Faktor Pendukung Respon Pelajar terhadap Pemberdayaan Politik PW PII Jakarta

85 adalah ketika munculnya sikap ketergantungan terhadap alumni yang secara tidak langsung mampu menghambat kreatifitas dan potensi kelembagaan yang dimiliki. Konsekuensinya, banyak diantara alumni itu mempengaruhi langkah dan pola pikir pengurus dengan berbagai intervensi dan doktrinasi yang dilakukannya Wawancara dengan Ahmad Fadhil pada 19 April 2013. c. Cara Berpikir Yang Status Quo PII merupakan organisasi yang ideologis, hal itu yang menjadikan pandang hitam putih menjadi sesuatu umum diantara kader PII dan penghakiman tehadap seseorang yang memunculkan konflik diantara pengurus. Sebuah komunitas seperti PII yang bawaannya ideologis, sifatnya status quo dan revivalisme, artinya dia lebih mengagungkan sebuah idealitas di masa lampau dan ingin menciptakan idealitas itu kemudian memaksakan cara pandangnya, orang cenderung tidak mampu untuk melihat kenyataan sebenarnya, karena memang prasangka ideologis yang ada dalam pikirannya Wawancara dengan Ahmad Basori pada 19 April 2013. d. Kepengurusan Luasnya wilayah garapan PW PII Jakarta yang tidak hanya mencakup daerah di DKI Jakarta membuka peluang bagi kader PII di daerah-daerah pinggiran seperti Karawang, Bekasi, Subang, Purwakarta, Depok dan Tangerang mengisi kepengurusan di tingkat wilayah. Latar belakang Pengurus Wilayah PII Jakarta yang dihuni 86 mayoritas daerah pinggiran, sementara personil asli daerah Jakarta rapuh, berdampak pada psikologi atau cara berpikir pengurus yang belum mampu membaca persoalan kompleksitas daerah perkotaan yang notabene berbeda dengan daerah-daerah mereka tinggal Wawancara dengan Ahmad Fadhil pada 19 April 2013. e. Waktu Permasalahan waktu juga menjadi salah satu faktor penghambat. Hal itu karena keterbatasan waktu para pelajar dalam berbagai kegiatan yang dilaksanakan selalu berbenturan dengan padatnya waktu belajar di sekolah, sehingga mereka harus membangi waktunya antara kebutuhan studi dan keaktifannya di PII Wawancara dengan Nuril Anwar pada 7 April 2013. 87

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Pandangan Pengurus Wilayah PII Jakarta terhadap peran politik pelajar tercermin dari cara pandang kritisnya terhadap komitmen kepelajaran, yaitu pelajar sebagai entitas sosial dan pelajar sebagai subjek pendidikan, kebudayaan, dan subjek transformasi pendidikan dan kebudayaan. Pelajar sebagai entitas sosial memiliki konsep yang tidak saja bermakna secara sosial, tetapi juga politis. Dari sisi sosial, pelajar merunjuk kepada sebuah entitas yang eksistensinya terkait dengan proses belajar dan masuk dalam daur dunia pendidikan. Sementara itu dalam makna politis, keberadaan pelajar mewakili komunitas terdidik dan relatif berperadaban sehingga peranannya dalam proses perubahan sosial menjadi sebuah keniscayaan. Sementara itu, pelajar sebagai subjek pendidikan, kebudayaan, dan subjek transformasi pendidikan dan kebudayaan memposisikan pelajar sebagai subjek dari perubahan sosial. Dengan menempatkan pelajar sebagai subjek perubahan sosial, pelajar akan memiliki komitmen dan tanggung jawab terhadap tugas dan fungsinya sebagai pelajar serta meningkatkan partisipasinya dalam melakukan kritik sosial atas kondisi yang tidak sesuai dengan apa yang diyakininya. Politik yang dijalankan oleh PII bukan dalam artian politik praktis, tapi high politik yang bergerak pada wilayah pembangunan kesadaran politik kepada pelajar dalam melihat permasalahan sosial di lingkungannya, menumbuhkan budaya kritis