Komunikasi organisasi pengurus besar Pelajar Islam Indonesia (PII) dalam kaderisasi di Menteng raya Jakarta Pusat

(1)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Universitas Islam Negeri

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Di Susun Oleh :

Siti Latifah NIM : 107051002839

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011


(2)

Skripsi

Diajukan untuk Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh : Siti Latifah 107051002839

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2011


(3)

Skripsi berjudul KOMUNIKASI ORGANISASI PENGURUS BESAR PELAJAR ISLAM INDONESIA DALAM KADERISASI telah diujiankan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 15 Juni 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) pada Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.

Jakarta, 15 Juni 2011


(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata I (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya itu bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 9 Juni 2011


(5)

Siti Latifah

Komunikasi Organisasi PB PII Dalam Kaderisasi

Kaderisasi adalah proses pendidikan jangka panjang untuk menanamkan nilai-nilai tertentu kepada seorang kader. Kader adalah anggota, penerus organisasi. Nilai-nilai yang diyakini bersama sebagai pembentuk watak dan karakter organisasi.Organisasi, apapun itu mutlak mensyaratkan kaderisasi.dan dalam kaderisasi juga dibutuhkan apa yang namanya komunikasi dalam suatu organisasi. Basis organisasi adalah kaderisasi dan komunikasi yang baik.

Komunikasi yang baik akan membangun sifat partisifasif diantara para kader dan agenda akan berjalan. Dari Penjelasan di atas lalu timbul Pertanyaan Apa saja Bentuk Pelaksanaan Organisasi komunikasi Organisasi dalam kaderisasi di PB PII Dalam Kaderisasi? kemudian apakah metode dan materi yang di berikan dalam kaderisasi? Selanjutnya Faktor pendukung dan Penghambat yang terdapat dalam kaderisasi?

Metode penelitian yang digunakan adalah adalah pendekatan kualitatif dengan analisis deskriptif. Berupa lisan, maupun tulisan dari narasumber seperti wawancara langsung, mengikuti kegiatan di lapangan. Pencarian dari internet dan buku-buku Selama 6 bulan, data-data tersebut kemudian diuraikan secara apa adanya berdasarkan yang diterima.

Dari hasil penelitian ditemukan Bentuk pelaksanaan komunikasi di PII ialah komunikasi internal yang terdiri dari komunikasi vertikal, komunikasi Eksternal yang terdiri dari komunikasi dari organisasi kepada khalayak.

Untuk materi-materi dan metode yang diberikan dalam kaderisasi adalah seputar Iman Dan Takwa, Jati Diri, Ilmu Pengetahuan Dan Tekhnologi, Kepemimpinan, Kelembagaan, Kebudayaan dan Peradaban, Keumatan, Ekonomi, Lingkungan Dan Kesehatan, Ke- PIIan. Sedangkan metodenya adalah pendekatan yang digunakan PII ini adalah metode partisipatif dengan pendekatan unit (pengembangan materi).

Faktor pendukung dari kaderisasi yaitu Harus ada follow-up dari pengurus dan adanya koordinasi antar pengurus. Adapun faktor penghambat biasanya dalam hal materi (keuangan). Dan adanya kesibukan masing-masing pengurus. Adapun

Solusinya yaitu cara pandang dari para kader PII agar ada skala Prioritas terhadap organisasi.


(6)

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, serta memberikan daya dan kekuatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjunan kita Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan umatnya hingga akhir zaman.

Dalam Penyusunan skripsi ini, tidak sedikit rintangan yang penulis hadapi, namun penulis tetap semangat dan tidak putus asa. Karena yakin dan percaya bahwa Allah SWT akan memudahkan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan Alhamdulillah skripsi ini selesai dengan baik.

Terima kasih yang tulus, penulis ucapkan kepada pihak-pihak yang telah membantu, membimbing dan memotivasi penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik, oleh karena itu penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA, Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Penyiaran Islam Universitas Islam Jakarta.

2. Bapak Jumroni MA, Ketua Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Umi Musyarofah selaku sekertaris jurusan komunikasi penyiaran Islam yang telah membantu penulis dalam hal keadministrasian.

4. Drs. S. Hamdani, MA, Dosen Pembimbing Skripsi yang dengan sabar membimbing, mengarahkan, memotivasi serta memberikan masukan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.


(7)

5. Seluruh dosen dan staf fakultas Dakwah dan Ilmu komunikasi, yang telah memberikan ilmu dan wawasan kepada penulis selama penulis menuntut ilmu di UIN.

6. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Dakwah dan komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah menyediakan literatur yang penulis butuhkan dalam penyusunan skripsi ini.

7. Orang Tua Tercinta H. Syarif dan Ummi Hj Di’ah (alm). Kepadamu ayah, yang telah mencurahkan cinta dan kasih sayangnya, dorongan moral, spiritual serta perhatian yang tiada putus sehingga ananda dapat menyelesaikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini. Dan teruntuk Ummiku yang tercinta semoga engkau tenang berada di alam sana. Dan semoga ananda bisa mewujudkan cita-cita yang sebagaimana ummi cita-citakan juga yaitu ingin membangun

yayasan untuk kaum du’afa.

8. Kepada Ketua Pengurus Besar PII Muhammad Ridho, kanda dadan, kanda Ramdani, selaku defisi kaderisasi, kanda putra selaku mantan wakil sekjen dan Teman-teman pengurus PB PII, yang telah membantu penulis dalam melaksanakan Penelitian.

9. Kakak-kakakku, (Jamaludin, S.Ag, Nunung Nurhasanah, S.Ag, Izzudin Washil, M.A, Ida Farida, S.Th.I dan yasin Azhari, C.Ss, juga keponakanku tercinta Hafiy Enha Washil dan Ezlafana El Hak dan yang telah memberikan cinta dan kasih sayang kepada penulis serta memberikan semangat yang tak terputus.

10.Aa C. Zenal Mutaqin, S.Pd.I yang telah menemani hari-hari penulis dalam suka ataupun duka, walaupun terkadang hanya dengan via telephonlah yang


(8)

menjadi teman berbagi, dan diskusi, serta dengan kasih sayangnya yang tulus, memberikan dorongan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

11.Taufik Luthfi, S.Pd.I beliau adalah sepupu yang sudah saya anggap seperti adik sendiri, ia pun telah memberikan andil dalam penulisan skripsi ini. 12.Teman-teman Keluarga Mahasiswa Islam Karawang (KMIK) Jakarta

Khususnya teman-teman Aspi dan Aspa, Fatimah, widya, yeni, Maya, Edi, ka Dadel, Supandi, Zay dan teman-teman lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu

13.Teman-teman Asrama Bahasa Inggris Latanza, Mis Ida ade sekamar koe, Ratu, Fit, Fatma, Ka, Puji, Dian, Kiki, Nur, Joy, nia, dan Rina serta ade-ade kelas ku di Latanza yang di Ushuludin.

14.Teman-teman trainer Sang surya life school Bang Agil yang selalu

mendo’akan penulis, hingga bisa dipermudah dalam segala urusan, ka Cecep yang selalu memberikan masukan, Teh Eka dan teman-teman yang lainnya. 15.Tak lupa juga Guru Tercinta Tu Bagus Wahyudi yang selalu memberikan

Inspirasi. teman-teman kuliah Public Speaking School Angkatan 9. Bang Habib, Ka, Jannah, Ka Itoh, Ka, lina, Ikrima, Pak, Sarim, Ka, titin, Ka, Dila Sarah dan teman-teman yang lain yang penulis tidak bisa sebutkan.

16.Teman-Teman KPI A angkatan 2007 Tado, Ali, Aah, Mila, Kholis, Eka, Faizah, Helda, Upay, Bongki, Faiz, Purnomo, Feraz, Prana, Uci, Ririn,

special untuk sahabat Ku Anis, ummah yang selalu memberikan semangat, dan membantu penyelesaian skripsi ini.

Demikianlah ucapan terimakasih yang tulus dari penulis, semoga Allah SWT membalas segala kebaikan semua pihak yang telah mendukung penulis, sampai skripsi ini tuntas dengan baik. Penulis menyadari bahwa


(9)

masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Namun penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis, dan pembaca, serta bisa menjadi referensi bagi dunia akademik khusunya di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

Jakarta, 7 Juni 2011

Penulis


(10)

KATA PENGANTAR ……….………. ii

DAFTAR ISI ……….………. vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan RumusanMasalah... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4

D. Tinjauan Pustaka ... 5

E. Metode Penelitian ... 6

F. Sistematika Penulisan ... 9

BAB II : Tinjauan Teori A. Komunikasi Organisasi ... 11

1. Pengertian komunikasi organisasi ... 11

2. Fungsi organisasi ... 13

3. Bentuk-bentuk komunikasi organisasi ... 15

4. Fungsi komunikasi dalam organisasi ... 18

B. Kaderisasi ... 21

1. Pengertian kaderisasi ... 21

2. Proses kaderisasi ... 22

3. Fungsi komunikasi organisasi dalam kaderisasi ... 25

C. Metode Dakwah dalam Kaderisasi……….28


(11)

BAB III Gambaran Umum Organisasi PII dan PB PII dalam Kaderisasi

A. Sejarah PII ... 31

B. Kaderisasi di PII ... 33

C. Visi Misi PII ... 48

D. Tujuan kaderisasi di PII ... 49

E. Struktur organisasi PII dan Pengurus Besar PII ... 49

F. Program Kegiatan Pengurus Besar PII ... 51

BAB IV Temuan dan Analisis Data A. Bentuk Pelaksanaan Komunikasi Organisasi dalam Kaderisasi di PB PII ... 53

B. Metode dan Materi dalam Kaderisasi di PII ... 62

C. Faktor Pendukung, Penghambat dan solusinya ... 71

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... .74

B. Saran ... 75

Daftar Pustaka ... …. 77 Lampiran


(12)

A. Latar Belakang Masalah

Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Dengan berkomunikasi, manusia dapat saling berhubungan satu sama lain baik dari kehidupan sehari-hari di rumah tangga, di tempat pekerjaan atau di mana saja berada. Tidak ada manusia yang tidak akan terlibat dalam komunikasi.

“Setiap kegiatan manusia, baik itu aktifitas sehari-hari, organisasi, lembaga dan sebagainya tidak akan terlepas dari komunikasi, sehingga dapat dipastikan di mana manusia hidup baik sebagai individu maupun anggota masyarakat selalu berkomunikasi, mengapa demikian? karena komunikasi merupakan kebutuhan hidup manusia. Tidak mungkin seseorang dapat menjalani hidupnya tanpa berkomunikasi dan komunikasi itu sendiri merupakan unsur penting yang membentuk dan memungkinkan berlangsungnya suatu masyarakat.”1

Pentingnya komunikasi bagi manusia tidak dapat di pungkiri begitu juga halnya dengan organisasi dapat berjalan lancar dan berhasil. Dengan adanya komunikasi yang baik di suatu organisasi. Begitu juga sebaliknya, kurangnya atau tidak adanya komunikasi organisasi akan menyebabkan organisasi itu tidak berjalan.

