Tuntutan Ideologi Tuntutan Agama

247 Melalui koordinasi yang dilakukan oleh badan ini diharapkan, dimasa yang akan datang akan terwujud satu hukum nasional di tanah air kita. 98 Setelah disahkan dan diundangkannya UU No. 21 Tahun 2008 Tentang Hukum Perbankan Syariah, kini hukum Islam telah menjadi bagian dari hukum positif yang berlaku untuk seluruh warga Negara Indonesia dengan tidak memandang agama apa yang ia anut. Hukum ini digali didasarkan atas pemikiran dan interpretasi para ulama dari yang terkandung di dalam al-Qur’ân dan al- Sunnah yang dijadikan sebagai pedoman dengan memperhatikan unsur-unsur budaya Islam yang hidup dalam masyarakat Indonesia. Dalam perjalanan pembentukan hukum perbankan syariah ketika akan dijadikan hukum nasional, banyak terjadi benturan-benturan politik yang mengitari. Politik hukum nasional perbankan syariah adalah sebuah bentuk produk kebijakan yang dilakukan pemerintah terhadap pembentukan hukum perbankan syariah di Indonesia. Kemunculan poitik hukum perbankan syariah ini banyak dipengaruhi oleh berbagai tuntutan, seperti yang diurai di atas, yang antara lain:

1. Tuntutan Ideologi

Indonesia dengan dasar falsafahnya Pancasila dan pada sila yang pertama disebutkan, “Ketuhanan Yang Maha Esa”, menunjukkan bahwa Negara ini adalah Negara yang didasarkan pada agama. Faktor inilah yang menandakan adanya keterkaitan dengan agama khususnya adalah Islam. Untuk itu Islam mengajarkan kepada umatnya agar senantiasa mengabdi dan hanya menyembah kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah menciptakan manusia. Faktor tuntutan ideologi inilah yang menuntut perlu dibentuk sebuah undang-undang yang mengatur kehidupan mengenai hukum perbankan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam. 98 Muhammad Daud Ali, Hukum Islam Pengantar Ilmu Hukum dan Hukum Islam di Indonesia Jakarta: PT. Rajgrafinda Persada, 2009, 266-267 248 Al-Qur’ân, Q:S. 56:51, menunjukkan bahwa semua aktifitas yang dilakukan oleh manusia dan jin harus didasarkan pada perintah Allâh, dan semata- mata untuk beribadah kepada-Nya, termasuk ibadah yang mahd ̣ah maupun ghairu mahd ̣ah atau bermuamalat. Kegiatan-kegiatan itu harus diatur dengan sebuah peraturan yang dituangkan dalam sebuah undang-undang atau hukum. Hal ini dimaksudkan agar manusia tidak keluar dari tambatan atau ikatan yang telah ditetapkan Allâh. Kemudian ayat lain yang mengajak manusia agar semua kita menyembah Tuhan yang telah menciptakannya sebagai kepentingan manusia bukan kepentingan Tuhan agar mereka menjadi orang menikmati kehidupan dalam ketenteraman dan kebahagiaan. Q:S, 2:21

