Faktor Penghambat Respon Pelajar terhadap Pemberdayaan Politik PW PII Jakarta

87

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Pandangan Pengurus Wilayah PII Jakarta terhadap peran politik pelajar tercermin dari cara pandang kritisnya terhadap komitmen kepelajaran, yaitu pelajar sebagai entitas sosial dan pelajar sebagai subjek pendidikan, kebudayaan, dan subjek transformasi pendidikan dan kebudayaan. Pelajar sebagai entitas sosial memiliki konsep yang tidak saja bermakna secara sosial, tetapi juga politis. Dari sisi sosial, pelajar merunjuk kepada sebuah entitas yang eksistensinya terkait dengan proses belajar dan masuk dalam daur dunia pendidikan. Sementara itu dalam makna politis, keberadaan pelajar mewakili komunitas terdidik dan relatif berperadaban sehingga peranannya dalam proses perubahan sosial menjadi sebuah keniscayaan. Sementara itu, pelajar sebagai subjek pendidikan, kebudayaan, dan subjek transformasi pendidikan dan kebudayaan memposisikan pelajar sebagai subjek dari perubahan sosial. Dengan menempatkan pelajar sebagai subjek perubahan sosial, pelajar akan memiliki komitmen dan tanggung jawab terhadap tugas dan fungsinya sebagai pelajar serta meningkatkan partisipasinya dalam melakukan kritik sosial atas kondisi yang tidak sesuai dengan apa yang diyakininya. Politik yang dijalankan oleh PII bukan dalam artian politik praktis, tapi high politik yang bergerak pada wilayah pembangunan kesadaran politik kepada pelajar dalam melihat permasalahan sosial di lingkungannya, menumbuhkan budaya kritis 88 dan berani memperjuangkan hak-hak dasarnya sebagai tanggung jawab moral seorang pelajar terhadap negaranya. Dalam menyusun program pemberdayaan politik terhadap pelajar, PW PII Jakarta melakukan langkah-langkah atau strategi pemberdayaan dalam memberikan kekuasaan, kemampuan, pemahaman dan kesadaran politik pelajar melalui tiga aras strategi pemberdayaan, yaitu mikro, mezo dan makro. Pada wilayah mikro, PW PII Jakarta melaksanakan kegiatan: 1. Mulai pada periode 1998-2000, PW PII Jakarta melaksanakan kegiatan Hari Komunikasi Harkom, yaitu media konsultasi dan bimbingan pelajar mengenai permasalahan pribadi, sekolah, dan kondisi sosial politik yang sedang terjadi, baik di lingkungan sekolah, daerah, maupun situasi politik nasional. 2. Pada periode 2000-2002 terjadi perubahan pola bimbingan dan konseling dari perbincangan politik setiap kader PII ke permasalahan konflik internal kepengurusan. 3. Pada periode 2002-2004 mulai membuka kembali bimbingan dan konseling untuk pelajar dengan membuka Posko Pengaduan Pelajar, yaitu salah satu media dalam menjaring keluhan pelajar dalam merespon berbagai situasi politik dalam pemilihan presiden tahun 2004. 4. Pada periode 2004-2006 mengubah tema bimbingan dan konseling dalam posko pengaduan pelajar dari keluhan mengenai situasi politik menjelang pemilihan presiden tahun 2004 ke pengaduan pelajar korban UN. Pola tersebut diteruskan oleh periode selanjutnya, yakni 2006-2008. Tetapi 89 pada periode 2008-2010 pola bimbingan dan konseling dalam wilayah mikro ini tidak berjalan secara aktif. Pada wilayah mezo, PW PII Jakarta melaksanakan kegiatan: 1. Pada periode kepengurusan 1998-2010, PW PII Jakarta secara rutin menyelenggarakan pelatihan kepemimpinan dalam bentuk leadership basic training LBT dalam meningkatkan kesadaran, pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap pelajar dalam memiliki kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapinya. 2. Seminar dan Diskusi Pelajar, yaitu kegiatan yang dilakukan baik secara tertutup maupun terbuka dalam merespon berbagai situasi sosial politik, diantaranya : a. Pada periode 1998-2000, diskusi internal kepengurusan mengenai pandangan para tokoh terhadap situasi sosial politik, di sekretariat PII Jakarta. b. Pada periode 2000-2002, menyelenggarakan kajian dengan melibatkan puluhan pelajar mengenai isu pornografi dan porno aksi, tawuran pelajar, dan kebijakan pemerintah mengenai kurikulum budi pekerti, di Sekretariat PII Jakarta Jln. Menteng Raya 58, Jakarta Pusat c. Pada periode 2002-2004, menyelenggarakan Pendidikan Politik Pelajar, untuk memberikan pemahaman mengenai politik bagi pelajar dalam menghadapi pemilihan presiden pada tahun 2004. 90 c. Pada periode 2004-2006, melaksanakan training kepemimpinan pelajar selama 3 hari dalam acara “OSIS Camp” di Bumi Perkemahan Mekar Buana, Karawang dan melahirkan Badan Koordinasi OSIS se-Kabupaten Karawang. c. Pada periode 2006-2008, diskusi kepemimpinan politik dengan mengundang tokoh-tokoh politik alumni PII untuk pelajar di Sekretariat PII Jakarta. d. Pada periode 2008-2010 menyelenggarakan Seminar dan Diskusi Pelajar mengkritisi RUU Badan Hukum Pendidikan di Aula Student Centre UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, kerjasama dengan BEM Sosiologi. Pada wilayah makro, selama kurun waktu 1998-2010, PW PII Jakarta menjalankan aksi sosial dan kampanye sosial dalam menyuarakan aspirasi pelajar yang berkaitan dengan situasi sosial politik dan beberapa kebijakan pemerintah, diantaranya : 1. Membentukan Crisis Centre for Student CCS sebagai sebuah lembaga sayap aksi PII yang fokus melakukan kampanye dalam mengantisipasi praktek politisasi pelajar yang ramai menjelang pemilu 1999. 2. Membentuk Kesatuan Aksi Pelajar Islam Indonesia KA-PII, merupakan jaringan aksi PII untuk menjaring aspirasi pelajar serta ruang aktualisasi pelajar dalam menyuarakan sikap politiknya. Pada periode 1998-2010 PW PII Jakarta beberapa aksi, diantaranya: aksi sosial mendukung Reformasi konstitusi, aksi tolak kekerasan pemilu pada tahun 1999, aksi penuntasan