Atas dasar itu maka komunikasi organisasi perlu mendapat perhatian untuk dipelajari dan dipahami oleh setiap orang yang terlibat dalam dunia organisasi. Sebab, komunikasi yang efektiflah yang dapat menjamin tercapainya tujuan-tujuan organisasi dan kemampuan berkomunikasi secara efektif pada dasarnya akan menentukan keberhasilan seseorang, dimanapun ia berada, bukan hanya dalam dunia organisasi saja. Tujuan utama dalam dunia

1

Zulkarnain Nasution, Sosiologi komunikasi Massa, (Jakarta : Universitas Terbua, 1993), cet ke-1, h.2.


(13)

organisasi adalah memperbaiki organisasi. Memperbaiki organisasi biasanya ditafsirkan sebagai “memperbaiki hal-hal untuk mencapai tujuan manajemen”. Dengan kata lain, orang mempelajari komunikasi organisasi untuk menjadi yang lebih baik. Oleh karena itu penulis memandang sangat penting untuk mengkaji komunikasi organisasi sebagai landasan kuat bagi pengembangan sumberdaya manusia melalui pengkaderan dalam menjalankan roda organisasi.”

Di Indonesia terdapat organisasi yang berbasis ke Islaman diantaranya Ikatan Remaja Muhammadiyah (IRM) Ikatan Pelajar Nahdatul Ulama (IPNU) dan Pelajar Islam Indonesia (PII). Dari organisasi tersebut, Pelajar Islam Indonesia (PII) adalah salah satu gerakan pelajar Islam yang lahir dari rahim umat Islam pasca kemerdekaan (tepatnya 1947 dua tahun setelah proklamasi kemerdekaan).2 Sebagai bagian dari Umat Islam PII sebagimana juga organisasi lain mempunyai cita-cita untuk berjuang merebut kemerdekaan dan mengeluarkan umat Islaam dari ketertinggalan serta keterbelakangan sebagai akibat dari penjajahan panjang yang dialami bangsa Indonesia.

Pelajar Islam Indonesia (PII) merupakan salah satu organisasi pelajar yang menonjol dalam hal kaderisasi. Sistem kaderisasi yang di gunakan dalam kaderisasi yaitu sistem ta’dib. Organisasi ini mempunyai kaderisasi yang berjenjang, yang mengkombinasikan aktivisme, intelektualisme dan religiusitas. Ta'dib sendiri merupakan sistem kaderisasi baru yang digunakan PII sejak era reformasi yang menandai munculnya

2

Yudi Latief, Intelegensia Muslim dan Kuasa Generologi Muslim Indonesia Abad Ke-20, (Mizan Bandung, 2005), h. 305-315.


(14)

kembali PII di ranah kehidupan publik setelah dibekukan oleh pemerintah orde baru dalam kasus pemaksaan asas tunggal. Sistem ini mengkombinasikan tiga model pembinaan kader melalui jalur training, ta'lim dan kursus.

“Sistem Kaderisasi PII merupakan suatu pendekatan progresif dalam pembelajaran di Indonesia. Para kader dididik dengan pendekatan partisipatif dalam paradigma pendidikan orang dewasa (andragogi) yang mendorong tumbuhnya kesadaran kritis semenjak dini. Dalam pendidikan di PII setiap warga belajar dihormati sebagai orang dewasa yang sudah mempunyai pengetahuan sehingga keberadaan mereka dihargai. Dalam proses pendidikan model ini, para instruktur bukanlah guru yang paling tahu tentang materi yang sedang dibahas melainkan hanya fasilitator yang juga belajar dalam proses itu.3

Dari situ dapat terlihat bahwa PII merupakan salah satu organisasi kader, yang menjadi wadah bagi para pelajar, agar para pelajar lebih kritis sejak dini. Dalam suatu organisasi maka diperlukan adanya komunikasi organisasi, supaya kaderisasi berjalan dan kader yang dihasilkan berkualitas. Pengurus Besar (PB) selaku pengurus pusat mempunyai peranan penting dalam proses komunikasi ditubuh PII, dan di dalam pengurus besar komunikasi yang dilakukan dalam proses kaderisai yaitu berupa komunikasi dari atas kebawah dari segi seperti yang dilakukan pengurus wilayah ke pengurus besar, sedangkan dari atas ke bawah yaitu dari tingkat pengurus besar ketingkat komisariat. Maka dari situ penulis tertarik untuk melihat lebih jauh proses kaderisasi yang dilakukan PB PII.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penelitian ini berjudul “

KOMUNIKASI ORGANISASI PENGURUS BESAR PELAJAR

3

http://id.wikipedia.org/wiki/Pelajar_Islam_Indonesia Kategori: Organisasi Pemuda Islam


(15)

ISLAM INDONESIA (PII) DALAM KADERISASI DI MENTENG

JAKARTA PUSAT”

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Bertolak dari latar belakang di atas, penelitan ini dibatasi pada komunikasi organisasi pengurus besar dalam materi dan metode kaderisasi di Pelajar Islam Indonesia Menteng Raya Jakarta Pusat. Selama 1 Priode 2010 – 2012 baik yang dilakukan secara internal dan eksternal terhadap para kadernya.

2. Perumusan Masalah

Dari latar belakang yang terjadi seperti tergambar di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

a) Bagaimanakah bentuk komunikasi Organisasi PB dalam kaderisasi di PII?

b) Apakah metode dan materi yang diberikan PB PII dalam kaderisasi? c) Apakah faktor pendukung, penghambat dan solusinya?

C. Tujuan dan Manfaat penelitian

Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mengetahui komunikasi organisasi di PII pengurus Besar dalam kaderisasi.

Sedangkan Manfaat penelitian ini adalah: a. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperluas khazanah keilmuan, khususnya dalam bidang ilmu komunikasi organisasi. b. Manfaat Praktis


(16)

Hasil penelitian ini diharapkan tidak hanya memiliki manfaat secara akademis tetapi juga manfaat secara praktis yakni penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi secara praktik khususnya bagi praktisi-praktisi dan prilaku organisasi dalam pengkaderan serta berkomunikasi yang efektif dan seefesien mungkin.

D. Tinjauan Pustaka

Sepanjang penelusuran yang penulis lakukan, ada beberapa buku maupun tulisan yang berkaitan dengan skripsi yang akan penulis tulis, Peneliti hanya menemukan dua bentuk yang berkaitan dengan Komunikasi Organisasi. Diantaranya:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Nurazijah. Fakultas Dakwah dan

komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan Judul Penelitian” Badan Musyawarah Masyarakat Betawi Pada Perayaan Lebaran Betawi”,

yang penelitian ini dilakukan pada tahun 2010. Pembahasan skeripsi ini hanya pada bentuk komunikasi BAMUS betawi pada perayaan lebaran Betawi.

2. Eska Ariyati. Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta dengan Judul Penelitian “ Komunikkasi Organisasi Dalam

Pengembangan Kepemimpinan di SMU Muhammadiah 4 Jakarta”, yang penelitian ini dilakukan pada tahun 2009. Skripsi ini menjelaskan dan materi untuk mengembangkan kepemimpinan para anggota ikatan pelajar Muhamadiyah.

Dari pengamatan mengenai dua bentuk penelitian mengenai komunikasi organisasi yang telah dilakukan oleh mahasiswa UIN Jakarta


(17)

terdahulu, lebih menekankan terhadap bentuk efek dari hubungan dua

variable. Namun belum adanya penelitian mengenai” Komunikasi Organisasi

Pengurus Besar Pelajar Islam Indonesia Dalam kaderisasi Di Menteng Raya Jakarta Pusat”.

E. Metodelogi penelitian 1. Metode penelitian

Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif, peneliti berusaha untuk menggambarkan secara jelas, yang terjadi di lapangan dan kemudian dianalisa untuk mendapatkan hasil berdasarkan tujuan penelitian. Pendekatan kualitatif ini menitik beratkan pada data-data penelitian yang akan dihasilkan berupa kata-kata melalui pengamatan dan wawancara.4

2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan oleh peneliti pada tanggal 29 januari sampai 03 juni tahun 2011 yang bertempat di pengurus Besar jalan Menteng Raya No. 58 Jakarta pusat.

3. Subjek dan Objek penelitian

Subjek penelitian ini adalah pengurus Besar pelajar Islam Indonesia sedangkan objek penelitian ini adalah komunikasi organisasi dalam kaderisasi di menteng raya Jakarta pusat.

4. Sumber Data

a. Data Primer

4

Suharsimi Arikunto, prosedur penelitian: Suatu pendekatan Praktek, (Jakarta:PT. Rhineka Cipta 1998), cet, ke-2 h. 10


(18)

Data Primer adalah data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti. Untuk itu pengumpulan data primer dilakukan dengan mengadakan wawancara, observasi dan penelusuran dokumen yang akan dilakukan penulis terhadap kepengurusan Pengurus Besar Pelajar Islam Indonesia Dalam pengkaderan di Menteng Raya Jakarta Barat.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh penulis dari buku-buku, artikel dan bahan informasi lainnya yang berkaitan dengan masalah penelitian.

5. Tekhnik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti.

a. Observasi

Observasi atau pengamatan Langsung. Tekhnik observasi atau pengamatan yang peneliti gunakan adalah bersifat langsung dengan mengamati objek yang diteliti.Selama peneliti amati bentuk komunikasi PB PII dalam kaderisasi menggunakan komunikasi dari atas kebawah (downward communication) dan komunikasi dari bawah keatas (Upward communication)dan mengetahui metode pembelajaran untuk para kader yaitu menggunakan materi partisipatorik, begitu juga dengan meteri yaitu materi seputar iman dan takwa, jati diri, ilmu pengetahuan dan tekhnologi, kepemimpinan, kelembagaan, kebudayaan dan peradaban, keumatan, ekonomi, lingkungan kesehatan, dan ke-PII-an. selain itu juga mengetahui faktor pendukung kaderisasi yaitu harus ada Follow-up nya dari pihak PB dan


(19)

faktor penghambatnya yaitu dalam materi (keuangan). Sedangkan solusinya yaitu merubah cara pandang para kader bahwa organisasi PII ini adalah skala Prioritas.

b. Wawancara

Wawancara (interview) secara langsung dengan orang-orang yang terlibat sebagai tokoh sentral dalam kaderisasi di pengurus besar pelajar Islam Indonesia dalam kaderisasi seperti ketua umum PB Muhamad Ridho dan defisi kaderisasi. dadan Firdaus. Sedangkan tekhnik wawancara yang digunakan adalah yakni campuran antara wawancara struktur dan tidak berstruktur5. Hal ini bertujuan untuk memberikan kebebasan kepada narasumber dalam menjawab pertanyaan yang diberikan namun tetap terarah pada masalah yang diangkat.

c. Dokumentasi

Dokumentasi ialah mengumpulkan data-data atau arsip-arsip tertulis mengenai hal-hal yag berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti dan kemudian akan dianalisis atau diteliti lebih lanjut. Studi dokumentasi ini lebih mengedepankan aspek bagaimana etika dalam mendapatan hasil penelitian yang mudah tapi mempunyai nilai yang tinggi atau hasil yang maksimal

6. Tekhnik Analisis Data

Analisis data adalah “proses menyusun data agar data tersebut ditafsirkan. Menyusun data berarti menggolongkan kedalam kategori.

