Apa pandangan anda terhadap peran politik pelajar ?

PERTANYAAN WAWANCARA Nama : Rahmat Banu Widodo Jabatan : Ketua Bidang PPO PW PII Jakarta periode 1998-2000 Pekerjaan : Wiraswasta Tanggal : 7 April 2013 Tempat : Kantor Pusat KB PII Jl.Daksa V Kebayoran Lama, Jakarta Selatan 1. Apa pandangan anda terhadap peran politik pelajar ? Pada tahun 1998-2000 itu eranya transisi politik secara nasional ataupun secara internal PII. Jadi sebelum-sebelumnya pada periode tersebut tidak terkonsolidasi biasa dikenal one men one show, kemudian basis dibawah itu lemah mengkondisikan peserta-peserta dan keanggotaan PII. Banyak pula yang rontok, trainig aja nyampe dirayu-rayu supaya orang ikut training, nyampe susah katanya. Ketika kita tawarkan. Kita adakan mental tranning? Tidak, kita gak mungkin mental training. Kenapa? Wong waktu itu saja susah kata Ipin. Sehingga di internal main teruhan. Kita punya teori itu semakin dipersulit persyaratan maka semakin mahal kita punya mental tranning. Akhirnya di kasih persyaratan itu hasilnya meledak, Booming itu training. Akhirnya lama-lama 1998 itu sebagai transisi nasional maupun keadaan PII Jakarta secara internal. Munculnya kembali eksistensi PII dari periode 1998- 2000 itu didorong oleh nuansa kebatinan kader individu PII maupun kebatinan secara nasional. Sehingga kita mencoba untuk 1998 itu menjadi titik balik kebangkitan PII itu di Jakarta. Pada saat itu PII diberikan dua pilihan. Antara yang pro status quo dan kontra pemerintahan, yaitu ketika pada saat transisi peralihan Soeharto ke Habibie, kita pengen umat Islam secara nasional pengen BJ Habibi melanjutkan. Tapi disisi lain secara udah dipotong habis itu kekuatan ORBA diambil alih oleh MPR RI dan potong generasi. Karena PII pada saat itu pengen sama-sama dengan yang lain, agar aman transisi dipegang BJ Habibi tidak ikut main sama cara pandang kelompok sekuler dan ribuan masiswa yang menduduki MPR dan DPR yang menginginkan reformasi secara total. Karena pada saat diujung periode kejatuhan pak Harto itu dipegang oleh umat Islam dan kekuatan Habibie untuk bisa mengantarkan perjalanan reformasi. Tapi sebagian yang lain tidak menghendaki itu karna dianggap ini sebagian skenario besar kelanjutan dari Orde Baru untuk melanjutkan atau memperpanjang status kekuasaannya. Pada saat itu PII menghendaki reformasi konstituonal bukan reformasi total. PII Jakarta terutama mengatakan sikap untuk tetep berada reformasi konstituonal bukan reformasi total. Karna itu segaris dengan kelompok umat islam yang lain yang menentukan itu. Karana PII Jakarta tidak mungkin keluar dari mindstream kebijakan dari PB PII pada waktu itu yang menghendaki supaya PII berada pada sikap reformasi konstituonal yang sampai akhirnya mengantarkan ke sidang istimewa MPR menyempatkan Habibi melanjutkan priodisasi pak Harto. 2. Apa strategi dan Kegiatan yang anda lakukan sewaktu menjabat ketua umum PW PII Jakarta periode 2004-2006 dalam melakukan pemberdayaan politik pelajar ? PII itu dilantik bulan juli Tahun 1998. Saat itu kita bikin jargon ekspansi, kaderisasi dan konsolidasi. Seiring dengan visinya PB PII pada waktu itu yakni ektsernal publis dan internal solid. Kita formulasi dalam kebijakan ekspansi dan kaderisasi. Jadi Kaderisasi itu kita tidak pernah berhenti melakukan kaderisasi dari bawah sampai kemudian goolnya melahirkan instutusi ditingkat lokal, bentuk daerah, bentuk badan otonom dan sebagainya. Kemudian ada progres di periode separuh berikutnya tumbuhlah daerah-daerah baru yang kita lahirkan dari proses kaderisasi tingkat internal. Kemudian kalau di ekspansi itu kita melakukan aksi-aksi soledaritas. Misalnya solidaritas urusan di ambon dan solidaritas aceh. PII Jakarta bareng PB PII ikut demo ke pak SBY untuk menentukan sikap pemerintah terhadap persoalan Aceh dipimpin oleh pak Marjuki. Nuansa ekspansi itu emang cenderung ke nuansa isu-isu politik. Karena belum bisa pada soal pendidikan pada saat itu demo-demonya politik semua dan menggerakan masa cukup banyak. Saya ketika berada didalam proses awal ketika test the wroter bagaimana kekuatan PII Jakara itu bisa dihitung. Akhirnya dikalkulasikan punya masa kuat gak? Akhirnya kita bikin sayap aksi momentumnya pada saat itu adalah kasus ambon. Saya menyetuskan Kesatuan Aksi Pelajar Islam Indonesia KA-PII spontan dari mulut Shood, ya udah KA-PII akhirnya di pake. Inspirasinya pada waktu itu memang kita belum diskusi background karena kita spontan mungkin inspirasinya belakangan. Kalau kita pengen mendorong eksistensi PII ke publik. Ini murni aksi PII bukan aksi koalisi dengan IPM atau IPPNU ini murni kekuatan PII secara masif kehadapan presiden di istana negara. Kita tunjukan kepada public kita care punya solidaritas umat islam di Ambon yang sedang terjadi dan terdzolimi pada bulan Januari tahun 1999. Karena pada saat itu saya buat tulisan di harian pelita soal itu. Sebulan dua bulan kemudian kita konsuldasi supaya kita sikap terhadap pemerintah jangan ragu untuk melakukan penyesuaian konflik