Metode Maudu’i Tematik

4. Metode Maudu’i Tematik

Metode yang banyak digunakan oleh para mufassir adalah metode maudu’i. Yaitu metode yang menghimpun seluruh ayat-ayat al-Qur’an yang berbicara tentang suatu masalah atau tema, serta mengarah pada satu pengertian dan satu tujuan sekalipun ayat-ayat itu turunnya berbeda-beda, tersebar dalam berbagai surat dalam al-Qur’an dan berbeda pula waktu dan tempat turunnya. 53 Dalam tafsir maudu’i ini ada dua bentuk kajian yang dilakukan. Yaitu: 1. Seorang mufassir menentukan uraian ayat-ayat, mengemukakan asbâb nuzûlnya jika memang ada kemudian menjelaskan makna dan tujuannya, mengkaji seluruh segi dan apa yang dapat diistimewakan darinya, unsur-unsur balaghahnya, segi-segi I’jaznya dan lain sebagainya, sehingga tema itu dapat dipecahkan secara tuntas berdasarkan seluruh ayat al-Qur’an. 2. Penafsiran yang dilakukan oleh seorang Mufassir dengan mengambil satu surat dari surat-surat al-Qur’an. Surat itu dikaji secara keseluruhan dari awal sampai akhir surat, kemudian menjelaskan tujuan-tujuan umum dan khusus dari surat itu serta menghubungkan antara masalah- masalah yang dikemukakan pada ayat-ayat dari surah itu, sehingga jelas surah itu merupakan satu kesatuan. 54 Sedangkan tujuan dari tafsir ini sendiri yaitu untuk menggali hukum yang ada dalam al-Qur’an, mengetahui kolerasi antara ayat dan untuk 53 al-Munawwar, I’jaz Al-Qur’an dan Metodologi Tafsir, h. 39 54 al-Farmawi, Metode Tafsir Maudu’i, h.35 membantah tuduhan bahwa di dalam al-Qur’an sering terjadi pengulangan juga untuk menepis tuduhan yang dilontarkan oleh sebagian orientalis. Kemudian metode ini juga bertujuan untuk memperlihatkan betapa besarnya perhatian al-Qur’an terhadap kemaslahatan manusia. 55 Di Mesir, metode ini pertama kali dicetuskan oleh Ahmad Sayyid al- Kumi, beliau adalah ketua Jurusan Tafsir Hadis, Fakultas Ushuluddin, Universitas Al-Azhar sampai tahun 1981. 56 Pada tahun 1977, Abd al-Hay al-Farmawi dalam bukunya Al-Bidâyah fi al-Tafsir al-Maudu’i mengemukakan langkah-langkah yang ditempuh untuk menerapkan metode ini, antara lain: menetapkan masalah tema yang akan dibahas, kemudian menghimpun ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah tersebut, menyusun tuntunann ayat-ayat yang berkaitan dengan masalah tersebut, kemudian memahami kolerasi ayat-ayat tersebut dalam suratnya masing- masing, selanjutnya menyusun pembahasan dalam kerangka yang sempurna, melengkapi pembahasan dengan hadis-hadis yang relevan dengan pokok bahasan, dan yang terakhir adalah mempelajari ayat-ayat tersebut secara keseluruhan dengan jalan menghimpun ayat-ayat yang mempunyai pengertian yang sama atau mengkompromikan antara yang ‘âm dan yang khâs, mutlaq dan muqayyad, atau pada lahirnya bertentangan, sehingga semuanya berkumpul dalam satu muara tanpa ada perbedaan atau pemaksaan. 57 55 al- Farmawi, Metode Tafsir Maudu’i, h.35 56 Shihab, Membumikan al-Qur’an, h. 144 57 Shihab, Membumikan, h. 114-115, lihat juga al-Farmawi, Metode Tafsir Maudu’i, h. 45 Keistimewaan metode Tafsir Maudu’i ini adalah: menghindari problem atau kelemahan pada metode lain, menafsirkan ayat dengan ayat atau hadist nabi, satu cara dalam menafsirkan al-Qur’an, kesimpulan yang dihasilkan mudah difahami, dan yang terakhir adalah metode ini memungkinkan seseorang untuk menolak anggapan adanya ayat-ayat yang bertentangan dalam al-Qur’an, dan sekaligus dapat dijadikan bukti bahwa al-Qur’an sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat. 58 Di antara kitab-kitab tafsir yang memakai metode ini adalah: Kitab min Hadyi al-Qur’an karya Mahmud Syaltut, Al-Mar’atu fi al-Qur’an karya Abbas Mahmud al-‘Aqqad, Al-Riba fi al-Qur’an karya Abu al-A’la al- Maududi, Al-‘aqaidatu fi al-Qur’an karya Muhammad Abu Zahrah, dan Tafsir Surah Yasin karya Ali Hasan al-Aridl.

D. Corak Penafsiran