Tafsir Sufi Corak Penafsiran

menentukan sebagian ulama mengarang kitab tafsir dengan latar belakang madzhab masing-masing berbeda. 62 Kitab-kitab tafsir yang termasuk bercorakkan tafsir fiqhi, diantaranya adalah: Ahkam al-Qur’an karya al- Jasshash, Ahkam al-Qur’an karya al- Syafi’I, Ahkam al-Qur’an karangan Ibn’Arabi al-Malaki, dan al-Jami’ Ahkam al-Qur’an karya al-Qurtubi.

2. Tafsir Sufi

Tafsir sufi adalah penafsiran yang dilakukan oleh para ahli tasawuf yang pada umumnya dikuasai mistik. Ungkapan tersebut tidak dapat difahami kecuali oleh orang-orang sufi dan yang mencari diri untuk menghayati pelajaran tasawuf. 63 Tasawuf pun berkembang dan menjadi kecenderungan seiring dengan semakin meluasnya cakrawala budaya dan berkembang pesatnya ilmu pengetahuan dan penganutnya pun menjadi dua arah yang mempunyai pengaruh di dalam penafsiran al-Qur’an. Pertama, tasawuf Teoritis al- Tasawuf al-Nazari. Aliran ini meneliti dan mengkaji al-Qur;an berdasarkan teori-teori yang sesuai dengan ajaran mereka. Di dalam penafsirannya mereka tampak berlebihan dalam memahami ayat-ayat al- Qur’an dan dari penafsirannya sering keluar dari arti zâhir yang dimaksudkan oleh syara’ tanpa didukung oleh kajian bahasa. 64 Al-Dzahabi menegaskan bahwa tidak ada seorang penafsir pun yang di dalam Tafsir Sufi Teoritis membahas seluruh susunan al-Qur’an ayat 62 al-Aridl, Sejarah dan Metodologi Tafsir, h. 60 63 al-Farmawi, Metode Tafsir Maudu’i, h. 17 64 al-Farmawi, Metode Tafsir Maudu’i, h. 17 perayat, yang ada hanya penafsiran ayat-ayat al-Qur’an secara acak dan parsial. Seperti yang terdapat dalam kitab Al-Futuhât al-Makkiyah karya Ibnu ‘Arabi. 65 Kedua, Tasawuf Praktisi al-Tasawuf al-‘Amali, maksudnya adalah cara hidup yang berdasarkan atas hidup yang sederhana, zuhud, menahan lapar, tidak tidur di waktu malam, hidup menyendiri, menjaga diri dari segala kenikmata, memutuskan jiwa dari segala macam syahwat dan menghanyutkan diri dalam taat kepada Allah swt. Al-Aridl mengutip ucapan Ahmad Ibn Sahl yang mengatakan musuhmu ada empat, yaitu: Pertama, dunia dan senjatanya adalah hidup membaur dengan sesama manusia, penangkalnya adalah hidup menyendiri. Kedua, syaitan senjatanya adalah kenyang, penangkalnya adalah menahan lapar. Ketiga, jiwa senjatanya adalah tidur, penangkalnya adalah tidak tidur di malam hari. Dan yang keempat adalah hawa nafsu, senjatanya adalah banyak berbicara dan penangkalnya adalah diam. 66 Para tokoh aliran ini menamakan tafsir mereka dengan Tafsir al-Isyari, yaitu menta’wilkan ayat-ayat berbeda dengan arti zahirnya, berdasarkan isyarat-isyarat tersembunyi yang hanya tampak jelas oleh para pemimpin suluk, namun tetap dapat dikompromikan dengan arti zahir yang dimaksud. Corak tafsir jenis ini bukanlah hal yang baru, sebab hal ini sudah ada sejak al-Qur’an diturunkan, sebagaimana yang telah diisyaratkan oleh al- 65 al-Dzahabi, Tafsîr wa Al-Mufassirûn, h. 342 66 al-Aridl, Sejarah dan Metodologi Tafsir, h. 61 Qur’an itu sendiri. Rasulullah telah memberitahukan dan para sahabat telah mengenal dan memperbincangkannya. Dari sinilah dapat diketahui bahawa tafsir dan tasawuf praktis telah ada sejak dulu sebagaimana halnya Tafsir bil al-Ma’tsûr. Al-Farmawi menjelaskan bahwa penafsiran semacam ini dapat diterima jika memenuhi syarat-syarat berikut: 1. Tidak menafsirkan makna lahir pengertian tekstual dari ayat-ayat al- Qur’an. 2. Didukung oleh dalil-dalil lain. 3. Penafsirannya tidak bertentangan dengan dalil syara’ dan rasio. 4. Penafsirannya tidak mengklaim bahwa hanya penafsirannya yang dikehendaki Allah, bukan tekstual, sebaiknya ia harus mengakui pengertian tekstual dari ayat terdahulu. 67 Apabila syarat-syarat tersebut dipenuhi, maka barulah dapat diterima tafsir ini, apabila sebaliknya, tidak memenuhi persyaratan maka penafsiran tersebut bisa mardûd ditolak. Dan berikut ini adalah beberapa kitab tafsir Sufi: Tafîir al-Qur’an al- Karim karangan al-Tusturi, Haqâiq al-Tafsîr karangan al-Salami, Arâis al- Bayân Haqâiq al-Qur’an karangan imam al-Syairâzi 68

3. Tafsir Falsafi