85
important, if not the most important element, in the administration of justice.”
95
Dalam praktek, ketidakberpihakan atau imperiality itu sendiri mengandung makna dibutuhkannya hakim yang tidak saja bekerja secara imparsial to be impartial,
tetapi juga terlihat bekerja secara imparsial to appear to be impartial.
96
Namun, di samping kedua prinsip tersebut, dari perspektif hakim itu sendiri berkembang pula pemikiran mengenai prinsip-prinsip lain yang juga
dianggap penting. Misalnya, dalam forum Internasional Judicial Conferency di Bangalore, India, 2001, yang kemudian disebut the Bangalore draft. Selanjutnya,
setelah akhirnya diterima luas oleh berbagai kalangan hakim di dunia sebagai pedoman bersama dengan sebutan resmi the Bangalore Principles of Judicial
conduct. Dalam The Bangalore Principles itu, tercantum adanya enam prinsip
penting yang harus dijadikan pegangan bagi para hakim di dunia, yaitu prinsip- prinsip independency, imperiality, integrity, propriety, equality, competency and
diligency.
97
1. Mandiri Independency
Independensi hakim merupakan jaminan bagi terwujudnya hukum dan keadilan, dan prasyarat bagi terwujudnya cita-cita negara hukum. Independensi
melekat sangat dalam dan harus tercermin dalam proses pemeriksaan dan pengambilan keputusan atas setiap perkara dan terkait erat dengan independensi
pengadilan sebagai institusi yang berwibawa, bermartabat dan terpercaya. Independensi hakim dan pengadilan terwujud dalam kemandirian dan
95
O. Hold Philips dkk., Constitutional and Administrative Law London: Sweet Maxwell, 2001, 437.
96
Ofer Raban. Modern Legal Theory and Judicial Impartiality T.tt. Glass House Press, 2003, 1.
97
Tentang prinsip-prinsip independensi peradilan dan hakim, selain terdapat dalam The Bangalore Principles, juga bisa dilihat dalam prinsip-prinsip Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang
Independensi Lembaga Peradilan. Untuk lengkapnya lihat dalam. “Penguatan Integritas dan Kapasitas Sektor Peradilan di Indonesia” Kumpulan Dokumen Lokakarya Pertama Tingkat Propinsi untuk Sistem
Peradilan di Sulawesi Tenggara Jakarta: Mahkamah Agung RI dan BPHN Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, 2004, 117-129.
86
kemerdekaan hakim, baik sendiri-sendiri maupun sebagai institusi, dari berbagai pengaruh yang berasal dari luar diri hakim berupa intervensi yang bersifat
mempengaruhi dengan halus, dengan tekanan, paksaan, kekerasan atau balasan karena kepentingan politik atau ekonomi tertentu dari pemerintah atau kekuatan
politik yang berkuasa, kelompok atau golongan, dengan imbalan atau janji imbalan berupa keuntungan jabatan, keuntunngan ekonomi, atau bentuk lainnya.
2. Ketidakberpihakan Impartiality
Ketidakberpihakan merupakan prinsip yang melekat dalam hakikat fungsi hakim sebagai pihak yang diharapkan memberikan pemecahan terhadap setiap
perkara yang diajukan kepadanya. Ketidakberpihakan mencakup sikap netral, menjaga jarak yang sama dengan semua pihak manapun, disertai penghayatan
mandalam mengenai keseimbangan antar kepentingan yang terkait dengan perkara.
3. Integritas Integrity