2. Tuntutan Agama

Umat Islam berkewajiban mutlak untuk menegakkan hukum-hukum Allâh yang turunkan di dalam al-Qur’ân melalui Nabi Muhammad saw. Kewajiban menegakkan hukum Allâh ini tak lain bertujuan untuk menjadikan kehidupan manusia yang bahagia, baik dalam kehidupan di dunia maupun di akhirat. Bentuk penegakkan syariat Islam seperti yang contohkan Nabi Ibrahim kepada anaknya Isma’il di dalam al-Qur’ân dengan tidak melihat siapa, ketika itu meruakan perntah Allâh wajiblah dilaksanakanQ:S. 37:102. Dari ayat tersebut dapat dipahami bahwa dalam menegakkam syariat sebagai kewajiban tidak pernah memandang pangkat, hubungan keluarga atau siapapun dia. Jika itu merupakan perintah dari Allâh, maka harus segera dilaksanakan atau ditegakkan sesuai ketentuan dan aturan. Negara-negara Islam, dengan berbagai latar belakang sedang menjalankan langkah-langkah reformasi atas sistem perbankan dan keuangan mereka agar sesuai dengan ajaran Islam. Tantangan yang dihadapi oleh negara-negara Muslim saat ini adalah bagaimana mendisain dan menjalankan secara berkelanjutan sistem perbankan dankeuangan yang sejalan dengan hakekat ideologi Islam, 249 penghapusan riba, dan membantu mewujudkan tujuan sosial ekonomi Islam. Disisi lain lembaga kredit yang merupakan sistem perbankan dan keuangan kapitalis yang berdasarkan bunga, yang telah relatif kokoh diterapkan oleh negara-negara Muslim selama dua abad terakhir dibawah pengaruh kolonialisme telah berimplikasi buruk pada pembangunan. Hal inilah diantaranya yang mendorong upaya untuk kembali membangun sistem keuangan dan perbankan yang sesuai dengan ajaran Islam. Selain itu eksistensi perbankan dan keuangan syariah merupakan respon atas kerentanan system perekonomian, keuangan dan perbankan dunia dewasa ini. Sistem ekonomi saat ini membutuhkan arsitektur sistem perbankan dan keuangan yang kokoh dan tangguh. Islam menyatakan dengan tegas mengenai larangan praktek riba. Kata “riba” dalam al-Qur’ân disebut delapan kali dalam empat surat yang berbeda: Q:S. 2:275-276, 278. 275 terdiri dari 3 kata, 276 dan 278 masing-masing kata, jadi 5 kata; Ayat tersebut menjelaskan orang-orang yang makan mengambil riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran tekanan penyakit gila, padahal Allâh Telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. a. Q:S. 3:130, ayat ini menjelaskan kepada orang-orang yang beriman agar tidak memakan riba yang berlipat ganda dan bagi orang yang telah memakannya agar segera bertakwa kepada Allâh supaya mendapat keberuntungan. b. Q:S. 4:161. Surat ini terdiri dari 1 kata, menjelaskan bahwa mereka memakan riba, memakan harta benda orang dengan jalan yang batil. diantara mereka itu pasti akan mendapatkan siksa yang pedih. c. Q:S. 30:39. Surat ini terdiri dari 1 kata, yang mengutarakan bahwa Allâh memberikan perbandingan antara riba dan zakat dimana riba itu tidak akan menambahkan kepada harta orang yang melakukan riba, 250 sedangkan zakat akan memberikan tambahan yang melimpah, disamping pahala dan kerid ̣oan dari Allâh. Begitu juga dalam Al-Hadith pelarangan dengan tegas mengenai riba: 99 Dari Abu Sa`ad r.a., diceritakan : Pada suatu ketika, Bilal datang kepada Rasulullah Saw. Membawa kurma barni. Lalu Rasulullah Saw bertanya kepadanya,” Kurma dari mana ini? Jawab Bilal, Kurma kita rendah mutunya karena itu ku tukar dua gantung dengan satu gantung kurma ini untuk pangan Nabi Saw”. Maka bersabda Rasulullah SAW. “Inilah yang disebut riba. Jangan sekali-kali engkau lakukan lagi. Apabila engkau ingin membeli kurma yang bagus, jual lebih dulu kurmanya yang kurang bagus itu, kemudian dengan uang penjualan itu beli kurma yang lebih bagus.”H.R. Muslim Dari Jabir r.a., dikatakan : Rasulullah Saw. Mengutuk pemakan riba, yang menyuruh memakan riba, juru tulis pembuat akte riba dan saksi-saksinya. Menurut beliau: Mereka itu sama saja dosanya Setelah dilakukan pengkajian terhadap riba, ternyata, disamping berdosa karena melanggar larangan atau ketentuan Allâh, juga pengaruhnya tehadap perekonomian membawa implikasi yang besar pada kehidupan manusia. Implikasinya antara lain: 1 Masyarakat sebagai nasabah menghadapi suatu ketidak pastian, bahwa hasil perusahaan dari kredit yang diambilnya tidak dapat diramalkan secara pasti. Sementara itu dia tetap wajib membayar persentase berupa pangambilan sejumlah uang tertentu yang tetap berada diatas jumlah pokok pinjaman. Selain itu hal ini akan semakin memberatkan nasabah karena dengan penetapan persentase jumlah bunga akan menjadi kelipatan perseratus dari sisa pinjaman dikalikan jangka waktu pinjaman. Sehingga 99 Shahih Muslim oleh Ma’mun Daud Jilid III, Bab Riba dalam buku Warkum Sumitro, Asas- Asas perbankan Islam dan Lembaga Terkait: BAMUI, Takaful dan Pasar Modal Syari’ah Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004, 11. 