5


(20)

Tafsiran atau interpretasi artinya memberikan makna pada analisis, menjelaskan kategori, dan mencari hubungan konsep”.6

Dari data yang dikumpulkan, kemudian dianalisis dan diinterpretasikan. Adapun metode analis deskriptif, maksudnya adalah cara melaporkan data dengan menerangkan, dan memberi gambaran mengenai data yang terkumpul secara apa adanya dan kemudian data tersebut disimpulkan.

7. Pedoman Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada buku

pedoman penulisan karya ilmiah Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang diterbitkan oleh CEQDA ( Center for quality Development and Assurance)

Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta, Tahun 2007

F. Sistematika Penulisan

Untuk mengetahui gambaran yang jelas tentang hal-hal yang diuraikan dalam penulisan ini, maka penulis membagi sistematika penyusunan ke dalam lima bab. Dimana masing-masing dibagi kedalam sub-sub sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

Berisi tentang: Latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II Tinjauan Teoritis

6

Dadan Ahmad, Metodologi Penelitian Agama Persfektif Ilmu Perbandingan Agama ,(Bandung : pustaka Setia, 2000), h. 158.


(21)

Menguraikan mengenai, Komunikasi organisasi meliputi: Pengertian komunikasi organisasi, Fungsi komunikasi dalam organisasi, bentuk-bentuk komunikasi organisasi, Pengertian kaderisasi, proses kaderisasi, fungsi komunikasi organisasi dalam kaderisasi.

BAB III Gambaran Umum Organisasi PII dan Pengurus Besar PII

Meliputi Sejarah berdirinya PII dan Kaderisasi di PII, Visi dan Misi PII, Tujuan PII, Struktur kengurusan organisasi PII & PB PII dan program kegiatan PB PII Priode 2010-2011.

BAB 1V Temuan dan Analis Data

Bentuk pelaksanaan komunikasi organisasi pengurus besar PII dalam kaderisasi di menteng Raya Jakarta Pusat. Metode dan Materi yang digunakan dalam kaderisasi terhadap kader PII. Faktor Pendukung, Penghambat dan solusi dalam kaderisasi.

BAB V Penutup


(22)

A. Komunikasi Organisasi

1. Pengertian Komunikasi Organisasi

Bahwasannya komunikasi organisasi merupakan serangkaian dua kata yang tergabung memiliki makna yang saling terkait. Sehingga mendukung dengan makna lainnya. Sumber konflik yang terjadi antar individu dalam organisasi yang mungkin paling sering dikemukakan adalah buruknya komunikasi. Untuk lebih jelasnya dua kata tersebut akan diuraikan tentang penjelasan masing-masing.

Dalam pembahasan komunikasi organisasi lebih tepatnya adalah” kajian pada komunikasi insan yang terjadi dalam organisasi, karena manusialah yang berkomunikasi, bukan organisasi.”1Menurut Onong Uchyana Effendy, “komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahukan atau merubah sikap, pendapat atau prilaku baik langsung secara lisan, maupun langsung melalui media.”2 Sedangkan pengertian Organisasi “adalah kelompok kerjasama antara orang-orang yang diadakan untuk mencapai tujuan bersama.”3

Pengertian komunikasi Organisasi menurut ahli komunikasi

Redding dan Sarbon seperti dikutip Arni Muhammad mengatakan bahwa

1

Stewart L. Tubis-Syilvia Moss. Pengantar Deddy Mulyana, Human Communication, Konteks-Konteks Komunikasi. (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2005) h. 164

2

Onong Uchhayana Effendy , Dinamika Komnikasi, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2000). Cet. Ke-4 h.4


(23)

“komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks.”4

Sedangkan Zelko dan Dance seperti dikutif mengatakan bahwa

“komunikasi organisasi adalah suatu sistem yang saling tergantung yang mencakup komunikasi internal dan komunikasi eksternal.”5 Kemudian bersama lesiker, mereka menambahkan satu dimensi lagi dari komunikasi organisai yaitu dimensi komunikasi pribadi diantara sesama anggota organisasi yang berupa pertukaran secara informasi mengenai informasi dan peran diantara sesama anggota organisasi yang berupa pertukaran secara informasi mengenai dan perasaan diantara sesama anggota organisasi.

Meskipun bermacam-macam persepsi dari para ahli komunikasi mengenai pengertian dari komunikasi Organisasi ini tapi ada beberapa hal yang secara umum dapat disimpulkan yaitu:

1. Komunikasi Organisasi terjadi dalam suatu sistem terbuka yang kompleks yang dipengaruhi oleh lingkungnnya sendiri baik internal maupun eksternal.

2. Komunikasi Organisai meliputi pesan dan arusnya, tujuan, arah dan media.

3. Komunikasi Organisasi meliputi sikapnya, perasaannya, hubungnnya dan keterampilannya.

“Komunikasi sangat berperan dalam suatu organisasi. Karena organisasi itu sendiri merupakan sekumpulan orang-orang yang selalu membutuhkan berkomunikasi dengan sesama anggota organisasi untuk

4

Arni Muhammad, komunikasi Organisasi (Jakarta : Bumi Aksara, 2007), cet ke-8, h.65. 5


(24)

mencapai tujuan yang diinginkan Apabila ditinjau dari proses tujuan yang diinginkan, akan terlihat dengan sangat jelas bahwa komunikasi yang efektif menunjukan pengaruh yang sangat besar dan bahkan menentukan.”6

Maka dari pengertian dan kesimpulan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa komunikasi organisasi adalah komunikasi yang berlangsung disebuah organisasi , dan didalamnya terdapat suatu sistem yang terbuka dimana organisasi dipengaruhi oleh lingkungannya sendiri, baik secara internal maupun eksternal. komunikasi didalam suatu organisasi sangat penting dan memberikan pengaruh terhadap maju mundurnya organisasi.

2. Fungsi Organisasi

Organisasi mempunyai beberapa fungsi diantararanya adalah : a. Memenuhi Kebutuhan Pokok Organisasi

Setiap organisasi mempunyai kebutuhan pokok masing-masing dalam rangka kelangsungan hidup organisasi tersebut. Kadang-kadang beberapa organisasi memerlukan barang-barang yang berharga, tenaga kerja yang rajin dan terampil, gedung yang bersih lengkap peraalatannya..semuanya ini merupakan tanggung jawab organisasi untuk memenuhinya. Dan setiap anggota dianjurkan untuk membantu organisasi dalam menentukan barang-barang yang diperlukan.7

b. Mengembangkan Tugas dan Tanggung Jawab

Kebanyakan Organisasi bekerja dengan bermacam-macam standar etis tertentu. Ini berarti bahwa organisasi harus hidup sesuai dengan

6

Sondang P. Siagian, Oraganisasi, Kepemimpinan dan Prilaku Administrasi (Jakarta: Gunung Agung, 1985), cet ke-3, h.109).

7


(25)

standar masyarakat dimana organisasi itu berada. Standar ini memberikan organisasi satu set tanggung jawab yang harus dilakukan oleh para anggota organisasi, baik itu ada hubungann nya dengan pokok yang mereka buat maupun tidak. Selain adanya tanggung jawab yang karena adanya standar yang perlu diikuti ada pula tanggung jawab yang diberikan oleh pemerintah berupa undang-undang.8

c. Memproduksi Barang atau Orang

Fungsi utama dari organisasi adalah memproduksi barang atau orang sesuai dengan jenis organisasinya. Semua organisasi mempunyai produknya masing-masing. Efektivitas produksi banyak tergantung kepada ketetapan informasi.

“Orang-orang dalam organisasi harus mendapatkan dan mengirimkan informasi kepada bagian-bagian yang memerlukannya sehingga aktivitas organisasi berjalan dengan lancar. Penyampaian dan pemeliharaan informasi memerlukan komunikasi. Oleh karena itu informasi juga tergantung kepada keterampilan berkomunikasi.”9

d. Mempengaruhi atau dipengaruhi orang

“Sesungguhnya suatu organisasi digerakkan oleh orang. Orang yang membimbing atau mengelola, mengarahkan dan menyebabkan pertumbuhan organisasi. Sebaliknya organisasi juga dipengaruhi oleh orang. Suksesnya suatu organisasi tergantung pada kemampuan dan kualitas anggotanya dalam melakukan aktivitas organisasi.10

Agar suatu organisasi dapat berkembang organisasi hendaknya memilih anggota organisasi yang mempunyai kemampuan yang baik dalam

8

Ibid.,h. 33. 9

Ibid.,.h. 34. 10 Ibid.,h.34.


(26)

bidangnya dan juga memberikan kesempatan kepada seluruh anggota untuk mengembangkan diri mereka masing-masing.11

3. Bentuk - Bentuk Komunikasi Organisasi

Komunikasi dalam organisasi tidak terlepas dari bentuk komunikasi internal dan eksternal, Betapa pentingnya komunikasi internal dalam membina manusia dalam suatu organisasi, di mana masing-masing individu anggota organisasi memiliki berbagai kepentingan, namun menjadi satu kesatuan dengan adanya kepantingan bersama.

Dedy Mulyana, Ph.D menawarkan lingkup kajian komunikasi organisasi sebagai berikut: komunikasi organisasi terjadi dalam suatu organisasi, bersifat formal dan juga informal, dan berlangsung dalam suatu jaringan yang lebih besar dari pada komunikasi kelompok. Komunikasi organisasi sering kali melibatkan juga komunikasi diadik, komunikasi antar pribadi, dan adakalanya juga komunikasi publik. Komunikasi formal adakalanya juga komunikasi publik. Komunikasi formal adalah komunikasi menurut struktur organisasi, seperti komunikasi antar sejawat, juga termasuk gossip.12

a) Komunikasi Internal

Komunikasi Internal adalah pertukaran gagasan diantara para administrator dan karyawan mereka dalam suatu perusahaan atau jawatan tersebut, lengkap dengan strukturnya yang khas (organisasi), dan pertukaran gagasan secara horizontal dan vertikal di dalam suatu perusahaan atau jawatan yang menyebabkan pekerjaan berlangsung (oprasi dan manajemen). Atau penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan yang terjadi didalam suatu ruang lingkup organisasi yang berstruktur.

Dimensi komunikasi internal dapat diklasifikasikan menjadi dua Jenis, yakni :

11

Ibid., h.34. 12

Dedy Mulyana, Ilmu komunikasi Suatu Pengantar (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), h. 75.


