Aras Makro Pandangan PW PII Jakarta Terhadap Peran Politik Pelajar
72
ke-24 di Attaqwa, Bekasi Wawancara dengan Rahmat Banu Widodo 7 April 2013.
Jaringan aksi KA-PII mengoptimalkan partisipasi massa pelajar melalui simpul-simpul massa PII yang berada di berbagai lokasi atau basis sekolah
dan pondok pesantren di Jabotabek. Dengan demikian, pendidikan politik terhadap pelajar telah dilakukan sedari dini melalui penyaluran aspirasi
kritis mereka kepada pihak-pihak yang berwenang, terkait dengan berbagai isupersoalan yang tengah terjadi di masyarakat.
d. Aksi Simpatik Tolak Kekerasan Menjelang Pemilu 1999 Melalui sayap gerakan KA-PII, aspirasi politik pelajar dapat tersalurkan
dengan bebas. Misalnya, KA-PII melakukan aksi menentang kekerasan menjelang penyelenggaraan pemilu 1999 di Bundaran Hotel Indonesia.
Aksi yang melibatkan kurang lebih 1000 orang pelajar se-Jakarta itu juga menuntut agar para politisi tidak hanya fokus pada perebutan kekuasaan
semata, melainkan juga ikut memperhatikan nasib pendidikan PW PII Jakarta Konwil ke-24, 1999.
e. Aksi Moral Penyelesaian Kasus Ambon dan Aceh Pasca Reformasi juga berdampak pada konflik di berbagai daerah,
diantaranya konflik di Ambon dan Aceh. Melalui sayap gerakan KA-PII, pada 10 November 1999, sebanyak 3000 pelajar se-Jakarta melakukan aksi
di Istana Negara dengan agenda menuntut penyelesaian kasus Ambon. Aksi ini diikuti dengan pengiriman delegasi PII Jakarta bersama PB PII ke Dirjen
Protestan Depag RI PW PII Jakarta Konwil ke-24, 1999. Aksi ini
73
merupakan aksi terbesar dalam sejarah PII yang melibatkan banyak pelajar setelah sebelumnya pernah dilakukan KAPPI pada era 66.
Pada tahun yang sama, KA-PII juga melakukan aksi ke kantor Menkumdang yang melibatkan ratusan pelajar, menuntut penyelesaian
kasus Aceh dengan pengadilan koneksititas bagi para pelanggar HAM di Aceh. Dalam aksi ini diterima langsung oleh Yusril Ihza Mahendra yang
saat itu menjabat Menkumdang Wawancara dengan Rahmat Banu Widodo 7 April 2013.
f. Terlibat dalam Gerakan Muda Islam GeMUIS Dalam melebarkan sayap aksinya, PII Jakarta mengembangkan jaringan
kerjasama dengan ormas-ormas Islam di dalam Gemuis Generasi Muda Islam dan menjadi inisiator pertemuan ormas-ormas pemuda Islam dalam
menyikapi maraknya pornografi media massa, yang menjadi cikal bakal kelahiran MTP Masyarakat Tolak Pornografi, serta berpartisipasi aktif
dalam MTF tersebut PW PII Jakarta Konwil ke-24, 1999. g. Aksi Penolakan Pencabutan Tap MPRS No. XXV1966
Di era pemerintahan Abdurrahman Wahid Gusdur, aksi „turun jalan’
PII melalui sayap KA-PII tersebut, semakin sering dilakukan seiring dengan kebijakan pemerintah yang tidak sejalan dengan amanat Reformasi.
Pemerintahan Gusdur yang sangat kontroversial karena sempat beberapa kali mengeluarkan kebijakan yang tidak populer mendapat kritikan dari
berbagai pihak.
