Peranan Perguruan Tinggi Transformasi Hukum Islam Dalam Hukum Nasional

116 dapat difahami, sebagai bentuk masyarakat yang sadar akan hak dan kewajibannya, serta memiliki kepedulian dan kemampuan untuk memperjuangkan hak-haknya, serta menunaikan kewajibannya. 59 Dalam hal ini bahwa peranan pondok pesantren sangat besar dalam transformasi hukum. Para kiyai dengan ilmunya yang diajarkan kepada santri kemudian para santri mengamalkan ilmu yang diturunkan oleh ustadnya yang selanjutnya di suri tauladan atau ditiru oleh masyarakat, maka dari masyarkat itulah masuk ke dalam Negara atau yang kemudian menjadi hukum positip. Begitu pula halnya dngan pendidikan perguruan tinggi Islam

2. Peranan Perguruan Tinggi

Di sinilah kemudian peranan sivitas akademik dalam membantu pemerintah menyiapkan blue print pengembangan Ilmu hukum yang lebih luas menjadi penting. Dengan penguatan dan pemanfaatan nilai-nilai Islam yang tercakup dalam ekonomi Islam pada berbagai aspek kehidupan, maka potensi ekonomi Islam dalam mendukung ekonomi nasional akan makin terbuka. Sivitas akademik di perguruan tinggi sudah saatnya tidak hanya berkutat pada masalah akad dan transaksi yang menjadi core dari aktivitas mu’amalah, tetapi juga melihat secara lebih makro kepada aspek-aspek kemanfaatan mas ̣laḥat yang terkandung dalam setiap transaksi untuk kemudian menterjemahkannya dalam kerangka keilmuan yang dapat dimanfaatkan oleh banyak pihak, termasuk pemerintah. 60 Perkembangan dan kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh sejauh mana sumber daya manusia menguasai ilmu pengetahuan, teknologi dan kepatuhan terhadap hukum untuk dimanfaatkan bagi kesejahteraan dan kemakmuran bangsa. Suatu lembaga yang relevan dan bertanggung jawab untuk 59 Hasbi Indra, Pesantren dan trasformasi Sosial Studi atas Pemikiran K Abdullah Syafi’e dalam Bidang Pendidikan, Editor Hasan M. Noer dan Masyafa-Ullah, 175. 60 Makalah ini disampaikan dalam Kuliah Umum Ekonomi Islam dan Pendidikan Islam Tahun Akademik 20082009 Magister Studi Islam MSI UII, Sabtu, 13 September 2008. 117 menghasilkan sumber daya manusia unggul dan berkualitas yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi adalah perguruan tinggi. Perguruan tinggi sebagai centre of excellence hendaknya mampu mencetak sumber daya manusia yang berkualitas untuk menghadapi era globalisasi yang penuh dengan tantangan dan persaingan mutu atau kualitas. Tingkat kemajuan bangsa sangat ditentukan oleh kemajuan dan perkembangan perguruan tingginya. Perguruan tinggi agama Islam memiliki tantangan tidak ringan yang seharusnya sudah dikuasai, tetapi sampai sekarang belum dilakukan dan dikuasai. Tantangan itu adalah pengembangan sumber daya insani, sains, dan teknologi. Apalagi sedikit sekali produk-produk atau ilmu-ilmu sains dan teknologi yang cukup signifikan yang dikuasai oleh orang-orang dari perguruan tinggi agama Islam. Tantangan yang dihadapi perguruan tinggi berkaitan dengan fungsi dan tugas perguruan tinggi sebagai transformer dalam bidang hukum. Suatu masyarakat moderen tidak akan terpikirkan tanpa adanya universitas. A modern society is unthinkable without the university. 61 Kalimat ini kutipan Jaroslave Pelikan, presiden American Academy of Arts and Siences. Bagi setiap bangsa yang ingin maju, mau moderen dan berkembang, harus memiliki perguruan tinggi yang bukan saja melestarikan tetapi yang lebih penting mengembangkan ilmu pengetahuan dan tehnologi. Lembaga pendidikan tinggi diharapkan meneliti, menggodok dan memasyarakatkan nilai. Meto dan ide baru serta memantau dn memecahkan berbagai permasalahan yang dihadapi masyarakatnya. 