(27)

1) Komunikasi Interpersonal

“Komunikasi Interpersonal yaitu proses pertukaran Informasi diantara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya di antara dua orang yang dapat langsung diketahui balikannya. Redding menembangkan klasifikasi interpersonal menjadi reaksi intim, percakapan sosial, introgasi atau pemeriksaan dan wawancara.”13

Komunikasi antar pribadi antara komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun nonverbal.14

Interpersonal Communication is communication involving two

or more peole in face to face setting.”15 2) Komunikasi kelompok kecil

Komunkasi kelompok kecil ialah proses komunikasi yang berlangsung antara tiga orang atau lebih secara tatap muka, dimana anggota-anggotanya berinteraksi satu sama lainnya.16

“Menurut Shaw (1976) ada enam cara untuk mengidentifikasi suatu kelompok. Berdasarkan hal itu kita dapat mengatakan bahwa komunikasi kelompok kecil adalah suatu kumpulan individu yang dapat mempengaruhi satu sama lain, memperoleh beberapa kepuasan, satu sama lain, berinteraksi beberapa tujuan, mengambil peranan, terikat satu sama lain dan berkomunikasi tatap muka. Jika salah satu dari komponen ini hilang individu yang terlibat tidaklah berkomunikasi dalam kelompok kecil.”17

Berdasarkan alur komuniksi yang terjadi di dalam organisasi, maka komunikasi internal terbagi kedalam tiga jenis alur yaitu :

a) Komunikasi vertikal

13

Arni Muhammad, komunikasi Organisasi (Jakarta : Bumi Aksara,2007), cet ke-8 h. 159.

1414

Deddy Mulyana, Ilmu komunikasi Suatu Pengantar (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2007), cet ke-10, h.81.

1515

Hafied Cangara, pengantar Ilmu komunikasi (Jakarta: Raja Grafindo persada, 2007), h.32

16

Ibid ., h.33 17

Arni Muhammad, Komunikasi Oganisasi (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), cet ke-8, h 182.


(28)

Komunikasi vertikal, yakni komunikasi dari atas ke bawah (downward communication) dan dari bawah keatas (upward communication), ini berarti komunikasi dari pimpinan kepada bawahan dan dari bawahan kepada pimpinan untuk memberikan instruksi-instruksi, petunjuk-petunjuk, informasi-informasi, penjelasan-penjelasan, dan lain-lain kepada bawahannya. Dari pada itu bawahan memberikan laporan, saran-saran , pengaduan-pengaduan, dan sebagainya kepada pimpinan.

Komunikasi dua arah secara timbal balik tersebut dalam organisasi tidak akan berjalan dengan baik. Pimpinan perlu mengetahui laporan, tanggapan, atau saran para karyawan sehingga keputusan atau kebijaksanaan dapat diambil dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Komunikasi vertikal dapat dilakukan secara langsung antara pimpinan tertinggi dengan seluruh karyawan, bisa juga bertahap melalui eselon-eselon tetapi, bagaimanapun, komunikasi vertikal yang lancar, terbuka, saling mengisi merupakan pencerminan sikap kepemimpinan yang demokratis yakni jenis kepemimpinan lainnya. Karena komunikasi menyangkut masalah hubungan manusia dengan manusia, maka suksesnya komunikasi seperti telah diutarakan pada bab terdahulu ditentukan, oleh

frame of Reference manusia – manusia yang terlibat dalam proses komunikasi itu. Pada hakikatnya, tingkah laku manusia merupakan pencerminan dari frame of reference-nya.


(29)

b) Komunikasi horizontal

“komunikasi horizontal terdiri dari penyampaian informasi diantara rekan-rekan sejawat dalam unit kerja yang sama.”18

“komunikasi horizontal adalah komunikasi adalah komunikasi yang mengalir melintasi berbagai fungsi dalam Organisasi.”19

“Komunikasi horizontal adalah berbagai informasi diantara rekan sejawat dalam unit pekerjaan yang sama.”20

c) Komunikasi Diagonal

“Dalam situasi dimana anggota tidak dapat berkomunikasi lewat saluran keatas, ke bawah, ataupun horizontal. Komunikiasi diagonal atau komunikasi silang (cross-channel communication) adalah komunikasi antara pimpinan seksi dengan pegawai seksi lain.21”

b) Komunikasi Eksternal

Komunikasi Eksternal adalah komunikasi antara pimpinan organisasi dengan khalayak diluar organisasi . pada instansi-instansi pemerintah department, direktorat, jawatan, dan pada perusahaan besar, disebabkan oleh luasnya ruang lingkup, komunikasi banyak dilakukan oleh kepala hubungan masyarakat.

4. Fungsi Komunikasi dalam Organisasi

Komunikasi adalah aktivitas amat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan makhluk dunia, terutama di dunia, terutama umat

18

R.wayne Pace Don f. Faules,komunikasi Organisasi strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,2006),h.195.

19

Fx. Suwarto, Drs., Ms, Prilaku Keorganisasian (Yogyakarta : Penerbitan Universitas Atma aya, 1999), h.167.

20

Yenny Ratna Suminar, dkk, komunikasi Organisasional (Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 2004), h.4-7.


(30)

manusia, memang., peranan komunikasi yang efektif, merupakan persyaratan bagi pencapaian tujuan-tujuan organisasi disamping sebagai salah satu masalah terbesar manajement modern.

“Menurut Sendjaja (2002:4,8), organisasi baik yang berorientasi untuk mencari keuntungan (profit) maupun nirlaba (non-profit), memiliki empat fungsi.”22

a. Fungsi Informatif

Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sisitem proses informasi (information-processing system).Maksudnya, seluruh anggota dalam organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebh baik, dan tepat waktu.

b. Fungsi Regulatif

Fungsi Regulatif ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Pada semua lembaga atau organisasi ada dua hal yang berpengaruh pada fungsi regulated ini.

pertama, atasan atau orang-orang yang berada dalam tatanan management, yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Disamping itu juga mempunyai kewenangan untuk memberi intruksi atau perintah, sehingga dalam struktur organisasi kemungkinan mereka ditempatkan pada lapis atas (position of Authory) supaya perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana mestinya.

22


(31)

Kedua, berkaitan dengan pesan atau message. Pesan-pesan regulative pada dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturan tentang pekerjaan yang boleh untuk dilaksanakan.

c. Fungsi Persuasif

Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan hari ini maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasif bawahannnya dari pada memberi perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar disbanding kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannnya.

d. Fungsi Integratif

Setiap Organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran komunikasi formal,seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut. (news letter bulletin) dan laporan kemajuan organisasi juga saluran komunikasi informal, seperti perbincangan antarpribadi. Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan terhadap organisasi.


(32)

B. Kaderisasi

1. Pengertian kaderisasi

“Kader pada mulanya adalah suatu istilah militer atau perjuangan yang berasal dari kata carde yang definisinya adalah pembinaan yang tetap sebuah pasukan inti (yang terpercaya) yang sewaktu-waktu diperlukan.”23

“Kader dalam kamus ilmiah populer24adalah orang yang dididik untuk menjadi pelanjut tongkat estapet suatu partai atau organisasi: tunas muda dan dalam kamus Induk Istilah Imiah Seri Intelektual.25 di sebut bahwa kader adalah generasi penerus atau pewaris dimasa depan (dalam organisasi, pemerintahan atau partai politik)”

“Dalam kata lain kader adalah orang yang diharapkan akan memegang pekerjaan penting dalam organisasi. Dalam perjuangan agama Islam diperlukan kader inti, kader inti adalah kader yang setia pada cita-citanya dan tidak mau tergoda dunia apapun.”26.

Kader diartikan sebagai orang yang diharapkan akan memegang jabatan atau pekerjaan penting di pemerintahan, partai dan lain-lain. Sedangkan pengkaderan adalah proses mempersiapkan seseorang untuk menjadi penerus di masa depan, yang akan memikul tanggung jawab penting di lingkungan suatu organisasi.

“Mengapa kaderisasi diperlukan? Karena semua manusia termasuk yang sekarang menjadi pemimpin, suatu saat pasti akan

23

Nanang Fattah, Landasan Manajement pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosada karya, 2000), cet Ke-3, h.54-56

24

Pius A. Partanto, M. Dahlan A- Barry, Kamus Ilmiah Populer,Arkola, (Surabaya, 1994), hal. 293-294

25

M. Dahlan Al-Barry, L. Lya sofyan yacub, kamus Induk Istilah lmiah ; Seri Intelektual,Target Press, (Surabaya, 2003, Surabaya,2003), h. 349.

26


(33)

mengakhiri kepemimpinannya, baik dikehendaki maupun tidak, proses tersebut bisa saja terjadi karena :27

a. Dalam suatu organisasi ada ketentuan priode kepemimpinan seseorang b. Adanya penolakan dari anggota kelompok, yang menghendaki

pemimpinnya diganti, baik secara wajar maupun tidak wajar.

c. Proses alamiah, menjadi tua dan kehilangan kemampuan dalam memimpin

d. Kematian28

2. Proses Kaderisasi

Dalam pelaksanaannya proses kaderisasi terdiri dari dua macam yaitu

a. Kaderisasi Informal

Untuk melahirkan seorang kader yang berkualitas diperlukan proses dengan jangka waktu yang cukup lama. Seluruh kehidupan seseorang sejak masa kanak-kanak dan masa remaja merupakan masa kaderisasi untuk menjadi pemimpin dalam upaya membentuk pribadi, agar memiliki keunggulan dalam aspek-aspek yang dibutuhkan untuk mampu bersaing.

Kaderisasi disebut juga proses pendidikan termasuk proses belajar disekolah, peluang yang diberikan orang tua (pendidikan keluarga) peluang dalam kurikulum dan program ekstra kurikulum dan program ekstra kurikulum serta lingkungan.

Kepribadian positif harus dipupuk sejak dini dan seumur hidup. Dari proses tersebut seseorang dapat mengurangi, mengubah,

27

Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, ( Jakarta : PT Raja Grafindo persada 2006) cet ke- 3 hal 85

28


(34)

menghilangkan aspek-apek negatif. Usaha mengembangkan kepribadian positif itu tergantung kepada orang tua, karena disekolah terfokus pada kurikulum, waktu belajar dan pengajar terbatas, dan hanya berorientasi pada intelektual.

kaderisasi Informal terdapat beberapa indicator atau kriteria kelebihan.

1.Berkepribadian positif 2. Gigih

3. Mempunyai loyalitas

4. Mempunyai dedikasi terhadap organisasi

5. Memiliki sifat dan sikap pasrah kepada tuhan yang maha esa sebagai penentu yang mutlak.29

b. Kaderisasi Formal

Perkataan formal menunjukan bahwa usaha mempersiapkan seseorang calon kader dilakukan secara berencana, teratur dan tertib, sistematis, terarah, dan disengaja usaha itu bahkan dapat diselenggarakan secara melembaga, sehingga semakin jelas sifat formalnya. Untuk itu proses kaderisasi mengikuti suatu kurikulum yang harus dilaksanakan selama jangka waktu tertentu dan berisi bahan-bahan teoritis serta bahan-bahan lain sebagai pendukungnya.