74
Beberapa kebijakan pemerintah yang tidak populer itu diantaranya soal usulan pencabutan Tap MPRS No. XXV1966 tentang Komunisme, serta
rencana membangun hubungan diplomasi dengan Israel. Kebijakan luar negeri Gusdur yang pro zionis-kapitalis dan mengabaikan solidaritas
terhadap negara-negara muslim, terutama didalamnya persoalan Palestina. Persoalan-persoalan tersebut disikapi secara kritis oleh aktivis PII melalui
aksi-aksi sosial dalam KA-PII PB PII Dokumen Sejarah PII, 2010 h. Merespon isu-isu politik dunia Internasional
Pada era 2002-2004 PII Jakarta dihadapkan oleh kontalasi politik nasional, diantaranya peralihan dari pemerintah Abdurahman Wahid ke
Megawati, dan peralihan dari Megawati ke Susilo Bambang Yudhoyono. Tidak seradikal gerakan PII era 66-an dan era 98-an yang terlibat langsung
dalam proses peralihan rezim, aksi-aksi PII dalam era ini lebih menyentuh pada politik kebijakan, terutama yang menyentuh langsung ke persoalan
pelajar dan ummat Islam. Menurut Nuril, pada saat itu telah terjadi pergolakan politik internasional
yang menyandera umat Islam di seluruh dunia, yaitu pertama invansi Amerika Serikat ke Afganistan dan invansi Amerika Serikat ke Irak sebagai
dampak dari tragedi bom WTC pada 11 September 2001. Sebagai respon atas itu semua, kata Nuril, PII Jakarta sering melancarkan aksi-aksi
demonstrasi dalam merespon isu-isu politik dunia internasional. Diantaranya pada tanggal 20 Maret 2003 ratusan pelajar yang tergabung
dalam KA- PII melakukan aksi “Tolak Perang Terhadap Iraq”, di depan
75
Kedutaan Besar Amerika Serikat. Tidak lama setelah itu, KA-PII bersama KISRA kembali melakukan aksi sejuta umat menentang Amerika Serikat, di
Bunderan HI dan kantor perwakilan PBB Wawancara dengan Nuril Anwar pada 7 April 2013.
i. Aksi Mendukung RUU Sisdiknas Pendidikan merupakan pintu menuju gerbang kesejahteraan masyarakat.
Untuk menjamin terselenggaranya pendidikan yang berkualitas, maka perlu dibentuk suatu perundang-undangan yang mengatur pelaksanaannya.
Sebagai bentuk dukungan diberlakukannya UU No 20 Tahun 2003, PII Jakarta pada 9 April dan 1 Mei 2003 melakukan aksi damai mendukung
RUU Sisdiknas di depan Gedung DPRMPR RI Wawancara dengan Nuril Anwar pada 7 April 2013.
j. Aksi kenaikan harga BBM PII sebagai bagian dari elemen masyarakat mempunyai peran tanggung
jawab sosial di masyarakat, untuk itu isu-isu di masyarakat tidak luput dari perhatian PII. Salah satu wujud kepedulian sosial, PII melakukan aksi yang
melibatkan ratusan pelajar mengenai kenaikan harga BBM pada tahun 2005 di Bundaran Hotel Indonesia. Kenaikan BBM ini berimplikasi terhadap
kenaikan harga-harga lainnya. Seperti kenaikan tarif angkutan umum, sembako, biaya sekolah dan lain-lain. Hal tersebut menjadi persoalan yang
disikapi secara kritis oleh aktivis PII Wawancara dengan Syahnan Tanjung pada 13 April 2013.
76
k. Aksi Menolak Ujian Nasional UN Ujian Nasional UN menjadi fokus perhatian PII sejak pertama kali
diberlakukan menjadi standar penilaian hasil belajar secara nasional. Setiap tahunnya PII selalu melakukan aksi di depan Mendiknas sekarang
Mendikbud dan aktif melakukan kajian mengenai UN bersama poros pelajar terdiri dari IPM, IPNUIPPNU, LBH Jakarta dan koalisi
pendidikan lainnya untuk mengevaluasi dan mengkritisi berbagai kekacauan yang menyertai pelaksanaannya Wawancara dengan Ahmad basori pada 19
April 2013. l. Terlibat dalam Citizen Law Suit Korban Ujian Nasional
Ahmad Basori, Ketua Umum PW PII Jakarta periode 2006-2008 menjelaskan keterlibatan PII dalam Citizen Law Suit terhadap negara.
