Tafsir Fiqhi Corak Penafsiran

1. Tafsir Fiqhi

Tafsir fiqhi adalah corak tafsir ayat-ayat al-Qur’an yang mengkhususkan perhitungan pada ayat-ayat yang berkaitan dengan hukum syar’i. 59 Dalam hal ini penafsiran memberikan penafsiran terhadap ayat- ayat al-Qur’an dalam kaitannya dengan masalah- masalah fiqh. Mereka berusaha menggali hukum-hukum fiqh yang terkandung di dalam berbagai ayat. Aspek-aspek hukum di dalam al-Qur’an yang mereka gali dikenal dengan istilah ayat al-Ahkâm ayat-ayat hukum. Tafsir ini lahir bersamaan dengan lahirnya tafsir bi al-Ma’tsûr, karena para sahabat bertanya langsung kepada nabi tentang ayat-ayat yang tidak difahami dan merasa kesulitan dalam memahami kandungan hukum yang terdapat di dalam al-Qur’an. Rasulullah menjawab pertanyaan para sahabat dengan tafsir bi al-Ma’tsûr juga dengan tafsir fiqhi berkenaan dengan hukum-hukum. Setelah Rasulullah wafat pasa sahabat senantiasa berijtihad dalam mencari keputusan hukum dari al-Qur’an. Begitu pula dikalangan tabi’in, tafsir fiqhi ini terus berkembang bersamaan dengan perkembangan ijtihad, hasilnya terus berkembang dan bertambah, serta disebar luaskan dengan baik. Fenomena ini berlangsung dari turunnya al- Qur’an sampai munculnya berbagai madzhab fiqhi. 60 Ketika madzhab-madzhab fiqh terutama mazhab yang empat mulai muncul, munculah banyak persoalan – persoalan baru yang dihadapi, dan persoalan ini belum dibahas oleh para ulama terdahulu, maka para ulama 59 Muhammad Husain al-Dzahabi, Tafîir wa al-Mufassirûn, h. 357 60 al-Farmawi, Metode tafsir Maudui’, h.18-19 pada masa kini dengan merujuk kepada al-Qur’an dan al-Sunnah, serta sumber-sumber hukum lain melakukan pemecahan terhadap persoalan itu dan mengambil kesimpulannya. Pada perkembangan selanjutnya, masing-masing imam madzhab itu mempunyai pengikut yang banyak. Beberapa para pengikutnya itu ada yang fanatik dalam memahami ayat-ayat itu dengan mengacu hanya pada madzhabnya. Akan tetapi, di antara merekapun ada yang memahami ayat- ayat dengan objektif, tanpa ada tendensi dan kepentingan madzhab. Mereka menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an seperti apa adanya. Dan banyak pula tafsir fiqhi dikalangan ahli sunnah yang semula objektif kemudian terjebak kedalam fanatisme madzhab. Dari kalangan Madzhab Zahir terdapat tafsir fiqhi yang berdasarkan pengertian zahir ayat-ayat al-Qur’an. Kemudian dikalangan Khawarij juga mempunyai tafsir fiqhi tersendiri. Begitu pula kaum Syi’ah, mereka mempunyai tafsir fiqhi yang berbeda dengan yang lain. 61 Masing-masing madzhab itu berupaya menafsirkan dan menta’wilkan ayat-ayat al-Qur’an untuk dijadikan dasar penguat bagi madzhabnya sendiri, sehingga banyak di antara mereka yang berlebih-lebihan dalam menta’wilkan ayat-ayat yang kemudian keluar dari makna dan maksud yang dikandung oleh lafadz-lafadz al-Qur’an itu sendiri. Tafsir fiqhi ini banyak ditemuakan di dalam kitab-kitab fiqhi karangan imam-imam dari berbagai madzhab yang berbeda, sebagaimana kita 61 al-Farmawi, Metode tafsir Maudui’, h.120 menentukan sebagian ulama mengarang kitab tafsir dengan latar belakang madzhab masing-masing berbeda. 62 Kitab-kitab tafsir yang termasuk bercorakkan tafsir fiqhi, diantaranya adalah: Ahkam al-Qur’an karya al- Jasshash, Ahkam al-Qur’an karya al- Syafi’I, Ahkam al-Qur’an karangan Ibn’Arabi al-Malaki, dan al-Jami’ Ahkam al-Qur’an karya al-Qurtubi.

2. Tafsir Sufi