Kaderisasi tersebut di atas memiliki nilai positif karena mempunyai daya dorong bagi peningkatan prestasi melalui kompetisi atau persaingan sehat seperti jujur dan sportif. Sebaliknya juga akan berfungsi

29


(35)

sebagai motivasi untuk menumbuhkan dan mengembangkan kerja sam, karena untuk berprestasi tidak mungkin diwujudkan lagi.

Usaha kaderisasi internal yang bersifat formal, dapat ditempuh dengan beberapa cara sebagai berikut:

1) Memberi kesempatan menduduki Jabatan Pemimpin pembantu 2) Latihan kepemimpinan didalam atau di luar organisasi

3) Untuk memberikan kesempatan kepada anggota organisasi untuk mengikuti program memepersiapkan calon pemimpin, yang diselenggarakan dalam jangka waktu tertentu.

4) Memberikan tugas belajar

5) Untuk mempersiapkan calon pemimpin yang berkualitas dalam suatu organisasi, perlu dilakukan kegiatan kaderisasi

Kaderisasi kepemimpinan secara formal dan bersifat eksternal dilakukan sebagai berikut.

a) Menyeleksi sejumlah generasi muda lulusan lembaga pendidikan jenis dan jenjang tertentu, untuk diangkat memimpin satu unit yang sesuai atau ditugaskan magang sebelum memimpin unit di maksud

b) Menyeleksi sejumlah generasi muda lulusan lembaga pendidikan jenis dan jenjang tertentu, kemudian ditugaskan belajar pada lembaga pendidikan yang lebih tinggi, di dalam atau luar negri.

c) Memesan sejumlah generasi muda dari lembaga pendidikan formal dengan program khusus atau spesialisasi, sesuai dengan bidang yang dikelola organisasi pemesan


(36)

d) Menerima sejumlah generasi muda dari suatu lembaga pendidikan untuk melakukan kerja praktik di lingkungan organisasi. Dari pengamatan bilamana ditemukan generasi muda yang dinilai memenuhi persyaratan untuk dikaderkan menjadi pemimpin, dapat ditawari pekerjaan setelah tamat.

e) Memberikan beasiswa atau tunjangan belajar pada anak-anak yatim piatu atau yang orang tuanya tidak mampu, sebagai mahasiswa yang berprestasi, dilingkungan sekolah atau perguruan tinggi yang sesuai dengan kebutuhan organisasi. Setelah tamat langsung ditempatkan pada jalur yang memberi peluang baginya untuk melatih dan mempersiapkan diri menjadi pimpinan secara bertahap.30

“Faktor pertama yang harus diperhatikan dalam organisasi adalah manusia, ia merupakan aset termahal dan terpenting. Manusia ibarat urat nadi kehidupan dari sebuah organisasi ditentukan oleh faktor manusia yang mendukungnya.”31

“Sumberdaya manusia (human resources) dapat diklasifikasikan menjadi dua aspek, yaitu kuantitas dan kualitas. Kuantitas menyangkut jumlah sumber daya manusia (populasi penduduk) yang sangat kontribusinya. Sedangkan apek kulitas menyangkut mutu dari sumber daya manusia yang berkaitan dengan kemampuan fisik maupun kemampuan nonfisik (kecerdasan non mental) yang menyangkut kemampuan bekerja, berfikir, dan keterampilan-keterampilan lainnya.”32

3. Fungsi komunikasi organisasi dalam kaderisasi

Dalam kehidupan kita sehari-hari komunikasi merupakan tindakan yang memungkinkan kita mampu menerima dan memberikan

31

Schuler, Randell S., Susan E.,1997, Manajemen Sumber Daya Manusia Menghadapi Abad ke-21 Edisi Enam jilid 1, penerbit Erlangga, Jakarta jal.1

32

Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, ( Jakarta : PT Raja Grafindo persada 2006)32 Hal 90-91


(37)

informasi atau pesan yang sesuai dengan apa yang kita butuhkan. Secara teoritis, kita mengenal beragam tindakan komunikasi berdasarkan kontek dimana komunikasi tersebut tersebut dilakukan, yaitu konteks dimana komunikasi tersebut dilakukan, yaitu konteks komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi dan komunikasi massa.

Komunikasi organisasi sangat sangat penting dan layak dikaji dan diaplikasikan dalam dunia Organisasi, karena sekarang ini banyak orang yang tetarik dan memberi perhatian kepadanya guna mengetahui prinsip dan keahlian komunikasi yang dapat dimanfaatkan untuk mewujudkan tujuan organisasi, baik organisasi komersial seperti lembaga bisnis dan industry ataupun organisasi organisasi sosial seperti lembaga rumah sakit maupun institusi pendidikan. Disamping itu penting juga mempelajari arus komunikasi yang berlangsung. Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi artinya memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi Hal ini merupakan suatu hakikat bahwa sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari hasil integrasi sosial dengan sesama kelompok dan didalam organisasi itu selalu terdapat kepemimpinan yang yang merupakan masalah penting untuk kelangsungan organisasi. Yang terdiri dari pimpinan dan bawahan Diantara kedua belah pihak harus ada two way-Communicaion atau komunikasi dua arah atau komunikasi timbal balik untuk itu diperlukan adanya kerja sama yang diharapkan untuk mencapai cita-cita yang baik pribadi, kelompok untuk mencapai tujuan suatu organisasi. Kerja sama tersebut terdiri dari berbagai maksud yang meliputi hubungan sosial atau kebudayaan. Fungsi yang


(38)

terjadi merupakan proses adanya suatu keinginan masing-masing individu, untuk memperoleh suatu yang nyata dan dapat memberikan manfaat untuk kehidupan yang berkelanjutan. Disamping itu juga sebuah organisasi akan semakin baik dan mantap, apabila dilaksanakan oleh pengurus atau pimpinan yang berpredikat kader Tentu saja, bukan sembarang kader, tetapi benar-benar kader yang memiliki gemblengan “kawah candrimuka” dalam proses kepemimpinan diantara sejumlah kader lainnya. Selain itu pengurus pimpinan lebih baik lagi satu dalam pola pikir, pola tindak dan sikap serta bertindak tegas satu dalam pola pikir. Pola tindak, dan pola sikap serta bertindak tegas akan semakin baik dan mantap jika berhasil jika berhasil melaksanakan program-programnya, mengadakan konsolidasi seperti kaderisasi dan sebagainya.33

Kader juga diibaratkan sebagai pondasi dari suatu bangunan sedangkan pemimpin dapat diibaratkan sebagai pilar-pilarnya. Dinding dan atap diibaratkan para anggota dan simpatisan . kesemuanya saling mengkait dan saling berkaitan khusus pondasi (kader) dan pilar (pimpinan) harus benar-benar kuat , jika tidak bangunan tersebut (organisasi) akan mudah rusak karena itu suatu organisasi tanpa memiliki kader, maka organisasi tersebut patut diragukan akan dapat bertahan untuk jangka panjang. Tegasnya peranan kader sangat menentukan jalan tidaknya suatu organisasi dimasa mendatang. Karena kader diibaratkan tenaga inti penggerak organisasi atau orang yang bekerja baik secara tenaga, pemikiran dan sebagainya untuk menjaga dan melestarikan hidupnya organisasi.

33


(39)

Pada dasarnya fungsi komunikasi organisasi dalam kaderisasi sangat berkaitan, dimana dengan komunikasi yang efektif disuatu organisasi maka akan menentukan jalan nya roda organisasi dan memudahkan jalannya kaderisasi. Apalagi kaderisasi sebagai motor organisasi dimana organisasi itu akan terlihat dari kualitas para kadernya.

C. Metode Dakwah dalam Kaderisasi

Metode berarti jalan, cara penyajian materi dakwah. Metode dakwah adalah cara-cara yang dilakukan oleh para da’i untuk mencapai suatu tujuan tertentu atas dasar hikmah, kasih sayang dan persuasive. Artinya pendekatan dakwah harus bertumpu pada suatu pandangan human oriented

yang menempatkan penghargaan yang mulia atas diri manusia.34

Di sisi lain, metode dakwah menyangkut masalah bagaimana caranya dakwah itu harus dilaksanakan. Tindakan atau kegiatan dakwah yang telah dirumuskan akan efektif jika dilaksanakan dengan cara yang tepat. Kalau ditinjau secara umum, metode dakwah terbagi menjadi tiga bagian yaitu : bil lisan, bil hall, dan bil kitabah. Metode bil lisan (al-maqal), yaitu seperti yang selama ini dipahami oleh sebagian banyak masyarakat, melalui pengajian, kelompok majlis ta’lim, dimana ajaran Islam disampaikan oleh

para da’i melalui pidato, nasihat atau ceramah secara langsung. Metode bil hall biasanya dilakukan melalui proyek-proyek pembangunan dan pengembangan serta pengabdian yang langsung menyentuh masyarakat sebagai objek dakwah. Sedangkan metode bil kitabah yakni dakwah yang dilakukan dengan perantara tulisan. Akan tetapi ada cara yang lebih tepat

34


(40)

sebagaimana yang digambarkan dalam Al-Quran, yaitu bil hikmah. Hal ini sesuai dengan bunyi Al-Quran surat Al-Nahl ayat 125 :















































Artinya : serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. Al-Nahl ayat : 125)

D. Materi Dakwah dalam Kaderisasi

Materi adalah bahan yang disampaikan oleh seorang da’I dalam

berdakwah. Pada dasarnya materi dakwah islamiyah tergantung pada tujuan dakwah yang hendak dicapai. Secara global, materi dakwah dapat diklasifikasikan menjadi tiga hal yaitu masalah akidah, syariah, dan masalah akhlak.35

Akidah dalam Islam bersifat i’tiqadi bathiniyah yang mencakup masalah-masalah yang erat hubungannya dengan rukun iman. Bidang ini bukan saja pembahasannya tertuju pada hal-hal yang wajib diimani, tetapi meliputi pula masalah-masasalah yang dilarang, seperti syirik, inkar, dan lain sebagainya.

35


(41)

Materi dakwah yang kedua adalah syariah. Masalah syariah berhubungan dengan amal lahir dalam rangka mentaati semua peraturan Allah guna mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya dan mengatur pergaulan hidup antara sesama manusia. Masalah syariah juga berhubungan dengan jual beli, rumah tangga, bertetangga, warisan, kepemimpinan dan amal shaleh lainnya. Demikian pula masalah zina, minum-minuman yang memabukan, mencuri dan lain sebagainya termasuk pada materi dakwah.