251 dalam jangka waktu tertentu bisa terjadi suatu saat jumlah yang harus dikembalikan nasabah berlipat ganda dari pokok pinjaman. 100 Keadaan ini bertentangan dengan ketentuan Allâh, yang intinya bahwa hanya Allâh yang dapat mengetahui sesuatu yang akan terjadi dimasa datang, sedangkan manusia tidak akan bisa meramalnya. Q:S, 31:34 Maksudnya, manusia itu tidak dapat mengetahui dengan pasti apa yang akan diusahakannya besok atau yang akan diperolehnya, namun demikian mereka diwajibkan berusaha. 2 Penerapan sistim bunga mengakibatkan eksploitasi pemerasan oleh orang kaya terhadap orang miskin. Uangmodal besar yang dikuasai orang kaya tidak disalurkan kedalam usaha-usaha produktif yang dapat menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat, tetapi modal besar itu justru untuk kredit berbunga yang tidak produktif. Selain itu penerapan sistem bunga akan mengakibatkan kebangkrutan usaha, dan pada gilirannya bisa mengakibatkan keretakan kehidupan rumah tangga, jika peminjam tidak mampu mengembalikan pinjaman dan bunganya. 101 Al-Qur’ân menerangkan bahwa hendaknya harta kekayaan itu tidak hanya berputar pada orang-orang yang kaya saja, tetapi harus beredar untuk seluruh umat manusia di bumi ini. 3 Sistem bunga tidak akan mampu mengentaskan kemiskinan, karena bank dengan perangkat bunganya kurang memberi peluang kepada kelompok masyarakat miskin untuk mengembangkan usahanya yang lebih mandiri di bidang ekonomi. Tetapi sebaliknya orang-orang miskin sebagai nasabah semakin berjiwa konsumtif dan ketergantungannya semakin tinggi kepada bank. Jika kreditnya habis untuk kepentingan-kepentingan konsumtif, 100 Warkum Sumitro, Asas-Asas perbankan Islam dan Lembaga Terkait: BAMUI, Takaful dan Pasar Modal Syari’ah, 14. 101 Warkum Sumitro, Asas-Asas perbankan Islam dan Lembaga Terkait: BAMUI, Takaful dan Pasar Modal Syari’ah, 14. 252 langsung mengambil kredit lagi secara terus menerus. Bahkan pengambilan kredit dilakukan diberbagai bank sehingga pada akhirnya mereka akan terlilit utang bunga yang semakin besar. Bank-bank yang ada sekarang dikatakan tidak berhasil didalam upaya pemerataan pendapatan, karena pranata pembayaran bunga tetap menjamin arus sumber dari debitur secara terus menerus kearah kreditur. Politik ekonomi Islam harus menjamin adanya pekerjaan setiap individu. Dan sesungguhnya orang- orang Islam bukan menrima sedekah Mustahiqa tapi yang seharusnya menjadi pemberi sedekah atau zakat Muzakki. Dalam al-Qur’ân, ditegaskan mengenai pemabagian harta zakat untuk menjamin kehidupan fakir miskin: Q:S. 09:60 Dari Abi Hurairah, dia berkata, Berkata Nabi saw. ”Sebaik-baiknya sedekah adalah apa yang ditinggalkan orang kaya. Tangan yang di atas itu lebih baik dari tangan yang di atas. Mulailah memberi sedekah dari orang yang menjadi tanggunganmu.” Seorang wanita berkata: ”jika engkau memberi makan aku, dan jika engkau menceraikan aku”. Seorang hamba berkata: ”berilah aku makan dan suruhlah aku bekerja”. Dan seorang anak berkata: ”Berilah akau makan hingga tiada seorangpun yang sedih karena aku”. 102 Seperti diuraikan di atas bahwa sistem bunga tidak mampu memberantas kemiskinan. Akhirnya bangsa Indonesia akan selalu bergantung kepada negara. Sementara negara tidak memiliki kemampuan untuk menjaga dan memelihara rakyatnya dari kemiskinan, dikarenakan pengelolaan bank atau sistem ekonomi yang dilakukan oleh negara menggunakan sistem bunga, bukan sistem bagi hasil. Islam menjamin atas segala usaha dan kebutuhan nafkah manusia. Al-Qur’ân menjelaskan tentang itu. Q:S. 11:6, 67:11. 102 HR. Bukhari, Muslim, Ahmad dan Ibnu Majah dari Aisya 253

3. Tuntutan Politik KekuasaanKonflik Kepentingan