Metode Ijmali Metode Muqâran

2. Metode Ijmali

Metode ini menafsirkan al-Qur’an dengan mengemukakan makna secara global tanpa uraian yang panjang. Di dalam pembahasannya penafsiran akan menguraikan ayat demi ayat sesuai dengan susunan mushaf. Penyajiannya menggunakan bahasa yang ringkas dengan menggunakan ungkapan-ungkapan yang diambil dari al-Qur’an sendiri lalu penafsir menambahkan kata-kata atau kalimat penghubung sehingga memberi kemudahan kepada para pembaca untuk memahaminya. 45 Selain menggunakan ungkapan-ungkapan yang diambil dari al-Qur’an, metode ini juga menyertakan asbâb al-Nuzûl, hadis Nabi dan ‘atsar orang- orang salih terdahulu. 46 Metode ini memiliki kelebihan diantaranya: 1. Praktis dan mudah dipahami 2. Bebas dari penafsiran Israiliyat 3. Akrab dengan bahasa al-Qur’an 47 Adapun kekurangan metode ini diantaranya: 1. Menjadikan petunjuk al-Qur’an bersifat parsial 2. Tak ada ruang untuk mengemukakan analisis yang memadai 48 3. Tidak cukup mengantarkan pembaca untuk mendialogkan dengan persoalan sosial maupun problematika keilmuan yang aktual. 49 45 Ali Hasan al-Aridl, Sejarah dan Metodologi Tafsir, h. 29 46 Syurbasi, Studi tentang Sejarah Perkembangan Tafsir al-Qur’an al-Karim Jakarta: Kelana mulia,1999 h. 79 47 Nasruddin Baidan, Metodologi Penafsiran al-Qur’an Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2000 cet 2, h. 22 48 Nasruddin Baidan, Metodologi Penafsiran al-Qur’an h. 24 Di antara kitab tafsir yang menggunakan metode ini adalah: Tafsir al- Jalâlain karya Jalal al-Din al-Suyûti dan Jalal al-Din al-Mahali, Tafsir al- Qur’an al-‘Azhîm karya Muhammad Farid al-Wajdi, dan Tafsir al- Muyassar karya Abd al-Jalil Isa.

3. Metode Muqâran

Metode Muqâran adalah suatu metode yang ditempuh oleh seorang mufassir dengan cara mengambil sejumlah ayat al-Qur’an, kemudian mengemukakan penafsiran para ulama, serta membandingkan segi-segi dan kecenderungan masing-masing yang berbeda dalam menafsirkan al- Qur’an, kemudian menjelaskan bahwa di antara mereka ada yang corak penafsirannya ditentukan oleh disiplin ilmu yang dikuasainya. 50 Mufassir yang menggunakan metode ini dituntut harus mampu menganalisa pendapat-pendapat ulama tafsir yang dikemukakan untuk mengambil sikap menerima atau menolak penafsiran yang dianggap bertentangan dengan daya nalar sekaligus menjelaskan kepada para pembaca alasan dari sikap yang diambil. Mufassir yang menggunakan metode ini harus memperhatikan beberapa hal, seperti: 1. Kondisi sosial politik pada masa seorang mufasir hidup 2. Kecenderungan dan latar belakang pendidiknya. 3. Pendapat yang dikemukakan, apakah pendapat pribadi ataupun pengembangan pendapat sebelumya atau juga hanya pengulangan. 49 Komaruddin Hidayat, Memahami Bahasa Agama: Sebuah Kajian Hermeneutik Jakarta :Paramadina,1996 Cet. Ke-1, h. 192 50 al-Ardil, Sejarah dan Metodologi, h.74 4. Setelah melakukan hal yang di atas, mufassir melakukan analisa untuk mengemukakan penilaiannya tentang pendapat tersebut, baik menguatkan maupun melemahkan pendapat yang dibandingkan tersebut. 51 Keistimewaan dari metode ini diantaranya: 1. Penafsir dapat mengungkapkan sesuatu yang dibicarakan oleh al- Qur’an dengan kehendak al-Qur’an sendiri. Hal ini dapat dicapai bila dilakukan perbandingan antara ayat-ayat dengan hadis atau pendapat ulama 2. Penafsir dapat mengungkapkan hal-hal yang terkait dengan sebab- sebab, maksud dan tujuan dari adanya perbedaan ayat-ayat dalam al- Qur’an, ayat dengan hadis ataupun penafsiran para ulama. 52 Adapun kelemahan metode ini, diantaranya: 1. Metode ini tidak mengungkapkan secara tuntas makna dan maksud suatu ayat, karena pembahasannya ditekankan pada usaha perbandingan 2. Metode ini terbatas pada sejumlah ayat atau surat tertentu sesuai dengan yang diperbandingkannya. Karya tafsir yang memakai metode ini diantaranya: Durrat al-Tanzîl wa Gurrat al-Ta’wil, karya al-Khatib al-Ihksafi, al-Burhan Fi Taujîh Mutasyâbit al-Qur’an karya Muhammad ibn Hamzah. 51 Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an, h.119-120 52 Said Agil Husain al-Munawwar, I’jaz al-Qur’an dan Metodologi Tafsir Semarang: Dina Utama, 1994,Cet ke-1, h. 38

4. Metode Maudu’i Tematik