Pengelolaan modal kerja Modal Kerja

maka efek nettonya akan memperkecil modal kerja. Kalau besarnya sumber persis sama dengan besarnya penggunaan berarti tidak ada efek nettonya terhadap modal kerja sehingga besarnya modal kerja tidak berubah.

5. Pengelolaan modal kerja

Sebelum memahami pengelolaan modal kerja perusahaan, maka harus diketahui terlebih dahulu pengelolaan setiap komponen modal kerja yang paling likuid diantara komponen lainnya, yaitu kas, piutang, dan persediaan Siswantini, 2006. Komponen modal kerja tersebut di atas harus dikelola dengan baik agar tersedia dengan cukup dan menguntungkan karena berhubungan dengan kegiatan operasional perusahaan sehari-hari. Dengan demikian, setiap perusahaan harus selalu mengawasi, merencanakan, serta menjaga tingkat modal kerja yang disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan atau dengan kata lain perusahaan harus melakukan manajemen modal kerja yang efektif, efisien, serta berdaya guna. a. Perputaran kas Kas merupakan salah satu komponen modal kerja yang paling likuid. Perusahaan dapat menggunakan uang kas bagi kegiatan operasionalnya sehari-hari maupun untuk investasi baru dalam aktiva tetap. Kas sangat menentukan tingkat likuiditas suatu perusahaan. Hal ini disebabkan karena diantara seluruh aktiva, kas mempunyai likuiditas yang paling tinggi. Makin tinggi jumlah kas yang dimiliki suatu perusahaan maka akan semakin tinggi pula likuiditas perusahaan tersebut. Kendati demikian, jumlah kas yang besar tidak selalu berarti baik bagi suatu perusahaan. Menurut Indriyo Sudarmo 1998 yang dikutip oleh Tri Siswantini 2006 menyatakan bahwa jumlah kas yang harus diperhatikan dalam posisi keuangan perusahaan yang baik well finance sebaiknya tidak kurang dari 5 sampai dengan 10 dari jumlah aktiva lancar. Besarnya uang kas yang harus dipertahankan juga dapat dikaitkan dengan tingkat penjualan. Perbandingan antara penjualan dengan jumlah kas rata-rata menggambarkan tingkat perputaran kas cash turnover. Semakin tinggi tingkat perputaran kas maka akan semakin efisien pula penggunaan kasnya, tetapi cash turnover CTO yang terlalu cepat berputarnya berarti kas yag tersedia terlalu kecil untuk volume penjualan yang bersangkutan. b. Perputaran piutang Dalam menghadapi persaingan usaha antara perusahaan sejenis, maka umumnya setiap perusahaan melakukan kebijaksanaan transaksi penjualan secara kredit. Akan tetapi tidak jarang menimbulkan risiko bagi perusahaan, yaitu apabila terjadi kredit macet. Oleh sebab itu, pengelolaan piutang usaha perlu dilakukan dan umumnya menyangkut masalah pengendalian jumlah piutang, pengendalian pemberian dan pengumpulan piutang, terakhir dilakukan evaluasi terhadap politik kredit yang dijalankan perusahaan. Pengendalian piutang secara efektif dapat dilaksanakan dengan mengatur kebijaksanaan pemberian kredit, syarat-syarat penjualan, ditetapkannya kredit maksimum bagi pembeli dan cara penagihannya. Perlu diketahui bahwa pengurusan kredit secara efisien dapat menghasilkan perputaran piutang yang tinggi. Suatu perputaran piutang yang tinggi harus disertai dengan penagihan piutang yang relatif cepat. Apabila tidak, maka modal kerja akan terikat untuk waktu yang lebih lama dan oleh karena itu tidak akan tersedia cukup modal kerja untuk digunakan segera dalam siklus usaha perusahaan. c. Perputaran persediaan Persediaan merupakan komponen harta lancar yang memiliki tingkat likuiditas paling rendah dibandingkan dengan kas dan piutang usaha. Persediaan yang terlalu besar akan memperbesar beban bunga, memperbesar biaya penyimpanan dan pemeliharaan, ada kemungkinan rugi karena kerusakan, turunnya kualitas maupun keuangan yang kesemuanya dapat memperkecil keuntungan perusahaan. Sedangkan persediaan yang terlalu kecil juga berdampak resiko pada pelanggan sehingga menekan keuntungan karena adanya kekurangan persediaan material. Pengendalian persediaan yang efektif diperlukan untuk memelihara jumlah, jenis, dan kualitas barang yang sesuai dan untuk mengatur investasi dalam persediaan. Suatu program persediaan dan pembelian yang efisien akan menyebabkan suatu perputaran persediaan yang lebih cepat dengan kecepatan putaran yang lebih tinggi. Lebih cepat persediaan berputar, maka akan lebih sediakit risiko kerugian jika persediaan itu turun nilainya, atau jika terjadi perubahan mode. Disamping itu biaya yang berhubungan dengan perputaran persediaan juga semakin berkurang. Perusahaan industri umumnya mengenal tiga jenis persediaan, yaitu persediaan bahan baku, barang dalam proses produksi, dan persediaan barang jadi. Sedangkan perusahaan perdagangan hanya mengenal satu jenis persediaan yang punya sifat perputaran yang sama dan tidak mengalami proses lebih lanjut yang berakibat pada perubahan bentuk, yang dikenal sebagai Merchandise Inventory persediaan barang dagang. d. Perputaran modal kerja Modal kerja selalu dalam keadaan operasi atau berputar dalam perusahaan selama perusahaan yang bersangkutan dalam keadaan usaha. Periode perputaran modal kerja dimulai dari saat dimana kas diinvestasikan dalam komponen-komponen modal kerja sampai saat dimana kembali lagi menjadi kas Riyanto, 2001. Efektivitas modal kerja ditunjukkan dengan rasio perputaran modal kerja working capital turnover, yaitu rasio yang memperlihatkan adanya keefektifan modal kerja dalam pencapaian penjualan.

B. Profit Margin

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten di Provinsi Aceh

10 116 90

Pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Terhadap Pengalokasian Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten/Pemerintahan Kota di Sumatera Utara

7 91 92

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Terhadap Belanja Modal Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Di Provinsi Kalimantan Tengah

5 88 80

Kontribusi Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Belanja Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Samosir

7 105 84

Kontribusi Penerimaan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah Pada Pemkab/Pemko di SUMUT.

3 62 88

Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Pengalokasian Belanja Modal Pada Pemerintah Kabupaten / Kota Di Sumatera Utara

13 65 83

Pengaruh Belanja Modal Dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Peningkatan Pendapatan Per Kapita Pada Pemerintahan Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat Pada Tahun 2010-2013

2 36 69

ANALISIS PENGARUH PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) Analisis Pengaruh Pajak Dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Di Kota Surakarta Jawa Tengah Tahun 1991-2012.

0 2 13

KONTRIBUSI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN ANGGARAN Kontribusi Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Grobogan Period

0 2 12

KONTRIBUSI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN Kontribusi Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten

0 6 15