarkan gagasan, Reaktualisasi Ajaran Islam. Denga mengambil isu-isu pembicaraan mengenai hukum waris, perbudakan dan bunga bank. 12 Disinilah sebetulnya para ahli hukum Islam fuqahaulama untuk merumuskan kembali ajaran agama hukum Islam agar mampu mengadop budaya masyarakat socio-cultural yang sesuai dengan kebutuhan dan realitas yang ada sehingga sikap mendua dalam praktik beragama tidak lagi terjadi. Sebagai missal, ironis jika umat Islam yang tekun beribadah, namun kesehariannya melakukan transaksi melalui bank konvensional. Kendati masih terdapat pro dan kontra terhadap hukum mengenai haramnya bunga bank. Paling tidak seharusnya meninggalkan sesuatu ketentuan yang masih tanda kutip. Karena tanda kutip menunjukkan adanya indikator kesubhatan dan subhat harus dijauhi atau ditinggalkan.

2. Potret Politik Hukum Islam di Indonesia