Materi dakwah yang ketiga adalah adalah akhlak. Masalah akhlak ini merupakan manifestasi keimanan, dan akhlak juga sebagai penyempurna keimanan dan keislaman.36 Materi dakwah sepenuhnya harus bertolak dan bersumber dari Al-Quran dan Al-Hadits serta hasil ijtihad para sarjana atau alim ulama.37

Berdasarkan apa yang saya temukan dan amati dalam materi dakwah terhadap kaderisasi di PII.

36

Ibid, h. 60-63 37

A.H Hasanuddin, Retorika Dakwah dan Publisitas dalam Kepemimpinan, (Surabaya : Usaha Nasional, 1982), h. 41


(42)

A.Sejarah PII

“PELAJAR ISLAM INDONESIA (PII) didirikan di kota perjuangan Yogyakarta pada tanggal 4 Mei 1947. Para pendirinya adalah Yoesdi Ghozali, Anton Timur Djaelani, Amien Syahri dan Ibrahim Zarkasji. Salah satu faktor pendorong terbentuknya PII adalah dualisme sistem pendidikan di kalangan umat Islam Indonesia yang merupakan warisan kolonialisme Belanda, yakni pondok pesantren dan sekolah umum. Masing-masing dinilai memiliki orientasi yang berbeda. Pondok pesantren berorientasi ke akhirat sementara sekolah umum berorientasi ke dunia. Akibatnya pelajar Islam juga terbelah menjadi dua kekuatan yang satu sama lain saling menjatuhkan. Santri pondok pesantren menganggap sekolah umum merupakan sistem pendidikan orang kafir karena produk kolonial Belanda. Hal ini membuat para santri menjuluki pelajar sekolah umum dengan "pelajar kafir". Sementara pelajar sekolah umum menilai santri pondok pesantren kolot dan tradisional; mereka menjulukinya dengan sebutan "santri kolot" atau santri "teklekan". Pada masa itu sebenarnya sudah ada organisasi pelajar, yakni Ikatan Pelajar Indonesia (IPI). Namun organisasi tersebut dinilai belum bisa menampung aspirasi santri pondok pesantren. Merenungi kondisi tersebut, pada tanggal 25 Februari 1947 ketika Yoesdi Ghozali sedang beri'tikaf di Masjid Besar Kauman Yogyakarta, terlintas dalam pikirannya, gagasan untuk membentuk suatu organisasi bagi para pelajar Islam yang


(43)

dapat mewadahi segenap lapisan pelajar Islam. Gagasan tersebut kemudian disampaikan dalam pertemuan di gedung SMP Negeri 2 Secodiningratan, Yogyakarta. Kawan-kawannya yang hadir dalam pertemuan tersebut, antara lain: Anton Timur Djaelani, Amien Syahri dan Ibrahim Zarkasji, dan semua yang hadir kemudian sepakat untuk mendirikan organisasi pelajar Islam. Hasil kesepakatan tersebut kemudian disampaikan Yoesdi Ghozali dalam Kongres Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII), 30 Maret-1April 1947. Karena banyak peserta kongres yang menyetujui gagasan tersebut, maka kongres kemudian memutuskan melepas GPII Bagian Pelajar untuk bergabung dengan organisasi pelajar Islam yang akan dibentuk. Utusan kongres GPII yang kembali ke daerah-daerah juga diminta untuk memudahkan berdirinya organisasi khusus pelajar Islam di daerah masing-masing. Menindaklanjuti keputusan kongres, pada Ahad, 4 Mei 1947, diadakanlah per-temuan di kantor GPII, Jalan Margomulyo 8 Yogyakarta. Pertemuan itu dihadiri Yoesdi Ghozali, Anton Timur Djaelani dan Amien Syahri mewakili Bagian Pelajar GPII yang siap dilebur di organisasi pelajar Islam yang akan dibentuk, Ibrahim Zarkasji, Yahya Ubeid dari Persatuan Pelajar Islam Surakarta (PPIS), Multazam dan Shawabi dari Pergabungan Kursus Islam Sekolah Menengah (PERKISEM) Surakarta serta Dida Gursida dan Supomo NA dari Perhimpunan Pelajar Islam Indonesia (PPII) Yogyakarta. Rapat yang dipimpin oleh Yoesdi Ghozali itu kemudian memutuskan berdirinya organisasi Pelajar Islam Indonesia (PII) tepat pada pukul 10.00, 4 Mei 1947”1.

1

Artikel ini diakses pada tanggal 28 Desember 2010 dari


(44)

B. Kaderisasi PII

Kaderisasi sebagai kebutuhan organisasi dan pembinaan ummat telah dirasakan sejak masa kelahiran pelajar Islam Indonesia (PII). Pada masa awal kelahiran kegiatan kaderisasi dilakukan dengan spontanitas dan terkesan seadanya. Seiring dengan perkembangan organisasi maka bentuk bentuk kegiatan kaderisasi mengalami penyesuaian dan penyempurnaan yang berlangsung terus – menerus secara gradual.

Secara kronologis perjalanan dan pasang surut kegiatan kaderisasi itu bisa kita kategorikan dalam beberapa tahap.

1. Tahap-Tahap pengkaderan

Dalam tahapan pengkaderan ini meliputi beberapa bagian, yang sekiranya menjadi awal dari perkembangan organisasi PII ini.

1.1 Tahap perintisan (1952-1958)

Kegiatan pertama kali dilaksanakan pada tanggal 1-10 juni 1952 dengan nama latihan kader, pelaksanaannya belum dirancang secara konsepsional dengan menggunakan sistem dan metode yang baku. Walaupun dilaksanakan secara sederhana dengan tingkat persiapan yang kurang memadai, setidaknya Latihan kader telah meletakkan fondasi konsep kaderisasi PII. Latihan kader ini menjadi acuan atau pendorong bagi penyelengggaraan kaderisasi berikutnya. Secara priodik dalam setiap penyelenggaraan Latihan kader dilangsungkan seelah itu dilakukan penyempurnaan sesuai dengan tingkat kebutuhan dan perkembangan tantangan yang dihadapi organisasi dan masyarakat.2

2


(45)

I.2 Tahap Identifikasi & perumusan (1958-1963)

Tahap ini diawali dengan penyelenggaraan seminar Latihan Kepemimpinan tanggal 17-19 Oktober 1958. Perumusan dan penyusunan sistem dan metode oleh sebuah tim pengurus yang terdiri dari Mukti Ali. (mantan Mentri Agama) dan Hariri Hadi (pengurus Perguruan Islam

Al-Azhar / mantan pejabat Bappenas) dan Zabidin Ya’kub (alm mantan pejabat

Deperin). Penyusunan Sistem dan dan metode ini banyak dipengaruhi oleh pengalaman mengikuti mengikuti Youth Leaders training dan Students Works Camp. Hal ini terlihat dengan dipakainya metode dynamic group sebagai metode Utama. Rumusan dari Tim perumus itu kemudian diseminarkan dan menghasilkanRumusan dari Tim perumus itu kemudian diseminarkan dan menghasilkan Sistem dan Metode Latihan kepemimpinan. Selanjutnya rumusan ini disyahkan pada konbes V tanggal 28 desember 1985-2 Januari 1959 di Madiun.

Berdasarkan pedoman diatas dilaksanakan program kaderisasi secara menyeluruh yang kemudian berkembang secara luas kesetiap daerah. Salah satu pelaksanaan perkembangan tersebut pelaksanaannya Leadershp Training di pesantren seperti di Gontor (1959), Tebuireng (1959,1961), Sukabumi (1960), Tasikmalaya (1961) dan Kota baru, Ponti anak (1961) karena tingkat kebutuhan masyarakat pelajar di lingkungan pesantren berrbeda dengan tingkat kebutuhan masyarakat pelajar umum maka konsep dan pelaksanaan Leadership Training didaerah-daerah pesantren ini. Kemudian berkembang menjadi mental training.3

3


(46)

Melihat perkembangan diatas maka dilakukan upaya penyempurnaan sistem dan metode serta konsep kaderisasi secara agak menyeluruh. Pada tahun 1961. Diselenggarakan seminar yang menghasilkan Sistem dan Metode Mental Training dan sekaligus dihasilkan pula sistem dan Metode Perkampungan kerja Pelajar (pkp) sebagai konsep pembinaan dan latihan kepemudaan. Dalam kedua sistem tersebut terdapat penyempurnaan Dynamic Group. Disamping itu yang sangat penting adalah terjadinya pengembangan orientasi dari perubahan mental (mental change) dan pengembangan mental (mental development) menjadi pembentukan sikap mental( mental attiude) yang islami.

I.3 Masa Kristalisasi (1963-1964)

Setelah dua tahun pelaksanaan kaderisasi dengan sistem dan metode di atas berlangsung, kebutuhan untuk menyempurnakan sistem dan metode tersebut masih dirasakan, Maka secara beruntutan diselenggarakan seminar pkp di cipasir, ciclaengka, april 1963 menghasilkan sistem dan Metode Mental Training yang disempurnakan dan seminar Leadership Trainng di Yogyakarta, Desember 1963 menghasilkan metode Leadership Training yang disempurnakan serta pedoman kader yang berisi dasar pembentukan kader, pengertian fungsi dan status, kepribadian, Hak dan kewajiban, serta tingkat-tingkat dan atribut kader.

Hasil-hasil seminar di atas kemudian disahkan menjadi konsep kaderisasi PII yang baru. Secara ringkas tinjauan masing-masing jenis training tersebut terurai dalam pembahasan sebagai berikut:


(47)

Jenis Training ini menjadi induk program kaderisasi PII yang diarahkan pada upaya pembentukan kader yang berkepribadiandinamik melaui jalan :

1) Menanamkan kesadaran kepada peserta untuk memahami, menghayati, meyakini dan memperjuangkan Islam sebagai pedoman hidup.4

2) Mengubah dan mengembangkan jiwa peserta kearah yang penuh dinamika, sehingga memiliki sifat-sifat utama (9 sifat) dan memiliki kecakapan untuk memimpin dan menggerakkan anggota untuk berjuang baik didalam wadah yaitu tingkat dasar dan tingkat lanjut. Umum

b. Mental Training

Sebagaimana disebutkan diatas jelas bahwa sesungguhnya Mental Training adalah pengembangan Leadership Training yang diselenggarakan di pesantren atau masyarakat yang taat melaksanakan ajaran Islam. Yang membedakan hanyalah spesifikasi tujuan mentra yaitu : menciptakan keharmonisan hidup dikalangan Pelajar Islam untuk mencapai Izzatul Islam walmuslimin.

Spesifikasi tujuan ini membawa konsekwensi pada penambahan materi ajaran islam. Dalam pelaksanaan dan pengembangannya materi ini diarahkan untuk memberikan keseimbangan pengetahuan dan penghayatan agama terhadap pelajar disekolah umum dan memberikan pengalaman langsung hidup dilingkungan pesantren.

4


(48)

Mentra dilaksanakan dalm jenjang training Mentra dasar dan Mentra dakwah. Mentra dasar lebih berorientasi pada pengenalan wawasan ajaran islam serta penghayatan tradisi mayarakat Islam. Sedangkan Mentra dakwah berorientasi pada pendalaman ajaran Islam dan praktek dakwah Islam.

