Metode Tahlili Metode Penafsiran

5. Menafsirkan ayat-ayat untuk mendukung suatu mazhab sebagai dasar, sedangkan penafsirannya mengikuti faham mazhab tersebut. 6. Menafsirkan dengan disertai kepastian bahwa yang dikehendaki Allah adalah demikian, dengan tanpa didukung dalil. 39 Di antara kitab tafsir bi al-Ra’yi adalah Mafâtih al-Ghaib karya Fakhruddin al-Râzi, Anwâr al-Tanzîl wa Asrâr al-Ta’wil karya karya al- Baidâwi, al-Bahr al-Muhît karya Abu Hayyân.

C. Metode Penafsiran

Menurut Abdul Hay al-Farmawi dalam buku metode tafsir maudû’i yang mengelompokkan metode penafsiran al-Qur’an dalam empat metode, yaitu Tahlili, Ijmali, Muqarran, dan Maudû’i.

1. Metode Tahlili

Metode Tahlili sering disebut juga dengan metode analitis. Dalam pembahasan ini penulis akan mengemukakan beberapa pendapat Mufassir tentang definisi dari metode Tahlili. Muhammad Baqir mengatakan bahwa metode Tahlili adalah pendakatan dimana mufassir membahas al-Qur’an ayat demi ayat, sesuai dengan urutan ayat yang tersusun dalam al-Qur’an. Dengan pendekatan ini mufassir mengikuti al-Qur’an dengan menjelaskan sedikit demi sedikit secara rinci, menggunakan berbagai sarana yang diyakini efektif untuk menafsirkan al-Qur’an seperti penggunaan arti leksikal, penggunaan hadis, ataupun menggunakan ayat-ayat yang dipandang mempunyai kesamaan 39 Ali Hasan al-Aridl, Sejarah dan Metodologi Tafsir, h. 50 kata atau pun istilah dengan ayat-ayat yang sedang menjadi kajian utama. 40 Menurut Quraish Shihab, metode Tahlili adalah tafsir yang menyoroti ayat-ayat al-Qur’an dengan memaparkan segala makna dan aspek yang terkandung di dalamnya sesuai urutan bacaan yang terdapat dalam al- Qur’an Mushaf Utsmâni. Langkah-langkah yang dilakukan mufassir menerangkan munasabah baik antara satu ayat dengan ayat lain maupun satu surat dengan surat lain, menjelaskan asbâb al-Nuzûl, mengalisis kosakata, memaparkan kandungan ayat secara umum dan maksudnya, menerangkan unsur fasâhah, bayân, menjelaskan hukum yang dapat ditarik dari ayat yang dibahas khususnya ayat Ahkam. Sebagai sandarannya mufassir mengambil manfaat dari ayat lain, hadis Nabi, pendapat sahabat atau tabi’in di samping ijtihad mufassir sendiri. 41 Metode Tahlili merupakan metode yang banyak digunakan oleh ulama-ulama terdahulu walaupun diantara mereka berbeda ragam dan corak penafsirannya. Pada awalnya metode ini bertujuan untuk memahami konsep Allah agar mudah dipahami oleh orang awam pada permulaan Islam. Namun dengan berlalunya waktu dan jauhnya jarak generasi Islam berikutnya dengan wahyu, serta ada perkembangan dan perubahan situasi, akhirnya maksud-maksud tersebut tidak tercapai. Hal tersebut diakibatkan 40 Muhammad Baqir al-Sadr, Pedoman Tafsir Modern, Jakarta:Risalah Masa,1992 cet ke-5, h.11 41 Quraish Shihab, Sejarah dan Ulumul Qur’an, Jakarta:Pustaka Firdaus,1999 Cet keI h. 172-173 timbulnya konflik keagamaan, karena para mufassir melegitimasi mazhabnya dengan al-Qur’an. 42 Metode ini mempunyai beberapa keistimewaan, diantaranya: 1. Penafsiran terhadap suatu ayat dapat dilakukan seluas mungkin dengan tinjauan dari berbagai sudut dan aspek 2. Penafsiran terhadap suatau ayat dilakukan secara tuntas, baik dari segi bahasa maupun asbâb al-Nuzûl, munasabah, maupun kandungan isinya. 3. Pada saat penafsiran, mufassir dapat memfokuskan perhatiannya kepada ayat itu saja tanpa harus menghubungkan dengan ayat-ayat lain yang membicarakan masalah ini. 43 Di samping mempunyai keistimewaan, metode ini juga mempunyai kelemahan, diantaranya: 1. Metode ini walaupun dinilai sangat luas, namun tidak menyelesaikan suatu pokok bahasan karena sering kali satu bahasan diuraikan sisinya atau kelanjutan pada ayat yang lain. 2. Metode ini tidak jarang digunakan mufassir sebagai senjata pembenaran pendapatnya dengan ayat-ayat al-Qur’an. 44 Diantara kitab tafsir yang menggunakan metode ini adalah: Tafsir al- Manâr karya Rasyid Ridha, Mafâtih al-Ghaib karya al-Razi, dan Jâmi’ al- Bayân Fi Tafsîr al-Qur’an karya al-Tabari. 42 Muhammad Baqir al-Sadr, Pedoman Tafsir Modern,, h.12-13 43 Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an, h. 86 44 Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an, h. 87

2. Metode Ijmali