62 Besarnya peran dan pentingnya fungsi perguruan tinggi tidak menutupi kenyataan bahwa lembaga ini tidak terlepas sasaran kritik dan tumpuan kecaman. Ada tiga fungsi perguruan tinggi yang disebut tridarma atau tiga pengabdian 61 Kutipan Jaroslave Pelikan, The Idea of University: A Reexamination New Haven: Yale University Press, 1992, 13. 62 Edward Shills, Modernizarion and Higher Education, dalam Myrom Weiner ed Modernization: The Dynamics of Growth New York Basic Books, 1966, 87-88. 118 perguruan tinggi yang ketiganya saling terpadu, yaitu darma pendidikan dan pengajaran teaching and learning, darma penelitian, dan darma pengabdian. Perbedaan fungsi dan darma, adalah fungsi berkaitan dengan tugas dan darma berkaitan dengan peran. Darma pertama perguruan tinggi adalah pendidikan dan pengajaran teaching and learning. Darma ini menjadi pondasi dalam pelaksanaan perguruan tinggi karena lebih banyak diarahkan untuk pengembangan sumber daya insani. Indikator berkualitasnya pendidikan dan pengajaran salah satu normanya adalah berkaitan dengan satuan kredit semester SKS. SKS itu bobot yang diberikan kepada tiap mata kuliah yang menunjukkan berapa banyak pertemuan itu dilaksanakan, berapa banyak tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik maupun dosen, berapa banyak pula upaya-upaya yang dilakukan oleh peserta didik dan dosen dalam meningkatkan diri melalui kegiatan mandiri belajar bebas. Misalnya, satu mata kuliah bobotnya 3 SKS dengan satuan waktu 50 menit. Artinya bagi peserta didik harus mengikuti kuliah 3 kali 50 menit kali 14 kali pertemuan 12 kali perkuliahan, 1 kali Ujian Tengah Semester UTS dan 1 kali Ujian Akhir Semester UAS dalam satu semester. Ditambah 3 kali 50 menit mengerjakan tugas-tugas dari dosen. Ditambah lagi 3 kali 50 menit mengerjakan tugas atau belajar mandiri. Jika peserta didik melaksanakan SKS itu dengan baik, maka akan dihasilkan peserta didik dengan hasil belajar yang berkualitas. Namun, keberhasilan itu akan dicapai jika dosen pun melakukan tugasnya dengan baik. Dosen harus datang ke kelas 3 kali 50 menit kali 14 kali pertemuan untuk berinteraksi dengan peserta didik. Dosen pun perlu persiapan- persiapan yang matang untuk memberikan pengajarannya. Kemudian dosen pun harus memeriksa semua tugas peserta didik dan mengembalikannya kepada peserta didik, sehingga diketahui benar atau salahnya pekerjaan yang dilakukan peserta didik tersebut. Selain itu, dosen pun dituntut untuk selalu membaca 119 sekurang-kurangnya 3 kali 50 menit. Dengan demikian bahan-bahan kuliah yang akan diajarkan kepada peserta didik akan selalu up date. 63 Darma kedua perguruan tinggi yaitu penelitian yang muatannya lebih banyak berkaitan dengan pengembangan sains dan teknologi. Penelitian ini yang dianggap sebagai alat untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pendidikan dan penelitian yang dilakukan dosen dan peserta didik diarahkan untuk mengembangkan kemampuan kerja sama, cara berpikir dan berkarya secara aktif dan kreatif, sustainable agar memiliki kontribusi dalam perubahan yang terjadi di masyarakat ke arah yang lebih baik dengan dilandasi nilai-nilai keimanan. Darma ketiga perguruan tinggi adalah pengabdian, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh civitas akademika seperti dosen dan peserta