32
2. Terminologi
Seperti telah diutarakan di atas bahwa tidaklah mudah untuk memberikan batasan atau pengertian mengenai politik hukum. Namun demikian, karena
banyak hal dapat membingungkan tentang pemahaman apa itu politik hukum, ada beberapa definisi yang akan dapat dirumuskan oleh beberapa ahli hukum yang
konsern terhadap ilmu ini: Sunaryati Hartono, misalnya, memberikan definisi bukan berarti bahwa ia tidak memperdulikan keberadaan politik hukum dalam sis
praktisnya. Tapiia melihat politik hukum sebagai alat atau sarana dan langkah yang dapat digunakan oleh pemerintah untuk menciptakan sistem hukum nasional
yang dikehendaki dan dengan sistem nasional itu akan diwujudkan cita-cita bangsa.
22
pernyataan menciptakan sistem hukum nasional yang dikehendaki mengisyaratkan bahwa kerangka kerja politik hukum menurutnya lebih menitik
beratkan pada dimensi hukum yang berlaku di masa yang akan mendatang, atau ius constituendum pendapat lain memberikan definisi bahwa politik hukum
nasional secara harfiah dapat diartikan sebagai kebijakan hukum Legal Policy yang hendak diterapkan atau dilaksanakan secara nasional oleh suatu
pemerintahan negara tertentu. Dengan demikian politik hukum nasional bisa berarti; Pelaksanaan ketentuan hukum yang telah ada secara konsisten,
pembangunan hukum yang intinya adalah pembaruan terhadap ketentuan hukum yang telah ada dan yang dianggap usang, dan penciptaan ketentuan hukum baru
yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan perkembangan yang terjadi dalam masyarakat, penegasan fungsi lembaga penegak atau pelaksana hukum dan
pembinaan anggotanya, dan meningkatkan kesadaran hukum masyarakat menurut persepsi kelompok elit pengambil kebijakan.
Apabila kita perhatikan, definisi politik hukum dari Garuda Nusantara merupakan definisi politik hukum yang paling komprehensif di antara definisi-
22
Sunaryati Hartono, Politik Hukum Menuju Satu Sistem Hukum Nasional Bandung: Alumni, 1991, 1.
33
definisi politik hukum yang dipaparkan sebelumnya. Ini disebabkan karena ia menjelaskan secara gamblang wilayah kerja politik hukum yang meliputi;
pertama, teritorial berlakunya politik hukum dan kedua, proses pembaruan dan pembuatan hukum, yang mengarah pada sikap kritis terhadap hukum yang
berdimensi ius constitutum dan menciptakan hukum yang berdimensi ius constituendum. Lebih dari itu, ia menekankan pula pada pentingnya penegasan
fungsi lembaga dan pembinaan para penegak hukum, suatu hal yang tidak disinggung oleh para ahli sebelumnya.
Hasil dari elaborasi ragam definisi politik hukum yang telah dikemukakan di atas, penulis menyimpulkan bahwa politik hukum adalah kebijakan dasar
penyelenggara negara dalam bidang hukum yang akan, sedang dan telah berlaku, yang bersumber dari nilai-nilai yang berlaku dan hidup di masyarakat untuk
mencapai tujuan negara yang dicita-citakan. Kata kebijakan di sini berkaitan dengan adanya strategi yang sistematis, terinci dan mendasar. Dalam merumuskan
dan menetapkan hukum yang telah dan akan dilakukan, politik hukum menyerahkan otoritas legislasi kepada penyelenggara negara, tetapi dengan tetap
memperhatikan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Dan kesemuanya itu diarahkan dalam rangka mencapai tujuan negara yang dicita-citakan.
23
Hukum sebagai kaidah atau norma sosial tidak terlepas dari nilai-nilai yang berlaku dalam suatu masyarakat, bahkan dapat dikatakan bahwa hukum itu
merupakan pencerminan dan konkretisasi dari nilai-nilai yang pada suatu saat berlaku dalam masyarakat.
24
Artinya, hukum sedikit banyak akan selalu mengikuti tata nilai yang menjadi kesadaran bersama masyarakat tertentu dan
23
Menurut Frans Magnis-Suseno tujuan negara adalah memajukan kepentingan masyarakat dalam kerangka keadilan, kebebasan, dan solidaritas bangsa. Apabila kita bertolak dari tugas negara
untuk mendukung dan melengkapkan usaha masyarakat untuk membangun suatu kehidupan yang sejahtera, di mana masyarakat dapat hidup dengan sebaik dan seadil mungkin, maka tujuan negara
adalah penyelenggaraan kesejahteraan umum. Frans Magnis-Suseno, Etika Politik, Prinsip-prinsip Dasar Kenegaraan Modern Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1994, 310-314
24
Soejono Soekanto, Pokok-pokok Sosiologi Hukum Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999, Edisi, I, Cet. IX, 14
34
berlaku secara efektif dalam mengatur kehidupan mereka. Hal yang sama terjadi juga dalam politik hukum.
Politik hukum satu negara berbeda dengan politik hukum negara yang lain. Perbedaan ini disebabkan karena adanya perbedaan latar belakang
kesejarahan, pandangan dunia word-view, sosio-kultural nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat, dan political will dari masing-masing pemerintah. Dengan
kata lain, politik hukum bersifat lokal dan partikular hanya berlaku dari dan untuk negara tertentu saja, bukan universal berlaku seluruh dunia. Namun, ini
bukan berarti bahwa politik hukum suatu negara mengabaikan realitas dan politik hukum internasional. Mengutip Sunaryati Hartono, faktor-faktor yang akan
menentukan politik hukum tidak semata-mata ditentukan oleh apa yang kita cita- citakan atau tergantung pada kehendak pembentuk hukum, praktisi atau para
teoretisi belaka, akan tetapi ikut ditentukan pula oleh kenyataan serta perkembangan hukum di lain-lain negara serta perkembangan hukum
internasional. Perbedaan politik hukum suatu negara tertentu dengan negara lain inilah
yang kemudian menimbulkan apa yang disebut dengan politik hukum nasional. Penjelasan lebih rinci mengenai pengertian istilah tersebut, ruang lingkup
pembahasannya, sifatnya strategi, latar belakang dan proses pembentukan suatu produk hukum.
B. Politik dan Hukum