1) Perkampungan Kerja Pelajar

Perkampungan Kerja Pelajar (pkp) pada awalnya merupakan program pengabdian sosial dan kemasyarakatan PII. Kemudian dikembangkan menjadi salah satu jenis training untuk memikul beban kaderisasi.

a) Perkampungan kerja pelajar dibagi dua jenjang yaitu perkampungan kerja pelajar tingkat dasar dipilihkan Masyarakat yang sudah baik pengalaman ajaran Islamnya.

b) Perkampungan Kerja Pelajar Tingkat Dakwah dipilihkan Masyarakat yang masih awam sehingga peserta lebih banyak kesempatan untuk berbakti dan berdakwah mendorong masyarakat agar mampu mengamalkan islam dengan sebaik-baiknya.

Dengan dirumuskannya pedoman kadetisasi seperti di atas maka PII berlangsung program training berupa leadership training, Mental Training, dan perkampungan kerja Pelajar, pengurus Besar PII menyelenggarakan Musyawarah kader dan Coaching Instruktur (MUKACI) di Pekalongan, pada tanggal 20-27 Agustus 1967. Mukaci juga berfungsi


(49)

untuk mengantisipasi problem actual yang dihadapi PII saat itu berhasil merumuskan Sistem dan Metode Training PII yang meliputi5 :

1. Pemantapan Strategi Training 2. Kurikulum Training

3. Hubungan Antar Jenis Training

I.4 Masa konsolidasi (1979)

Dari rekomendasi SDPN tahun 1974 maka diselenggarakan pecan Orientasi pekan Orientasi Instruktur Nasional ( POIN) di cibubur, Jakarta , April 1979. Pengurus Besar PII membentuk Tim perumus yang terdiri dari Muhammad Jauhari, Hazim Abdullah, Umar, Taufik Dahlan danMasyhuri Amin Muhri untuk mempersiapkan rumusan konsepsi kaderisasi yang disempurnakan.

Rumusan tersebut disepakati dalam POIN 1979 dengan garis Besar Keputusan.

a. Fungsi Training

Training mempunyai fungsi sebagai media kaderisasi formal yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kaderisasi informal berupa program–program PII lainnya. Sebagai media kaderisasi yang disempurnakan.

b. Karakteristik kader dan Orientasi Training

Kader yang akan dihasilkan melalui proses training akan mempunyai 12 sifat dan 8 kemampuan dan kesiapan. Karakter kader yang demikian diharapkan mampu menjawab tantangan dan memecahkan problem

5


(50)

PII dan umat Islam sehingga bisa menjaga misi dan eksistensi PII dalam rangka izzul Islam wal muslimin.

Tantangan dan Problem PII dan umat Islam dapat diklasifikasikan dalam 8 orientasi yaitu :

1) Problem idiologi

2) Problem kepemimpinan 3) Prolem Pendidikan 4) Problem sosial

5) Problem keadministrasian 6) Problem ke PII-an

7) Problem sikap dan Tingkah-Laku 8) Problem cara Berfikir

c. Penyempurnaan Tujuan dan penjenjangan Training

Dalam rangka mengemban fungsi kaderisasi formal, training difokuskan pada masalah kepemimpinan ditopang dengan pemahaman masalah sosial kemasyarakatan (dengan sample masalah khilafiyah baik aqidah maupun fiqih) atas dasar pemikiran di atas maka training dibagi dalam 3 jenis yaitu6;

1) Leadership Training dengan focus pada masalah kepemimpinan yang terdiri dari, tingkat dasar (leadership Basic Training) tujuannya terbentuknya kader yang PII tingkat local maupun regional dan mampu memahami problem PII dan umat Islam tingkat Nasional dan tingkat lanjut (leadership Advanced Training).Tujuannya agar kader PII mampu

6


(51)

menjawab tantangan dan problem organisasi PII dan ummat Islam dalam tingkat regional maupn nasional, dan mampu memahami problem kepemimpinan ummat Islam dalam dunia internasional.

2) Mental Training dengan focus pada masalah pendidikan agama Islam sebagai bekal ruhiyah untuk menghadapi tantangan.Tujuannya agar terbentuknya kader PII yang mampu menjawab problem ajaran Islam dan tantangan ajaran lainnya yang dihadapi umat Islam Indonesia untuk mendapatkan kerahmatan dari Allah dan perkembangan Syiar Islam. 3) Perkembangan Kerja Pelajar dengan focus pada sosial kemasyarakatan Tujuannya terbentuknya kader PII yang mampu mengintegrasikan diri dan mempelopori masyarakat untuk menjawab problem ajaran lainnya yang dihadapi umat Islam Indonesia untuk mendapatkan kerahmatan dari Allah dan perkembangan Islam.

d. Pengembangan Metode dan Tekhnik Training

Untuk melengkapi pemahaman penggunaan metode Group Dynamic dilakukan kajian teoritik dan menyadur buku achiving in people; Some Aplication of Group Theory,Darwin Cartwright,terbitan reprinted from. Human Relation,vol 1V, No.4,1951. Kemudian dirumuskan teori pengelolaan kelompok dan penerapan training PII. Atas dasar itu maka penggunaan metode di atas dalam pelaksanaan training digunakan tekhnik-tekhnik personal introduction, expextation, case study, closing session dan written assignment.


(52)

I.5 Masa Resistensi (1985-1991)

Sikap PII terhadap penerapan UU No. 8 Tahun 1985 tentang Ormas membawa pengaruh yang serius terhadap pelaksanaan training PII. Paradigma yang melatarbelakangi konsep dan sistem training yang dipakai PII selama ini didasarkan pada masa legal formal. Pergeseran pola gerakan dari asas legal formal ke informal menyebabkan PII harus mencari alternative gerakan termasuk gerakan bidang kaderisasi..kendala ekstenal yang dialami PII menyulitkan pencapaian target dan tujuan training. Upaya untuk menyesuaikan pola training sesuai dengan situasi eksternal dan tantangan organisasi kemudian memunculkan rumusan sistem training allternatif7.

I.6 Masa Rekontruksi (1991-1996)

Kondisi informal PII dan kondisi kaderisasi sebagai akibat situasi eksternal tersebut mengharuskan kita untuk melakukan evaluasi mendasar terhadap kegiatan kaderisasi. Konsep kaderisasi menurut POIN’79

dan MIN ’85 belum menyertakan pola pembinaan’ pasca training. Dengan kata lain tidak ada paket atau bentuk pembinaan pasca training. Dengan demikian pembinaan kader pasca training diserahkan sepenuhnya kepada masing-masing pengurus baik wilayah, daerah maupun komisariat. Masing-masing eselon kepengurusan tersebut tidak memungkinkan menyusun program atau apket kegatan kontineu dan baku. sehingga kegiatan pembinaan kader bersifat pragmatis dan sporadic tergantung tingkat aktivitas masing-masing eselo kepengurusan. Maka kegiatan pembinaan kader makin tidak terkontrol. Kondisi ini menyebabkan pola jalur dan jenjang training tidak

7


(53)

sepenuhnya bisa dijalankan dengan baik. Banyak kader pasca batra yang menghilang dan tidak aktif kualitatif. Kondisi tersebut sangat memprihatinkan dan dapat menancam eksistensi PII lebih lanjut, maka sudah saatnya dippikirkan bagaimana melakukan penyempurnaan secar konfrehensif menyangkut aspek-aspek fundamental kaderisasi PII melakukan pendekatan

kebutuhan obyektif. Konsep ta”dib merupakan solusi terhadap masalah -masalah kaderisasi tersebut. Yang telah direkomendir oleh muktamar ke-19 di Garut, Desember 1992. Konsep ini dipersiapkan dalam loka karya Tim kecil Pengurus Besar PII di ponpes pabelan pada bulan Ramadhan 1411/1911.

Menindak lanjuti rekomendasi Muktamar tersebut maka mulai dilakukan proses penyusunan konsep Ta’dib. Secara berturut-turut dan intensif diproses melalui forum-forum khusus yang diadakan untuk kepentingan ini baik pada tingkat PB PII dilaksanakan Sarahsehan terbatas BPTT, Raker serta Rektor PB.

Untuk mengantisipasi kebutuhan pola pembinaan pasca training sekaligus menjadi actor utama dalam mempertahankan eksistensi PII yang tercermin dari kepengurusan yang semakin menurun maka PB segera

membuat pola Ta’lim . Sementara itu untuk membuat konsep pelatihan PB

melakukan peninjauan terhadap training. Keduanya kemudian dilaksanakan

dalam bentuk Lokarta Ta’lim dan Semioka pelatihan.

a. Lokakarya Ta’lim Nasional

Lokakarya diselenggarakan pada November 1993 di Islamic Center Bekasi, kegiatan ini dimaksudkan untuk melakukan sosialisasi dan


(54)

acaraberangkat dari kebutuhan yang paling mendesak untuk merealisir pembinaan lewat jalur ta’lim sebagai bagian dari konsep ta’dib.Lokakarya tersebut berlangsung kurang optimal karena tanpa didahului dengan perencanaan yang matang sehingga pembahasan mengenai posisi dan

konsepsi jalur Ta’lim dalam perspektif mengundang persepsi yang berkata antara PB PII dengan PW yang hadir, Akibatnya tidak didapatkan titk kesepakatan sehingga tindak lanjut dari acara tersebut tidak seperti yang diharapakan.

b. Semiotika Training

Semiotika (Seminar dan Lokakarya) dilaksanakannya menjelang Muktamar ke-20pada 21-23 Januari 1995 di Jakarta kegiatan ini dimaksudkan untuk melakukan evaluasi terhadap penerapan konsep training sekalius untuk mencari masukan bagi penyempurnaan konsep training dalam merumuskan

konsep kaderisasi PII perspektif Ta’dib.

Terhitung sejak MIN dilampung 1985 PII secara nasioanal belum sempat lagi melakukan kajian secara komprehensifp terhadap konsep dan pola kaderisasi. Untuk itu semioka diadakan, dalam rangka melakukan tinjauan terhadap semua prangkat training PII mulai dari MUKACI (Musyawarah Kader dan Coaching Instruktur) di pekalongan 19Lampung 1985. Evaluasi selama lebih kurang 12 tahun itu konsep kaderisasi PII khususnya Training baru dapat diagendakan. Memang terasa cukup berat melakukan tinjauan dengan maksud evaluasi dan penyusunan ulang tentang konsep kaderisasi PII yang utuh, kendatipun usaha tersebut tidak dilakukan secara detail, namun tinjauan makro dicoba dilakukan segala


(55)

konsekwensi-konseksinya, antara lain aspek pendalaman historis pendalaman historis dan filosofis masih sangat kurang. Sekali lagi karena ini factor kebutuhan maka evaluasi itu merupakan suatu keharusan.