didik dalam pengembangan masyarakat agar terjadi perubahan ke arah yang lebih baik agent of change, baik untuk jangka pendek, menengah, atau jangka panjang berdasarkan dari ilmu yang diperoleh dari pendidikan dan pengajaran serta hasil- hasil penelitian. Untuk itu maka diterapkan suatu prinsip yang dikenal dengan community development, atau rekayasa sosial yang dapat memberdayakan masyarakat 64 agar mampu berdiri sendiri yang difasilitasi oleh perguruan tinggi. Perguruan tinggi harus benar-benar menunjukkan perannya secara aktif dengan melakukan kegiatan membina masyarakat supaya baik. Untuk perguruan tinggi yang berkecimpung di bidang agama adalah membina masyarakat berkaitan dengan agama Islam. Inilah yang disebut dengan dakwah. Bisa pula melakukan pembinaan berkaitan dengan bidang lainnya seperti melaksanakan entrepreneurship atau kewirausahaan, agar masyarakat bisa hidup mandiri. 63 Departemen Agama, Pembangunan Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, 2009, 15. 64 Pemberdayaan dalam tahap emansipatif yaitu dari orang Islam, oleh orang Islam, untuk orang Islamdan didukung oleh masyarakat global. Bukan hanya pada tahap initial, dari masyarakat global, oleh masyarakat global, untu umat Islam, Lihat Syahrin Harahap, Perguruan Tinggi Islam di Era Globalisasi Sumatera Utara: IAIN Sumaetra Utara dan Tiara Wacana Yogya, 1998, Cet-1, x. 120 Ketiga fungsi dan peran perguruan tinggi itu saling berkaitan. Jika satu fungsi atau peran pincang, apalagi ketiga-tiganya, maka sulit dikatakan perguruan tinggi itu berkualitas. Fungsi dan peran perguruan tinggi ini dikaitkan dengan keberadaan pendidikan yang lebih besar lagi. Semua orang yang terlibat dalam penyelenggaraan perguruan tinggi mulai pimpinan, dosen sampai staf administrasi, di dalam benaknya diarahkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Fungsi dan peran perguruan tinggi sebagai suatu lembaga pendidikan harus dapat memberikan jaminan bahwa layanan yang bermutu kepada peserta didiknya. 65 Perguruan tinggi atau dosen dalam memberikan layanannya agar tetap bermutu memerlukan audit terhadap kinerja yang dilakukannya, termasuk penilaian ynag dilakukan oleh peserta didik terhadap kualitas dosennya dalam menyampaikan pengajaran. Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui kekurangan atau kelemahan dalam memberikan bahan kuliah untuk dijadikan bahan memperbaiki dan mengembangkan kemampuan yang lebih baik dengan bahan kuliah yang selalu up date. Penilaian dari peserta didik ini biasanya objektif karena mereka mengalami langsung pembelajaran dari dosennya, apakah memuaskan atau tidak memuaskan. Dilihat dari konteksnya, fungsi dan peran perguruan tinggi berlaku dalam tataran yang bersifat umum atau universal yang berlaku di mana pun. Siapa saja baik perorangan, masyarakat, maupun negara dalam menyelenggarakan perguruan tinggi harus menyadari fungsi perguruan tinggi itu. Yang paling mendasar pada prinsipnya bahwa perguruan tinggi sebagai penyambung transformer hukum yang selam ini terjadi stagnasi. 65 Layanan bermutu adalah layanan yang memberikan kepuasan kepada pemangku kepentingan stake holder. Kepuasan itu tidak hanya dirasakan oleh peserta didik saja, melainkan juga orang tua atau masyarakat yang merasakan peserta didik sebagai sumber daya yang berkualitas. Lihat Departemen Agama.. Pembangunan Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, 2009, 56 121

3. Peranan Majelis Ulama Terhadap Tranformasi Hukum