Apa faktor pendukung dalam melakukan pemberdayaan politik pelajar ?

Pada saat itu PII menghendaki reformasi konstituonal bukan reformasi total. PII Jakarta terutama mengatakan sikap untuk tetep berada reformasi konstituonal bukan reformasi total. Karna itu segaris dengan kelompok umat islam yang lain yang menentukan itu. Karana PII Jakarta tidak mungkin keluar dari mindstream kebijakan dari PB PII pada waktu itu yang menghendaki supaya PII berada pada sikap reformasi konstituonal yang sampai akhirnya mengantarkan ke sidang istimewa MPR menyempatkan Habibi melanjutkan priodisasi pak Harto. 2. Apa strategi dan Kegiatan yang anda lakukan sewaktu menjabat ketua umum PW PII Jakarta periode 2004-2006 dalam melakukan pemberdayaan politik pelajar ? PII itu dilantik bulan juli Tahun 1998. Saat itu kita bikin jargon ekspansi, kaderisasi dan konsolidasi. Seiring dengan visinya PB PII pada waktu itu yakni ektsernal publis dan internal solid. Kita formulasi dalam kebijakan ekspansi dan kaderisasi. Jadi Kaderisasi itu kita tidak pernah berhenti melakukan kaderisasi dari bawah sampai kemudian goolnya melahirkan instutusi ditingkat lokal, bentuk daerah, bentuk badan otonom dan sebagainya. Kemudian ada progres di periode separuh berikutnya tumbuhlah daerah-daerah baru yang kita lahirkan dari proses kaderisasi tingkat internal. Kemudian kalau di ekspansi itu kita melakukan aksi-aksi soledaritas. Misalnya solidaritas urusan di ambon dan solidaritas aceh. PII Jakarta bareng PB PII ikut demo ke pak SBY untuk menentukan sikap pemerintah terhadap persoalan Aceh dipimpin oleh pak Marjuki. Nuansa ekspansi itu emang cenderung ke nuansa isu-isu politik. Karena belum bisa pada soal pendidikan pada saat itu demo-demonya politik semua dan menggerakan masa cukup banyak. Saya ketika berada didalam proses awal ketika test the wroter bagaimana kekuatan PII Jakara itu bisa dihitung. Akhirnya dikalkulasikan punya masa kuat gak? Akhirnya kita bikin sayap aksi momentumnya pada saat itu adalah kasus ambon. Saya menyetuskan Kesatuan Aksi Pelajar Islam Indonesia KA-PII spontan dari mulut Shood, ya udah KA-PII akhirnya di pake. Inspirasinya pada waktu itu memang kita belum diskusi background karena kita spontan mungkin inspirasinya belakangan. Kalau kita pengen mendorong eksistensi PII ke publik. Ini murni aksi PII bukan aksi koalisi dengan IPM atau IPPNU ini murni kekuatan PII secara masif kehadapan presiden di istana negara. Kita tunjukan kepada public kita care punya solidaritas umat islam di Ambon yang sedang terjadi dan terdzolimi pada bulan Januari tahun 1999. Karena pada saat itu saya buat tulisan di harian pelita soal itu. Sebulan dua bulan kemudian kita konsuldasi supaya kita sikap terhadap pemerintah jangan ragu untuk melakukan penyesuaian konflik di Ambom. Habibie pada saat itu terombang ambing oleh kasus intervensi asing dan segala HAM dan lain sebagainya. Dan kita mendorong kepada Habibie agar pemerintah punya sikap yang jelas. Ini gak bisa dibiarkan, adanya aksi kekerasan pebantaian massal di Ambon. Kita turun untuk memberikan dukungan kepada presiden habibie bisa melakukan tindakan. Pada periode kita dulu ada tiga kali aksi besar yang satu kasus Ambon, yang kedua Aceh, yang ke tiga yang bawa bendera banyak dari bunderan HI muter-muter ke menteng tentang mendukung reformasi konstitusi dan satu lagi menghadapi pemilu 1999. Sebelum kita turun senantiasa melakukan kajian-kajian khusus tentang fenomena sosial politik. Terutama kasus Ambon misalnya, kita kasih pencerahan ke pelajar kalau kita harus berperan, ini momentum PII agar tetap eksis. Kita jangan kehilangan momentum, kemudian masuk ada yang turun, dan elemen-elemen PII harus menyikapi itu. Intinya PII ingin melakukan dukungan kepada pemerintah, memberikan dorongan moril kemudian memberikan penyelasaian yang tepat dan adil atas konflik ini. Kelahiran KA-PII seiring dengan momentum aksi yang kita lakukan, dan memang tidak pake alasan, kita pake analisis tentang menilai setrategi menggunakan kata-kata. Tapi itu momentum kita pakai PII biar habis dasar awalnya itu. Yang penting kita action ada benderaPII muncul dan kita punya peran dan bisa menyelesaikan terhadap masalah kebangsaan. 3. Bagaimana respon pelajar dari hasil pemberdayaan politik ? Kita sebelumnya menjaring data keluarga besar PII disetiap daerah, kader- kader PII yang masih aktik di setiap daerah, dan keluarga PII yang punya sekolah. Tiga pilar jejaring ini kita maksimalkan untuk bisa memberikan peran massa pelajar. Waktu itu pengalam kita cuman sehari, kita rapat hari ini besok harus turunkan massa. Itu kita kontak semua walaupun saat itu belum ada HP. Kita bergerak karena kita dibangun dengan kesadaran moral, dan akhirnya kita turun membawa massa. Pelajar sangat merespon dan aktif dalam aksi massa itu dan tersebar di berbagai daerah. Seperti Karawang, ada dari Kabupaten dan Kota,tangerang, Jakarta Utara, Kota Bekasi, Jakarta Barat, Jakarta Pusat dari seolah Said Naum tidak signifikan yang dikirim, Jakarta selatan juga tidak terlalu signifikan. Yang signifikan itu Kabupaten Bekasi, Kabupaten Tangerang dan Jakarta utara. Cuma tiga kota itu yang memberikan konstribusi terhadap massa. Yang paling banyak Kabupaten Bekasi cikarang, pelajar yang ikut tergabung bisa menghadirkan masa yang cukup bagus dan partisifasinya juga bagus dan hal itu merupakan dampak dari ekspansi dan kaderisasi. Saya sebut kita bekerja kita lihat hasilnya gimana. Waktu itu dalam rentang satu tahun dari 1998 dilantik dan 1999 kita melakukan aksi. Kita melakukan aksi dan langsung teruji.