Berangkat dari kesadaran bahwa evaluasi yang sifatnya komprehensif dan makro itu maka PB PII melalui Tim semiotika melakukan kegiatan pendahuluan sebelum pelaksanaan Semioka. Tim melakukan diskusi regular sebanyak tiga kali, dengan mengundan narasumber antara lain : Utomo Danan jaya, Hasyim Umar, dan Usep fathudin. Dari diskusi Tim tersebut diharapkan Semioka dapat menghasilkan target optimal.

Seminar yang bertema “pelatihan dan pengembangan SDM” dalam upaya mengakomodasi sebagai pemikiran yang perlu menjadi bahan pertimbangan dalam penyusunan pembinaan dan pengembangan SDM, dalam

hal ini kaderisasi PII dalam menyusun Ta’dib. Adapun tujuan yang ingin

dicapai melalui seminar tersebut antara lain:

1. Mengidentifikasikan dan merumuskan tantangan serta peluang pendidikan dan pelatihan dalam pengembangan SDM yang berkaitan dengan organisasi Pelajar Islam dan kelembagaan umat Islam secara umum.

2. Menghimpun pemikiran sekitar mode-model alternative pelatihan dan pola pengembangan SDM dalam rangka pembinaan masyarakat pelajar. 3. Menyusun pola dan strategi pelatihan sebagai bahan penyempurnaan

system dan metode pelatihan PII.

Setelah seminar dilanjutkan dengan lokakarya dengan tiga agenda utama yaitu:


(1)

Jawab: Idiologisasi Internalisasi Transpformasi

5. Tanya : Proses kaderisasi di PII? Jawab : Ada dua hal

 Kaderisasi structural kaderisasi jadi maksudnya kaderisasi tidak hanya sebatas dengan makna pelatihan training, kursus dan sebagainya tapi seluruh aktifitas diorganisasi adalah kaderisasi melalui penugas

 Melalui jalur training yaitu basic training, intermedit training dan advan training

6. Tanya : Perbedaan kaderisasi di Pii dengan kaderisasi organisasi lain seperti apa K?

Jawab : Perbedaan nya yaitu nilai karena nilai itu tidak semua organisasi mempunyai nilaI- nilai yang sama tapi pada akhirnya nilai-nilai diorganisasi. Dan metode.

7. Tanya : Ada berapa jenis kaderisasi di PII? Jawab: Ada tiga Training, kursuss dan ta’lim 8. Tanya: Metode kaderisasi di PB PII?

Jawab: Kita lebih pada cara partisipatorik. Kita menganggap peserta itu mempunyai pengetahuan dan pengalaman sendiri sehingga pada akhirnya tugas kita dalam memproses kaderisasi hanya membantu mereka proses unntuk menyusun kembali struktur-struktur pengalamnya struktur pengetahuannya sehinngga jadi motifasi untuk dia menjadi ilmu pengetahuan bagi dia. Memang tadi disebutkan ada proses internalisasi dan idiologis syarat akan introdokrinisasi . memang ada beberapahal metode introduknisasi tapi tidak seluruh materi menggunakan metode tersebut. Ada beberapa hal yang berkaitan dengan aqidah dan nilai-nilai keislaman itu lebih sering pake indroktinasi walaupun penginpestarian masalah-masalah aqidah itu pengalaman-pengalaman peserta tapi pada akhirnya instruktur memiliki tanggung jawab untuk mengarahkan nilai-nilai itu dengan nilai keislaman. 9. Tanya: Faktor pendukung kaderisasi?


(2)

Jawab: Struktur, tingkat folo up.

10. Tanya: Faktor penghambat? Kita sering mengalami hambatan dalam materi . tapi pada akhirnya pii masih bisa menyelenggarakan kegiatan yang berkaitan dengan training.

Jawab: Ada ga dari PB Sendiri yang kurang bisa diajak kerja sama tentunya berkaitan dengan kaderisasi misalnya dalam pentrainingan?

Ada dari beberapa PB PII hambatannnya secara personal karena masing-masing sibuk dengan kuliah, urusan pribadi, tetapi ketika dia berikrar untuk menjadi instruktur di setiap pelatihan-pelatihan nah ketika ada intruktur yang mempunyai alasan seperti itu langsung di black list atinya dia sudah tidak punya komitmen dan loyalitas terhadap organisasi. Tentunya ada funishment bagi instruktur yang sudah sering ditugaskan tapi tidak menunaikan sering kali balack list dia bahkan dibeberapa wilayah seperti yogya membatalkan dia sebagai instruktur karena sudah tidak berguna apa lagi dia mempunyai status instruktur tapi dia tidak pernah melakukan tanggung jawabnya sebagai instruktur untuk mempersiapkan kader-kader selanjutnya.

11. Tanya: Bagaiman solusi dari defisi kaderisasi sendiri agar PII ini tetap eksisi?

Jawab:Yaitu cara pandang bahwa identitas PII adalah organisasi kaderisasi kalau itu trus menguat menjadi mainstream diseluruh kader apapun hambatannya kaderisasi akan tetap berjalan. Karena kaderisasi amat penting bagi penyiapan kader selanjutnya memperkuat kita untuk melanjutkan misi PII kalu cara pandang tidak benar ya sudah tidak akan berjalan.sepanjang ini PII menjadi cara pandang seluruh kader adalah hal yang terbaik dan skala prioritas. Kalaupun banyak oreang lai PII mai ke dunia eksternal main didunia massa ketika kita prioritas disana maka kaderisasi di PII akan runtuh maka pada akhirnya seluruh institusi di bawah PB konsentrasi diwilayah kaderisasi. Ketika kaderisasi ini kuat maka kaderisasi ini bisa mendistribusikan orang-orang terbaik kedunia eksternal.jadai pada akhirnya s kaderisasi itu selain mempersiapkan kader generasi selanjutnya juga


(3)

menyiapkan kader-kader strategis. Peran serta masyarakat dalam membangun masyrakat.

12. Tanya :Menurut kk hubungan komunikasi organisasi dengan Organisasi? Jawab:

A. Tanya: Sebab akibat ? Jawab: ya ada beberapa kasus gara-gara komunikasi organisasi antara eselon rusak. Gara gara ego pengurus besar atau wilayah sehingga ada bebarapa ivent yang dilegalkan ada beberapa institusi yang lebih memprioritaskan kaderisacsi walaupun komunikasi organisas jelek tapi kita pada akhirnya memahami bahwa kaderisasi adalah hal yang prioritas . sehingga ke depannya yang perlu diperbaiki adalah komunikasi organisasinya.

B. Tanya: Secara timbal balik ? Jawab: seluruh limi bersendi kaderisasi jadi salah satu fakta terbesar kaderisasi adalah structural. Artinya baik dia di kaderisasi, pmp, kesekertariatan adalah sendi-sendi kaderisasi nah ketika ada mis komunikasi seperti itu maka ada sebab akibat. Karena kaderisasi adalah seluruh aktifitas komunikasi adalah kaderisasi. Sehingga pada akhirnya ketika kaderisasi ini dalam proses pentransformasian ide-ide gagasan diruang-ruang training ini beres maka akan berimflikasi kepada diadalam menjalankan tugas-tugas dia sebagai kader baik dia duduk menjadi seorang PII wati distruktur brigade. Ketika dia memahami kaderisasi jadi mind dia adalah mind misi artinya kalau misi yang menjadi pikiran dia adalah berarti sudah tidak ada lagi nego, emosi dan sebagainya semua lenyap hanya untuk misi artinya komunikasi organisasi menjadi prasyarat untuk meluluskan misi itu bisa sesuai dengan perencanaan dan itu digodognya diproses kaderisasi kesadaran misi itu.

C. Tanya: hubungan komunikasi organisasi PB PII Dalam kaderisasi secara Fungsional?

Jawab : Kaderisasi di PB ada dua ada departemen 1. Departemen pembasisan kader

2. Departemen strategis hubungan diantara keduanya secara kinerja punya tupoksi masing –masing


(4)

a. departemen pembasisan kader lebih focus pada bagaimana membuat I model nasional rekuitment di seluruh Indonesia seperti apa ? membahas tentang bagaimana pola pembinaan pendampingan kader-kader diseluruh Indonesia. b. Departement kader strategis lebih berbicara tentang bagaiman kader yang

sudah ada ini terdistribusikan secara baik antar jaring-jaring PII. Baik Itu pengeditan, politik ekonomi, karir dan sebagainya. Departemen itu membidangi bagaimana kader yang sudah ada terdistribusikan secara baik. Bentuk komunikasi diantara keduanya hanya sebatas pada konsultatif, kordinatif, keduanya tidak saling keterikatan. Tapi ini dalam satu naungan bidang kaderisasi . kita pun dibidang kaderisasi punya garapan bersama. Nah garapan bersama ini komunikasi ini bisa timbal balik diantara department saling bantu membantu tapi kita punya sosialisasi dibidang masing-masing paling sifatnya koordinatif, konsultatif dan sebagainya. Tidak ada garis intruksi misalnya dar pihak kaderisasi menginstruksikan ke ketua department A dan ke B. kemudian department ini berkomunikasi dengan lini kaderisasi di PII wati dan BRIGADE karena kan kita sifatnya integrated PII wati punya agenda pa? Brigade punya Agenda apa? Dalam hal bidang kaderisasi nanti kita mac kan apa yang bisa kita kerjakan dan koordinasikan sehingga tidak bertabrakan nanti pada pelaksanaanya. Dan pada akhirnya ruang-ruang komunikasi organisasi itu di bidang kaderisasi samnas, sarahsehan muadib nasional dengan mengundang seluruh instruktur, seluruh nasional adapun fungsi Samnas mengevaluasi sistem kaderisasi yang telah berjalan. Juga ada loka karya lnstruktur nasional (LIN) kita akan adakan bulan desember itu fungsinya merumuskan sebuah karya-karya baru hasil evalusasi samnas masukan keloka karya. Adapun OUT Putnya menghasilkan konsep-konsep kaderisasi baru nanti untuk beberapa tahun kedepan jadi ada dua ruang kaderisasi. Jadi yang menaungi instruksi nasioanal adalah dewan ta’dibnasional adalah konsultatif dan koordinatif.

Jadi dewan ta’dib tidak punya kebijakan posisinya tidak punya otoritas untuk melakukan intruksi tapi hanya sebatas rekomendasi ke bidang kaderisasi. nah bidang kaderisasi ini yang mempunyai kebijakan. Tapi cara kerjanya memang berdiri sendiri . dewan ta’dib dan kaderisasi. dewan ta’dib hanya


(5)

sebatas mala supervisi proses pentrainingan setanah air proses pentrainingan tingkat nasional bagaimana ta’lim,training. Seperti Resech nanti hasil research ini direkomendasikan ke bidang kaderisasi untuk membuat satu keputusan tentang kaderisasi sesuai dengan permasalahan yang ada. Bentuknya samnas dengan sosialisasi kebijakannya.

Jakarta, 28 Maret 2011

Pewawancara Narasumber,


(6)