Sebelum melakukan gugatan, terlebih dahulu PII Jakarta mengumpulkan keluhan dari pelajar yang menjadi korban UN, setelah itu data dikaji dan
diserahkan kepada LBH Jakarta untuk dijadikan bahan dalam materi gugatan.
Pada tahun 2006, PII Jakarta saat itu diwakili oleh Awwaluddin salah satu dari 58 orang yang terdiri dari pemerhati, pendidik, aktivis, dan orang
tua murid yang menjadi korban UN, tergabung dalam Tim Advokasi korban Ujian Nasional TeKUN mengajukan Citizen Law Suit tentang Ujian
Nasional terhadap Negara Republik Indonesia. Untuk memastikan proses berjalan lancar, kata Basori, PII Jakarta selalu
mengawal gugatan itu dan hadir di pengadilan negeri Jakarta Pusat setiap
77
kali persidang. Sampai pada tanggal 22 Mei 2007, Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat mengabulkan gugatan Citizen Law Suit
tersebut. dan menyatakan bahwa pemerintah lalai memberikan pemenuhan hak asasi manusia HAM terhadap warga negara, khususnya hak atas
pendidikan dan hak anak yang menjadi korban UN. Pemerintah mengajukan banding ke Pengadilan Tinggi Jakarta, hasilnya
pada pada tanggal 6 Desember 2007, Pengadilan Tinggi Jakarta juga menolak permohonan pemerintah. Sampai akhirnya pemerintah melakukan
kasasi ke Mahkamah Agung. Lagi-lagi permohonan kasasi pemerintah ditolak oleh MA melalui putusan No.256 KPDT2008 pada tanggal 14
September 2009 Wawancara dengan Ahmad basori pada 19 April 2013. Walaupun MA telah menolak permohonan Kasasi dari pemerintah, UN
masih tetap dijalankan oleh pemerintah pada tahun berikutnya. Kondisi tersebut semakin mengkhawatirkan dan dinilai pemerintah tidak mematuhi
aturan hukum yang ditetapkan. Sebagai bentuk protes atas kebijakan pemerintah yang ngotot melaksanakan UN, PII Jakarta pada periode 2008-
2010 melakukan aksi pada saat peringatan Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2010. Aksi tersebut dinamakan Koalisi Bersama Kobar 2 Mei yang terdiri
dari FGII, PII, IPM, FMN, BEM UI, Forum OTM, E-Net For Justice, LAP, PMKRI, KPKB, dan IKABI Wawancara dengan Ahmad Fadhil pada 19
April 2013. Pada wilayah makro ini, peran dan keterlibatan pelajar dalam politik
lebih pada peningkatan partisipasi pelajar dalam berbagai aksi demonstrasi
78
Rush dan Althoff, 2005: 126. Walaupun aksi tersebut sudah menjaring partisipasi politik pelajar, tetapi penulis melihat dari serangkaian aksi yang
sudah dilakukan belum seluruhnya menyentuh pada wilayah permasalahan pelajar.
Upaya transformasi pemahaman pelajar mengenai politik seharusnya diorientasikan pada peningkatan sikap kepekaan sosial pelajar dalam
menghadapi berbagai macam permasalahan yang ada di sekitarnya, seperti merespon aksi tawuran pelajar yang sudah menjadi kultur generasi muda
dan permasalahan-permasalahan yang ada di lingkungan sekolahnya supaya pelajar mampu memberikan alternatif solusi atas permasalahan itu.