BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Modal Kerja
Setiap perusahaan membutuhkan modal kerja untuk membiayai kegiatan operasionalnya sehari-hari. Modal kerja tersebut diharapkan dapat kembali
dalam jangka pendek, biasanya kurang dari satu tahun, sehingga dapat dipergunakan kembali untuk membiayai kegiatan operasional selanjutnya.
Dengan demikian modal kerja tersebut terus menerus akan berputar selama perusahaan itu berjalan.
Pengelolaan modal kerja meliputi usaha mendapatkan dan menyediakan dana yang dibutuhkan serta usaha untuk menggunakan dana tersebut secara
efektif dan efisien dengan tetap mempertahankan arus pendapatan guna kelangsungan perusahaan dalam membiayai operasi selanjutnya. Oleh karena
itu, diperlukan manajemen yang baik terhadap pengelolaan modal kerja.
1. Pengertian modal kerja
Definisi modal kerja banyak dijelaskan oleh para ahli ekonomi. Menurut Weston dan Brigham 1993 dalam Sudana dan Widyaningrum
2003, mengemukakan bahwa modal kerja adalah investasi perusahaan pada aktiva jangka pendek, seperti kas, sekuritas yang mudah dipasarkan,
piutang usaha, dan persediaan. Kemudian menurut Keown 1993 yang dikutip oleh Indri Yuliafitri
2005, working capital is defined as the firm’s total investment in current
assets. Net working capital, on the other hand, is the difference between the firm’s current assets and its current liabilities.
Hal senada diungkapkan oleh Wild, etc 2004 bahwa working capital is defined as
the excess of current assets over current liabilities. Weston dan Copeland 2001 menerangkan bahwa modal kerja
merupakan investasi perusahaan dalam bentuk uang tunai, surat berharga, piutang dan persediaan, dikurangi kewajiban lancar yang digunakan untuk
membiayai aktiva lancar perusahaan. Jumlah ini disebut modal kerja bersih net working capital. Pemahaman senada diungkapkan oleh Alwi
2003, modal kerja mengandung dua pengertian pokok, yaitu gross working capital
yang merupakan keseluruhan dari aktiva lancar dan net working capital
yang merupakan selisih antara aktiva lancar dengan hutang lancar.
Definisi-definisi di atas menjelaskan net working capital, yaitu aktiva yang benar-benar dapat digunakan oleh perusahaan tanpa
mengurangi likuiditasnya. Prinsip modal kerja yang dimaksud adalah selisih aktiva lancar current assets di atas hutang lancar current
liabilities . Secara umum, aktiva lancar terdiri dari: kas atau uang tunai,
surat-surat berharga marketable securities, piutang account receivable, dan persediaan inventory. Sedangkan hutang lancar terdiri dari: hutang-
hutang jangka pendek short-term liabilities, hutang wesel notes, hutang usaha, dan hutang-hutang pada bank yang berusia kurang dari satu tahun,
serta hutang jangka panjang long-term liabilities yang jatuh tempo.
Berkaitan dengan pengertian modal kerja ini dapat dikemukakan beberapa konsep modal kerja. Riyanto 2001 mengemukakan tiga konsep
pengertian modal kerja, yaitu: konsep kuantitatif, konsep kualitatif, dan konsep fungsional.
a. Konsep kuantitatif Konsep
kuantitatif berdasarkan
pada kuantitas
yang dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan perusahaan dalam
membiayai operasinya yang bersifat rutin, atau menunjukkan jumlah dana fund yang tersedia untuk tujuan operasi jangka pendek. Dalam
konsep ini menganggap bahwa modal kerja merupakan keseluruhan dari jumlah aktiva lancar gross working capital.
b. Konsep kualitatif Konsep kualitatif berdasarkan pada kualitas modal kerja, dalam
konsep ini modal kerja merupakan kelebihan aktiva lancar terhadap hutang lancar net working capital, yaitu jumlah aktiva lancar yang
berasal dari pinjaman jangka panjang maupun pemilik perusahaan. c. Konsep fungsional
Konsep fungsional berdasarkan pada fungsi dari dana yang dimiliki dalam rangka menghasilkan pendapatan laba dari usaha
pokok perusahaan. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa modal kerja
merupakan kekayaan atau aktiva yang diperlukan perusahaan sehari-hari dan selalu berputar. Dengan demikian modal kerja berupa investasi dari
aktiva jangka pendek perusahaan yaitu kas, efek-efek jangka pendek, piutang dagang dan persediaan. Perlu diperhatikan bahwa kebutuhan akan
jumlah modal kerja setiap perusahaan tidak sama, umumnya perusahaan yang berhasil menyediakan modal kerja lebih dari cukup.
Beberapa pengaruh terhadap penyediaan modal kerja yang melebihi keperluan antara lain Riyanto, 2001:
a. Modal kerja yang berlebihan dapat menambah resiko terhadap hilangnya modal kerja itu sendiri karena tidak dapat dipergunakan
secara efisien. b. Modal kerja yang berlebihan juga bisa mengakibatkan mengurangi
hasil laba, karena modal kerja ini tidak produktif dengan adanya dana secara ekonomis tidak dapat digunakan sebagai keuntungan yang
semestinya dicapai tetapi tidak dapat dicapai. c. Modal kerja yang berlebihan bisa menambah kegiatan dan
produktivitas perusahaan untuk menjalankan aktivitasnya. Menurut S. Munawir 2005 keuntungan yang lain dari modal kerja
sebagai berikut: a. Melindungi perusahaan terhadap krisis modal hanya karena turunnya
nilai dari aktiva lancar. b. Memungkinkan untuk dapat membayar semua kewajiban – kewajiban
tepat pada waktunya.
c. Menjamin dimilikinya kredit standing perusahaan, semakin besar dan memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat menghadapi bahaya atau
kesulitan keuangan yang mungkin terjadi. d. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup
untuk melayani para konsumen. e. Memungkinkan bagi perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang
lebih menguntungkan kepada para pelanggan. f. Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih
efisien karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang atau jasa yang dibutuhkan.
2. Jenis-jenis modal kerja