Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Era globalisasi yang melanda dunia saat ini memberi dampak yang signifikan bagi kehidupan manusia. Perekonomian dunia akan terintegrasi secara global dengan semakin kuatnya tuntutan terhadap penerapan prinsip perdagangan bebas. Di mana batas-batas negara dalam perdagangan dan perekonomian menjadi semakin kurang jelas, sehingga persaingan dunia usaha semakin ketat. Tantangan yang terjadi dewasa ini adalah para pelaku ekonomi harus segera menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi. Perusahaan harus segera melakukan restrukturisasi dan meningkatkan profesionalisme untuk dapat bersaing di pasar global. Dalam mewujudkan seluruh tuntutan tersebut diperlukan suatu prinsip pengelolaan yang efektif, efisien, dan produktif terhadap semua bagian yang ada di dalam perusahaan serta ditunjang suatu tindakan pengendalian yang efektif untuk mencegah timbulnya penyimpangan yang bersifat negatif yang dapat mengakibatkan terganggunya kesinambungan hidup perusahaan. Manajemen harus dapat mengambil keputusan yang tepat dalam menetapkan kebijakan yang mantap dan strategis. Semua tindakan tersebut dilakukan agar perusahaan dapat meningkatkan kinerjanya sehingga dapat bersaing dan mempertahankan kesinambungan hidup perusahaan. Efisiensi modal kerja sangat diperlukan agar perusahaan selalu dapat menjalankan aktivitas dan efisiensinya dari penggunaan modal kerja yang memegang peranan penting yaitu sebagai pengukur terhadap keberhasilan perusahaan. Efisiensi penggunaan modal kerja tidak dapat dilihat dari jumlah modal yang besar, tetapi dilihat dari penggunaan dan pengalokasian modal kerja tersebut Indri Yuliafitri, 2005. Jumlah modal kerja yang terlalu besar akan berakibat ada sebagian dana yang tidak produktif. Hal ini akan merugikan perusahaan, karena kesempatan untuk memperoleh laba akan sia-sia. Terlebih lagi apabila sampai terjadi kekurangan modal kerja, maka suatu perusahaan tidak akan dapat membiayai pengeluaran sehari-harinya Tri Siswantini, 2006. Besarnya tingkat modal kerja yang dikelola oleh perusahan di Indonesia secara umum tergambar melalui tingkat Non Performing Loan NPL kredit modal kerja dan investasi yang diterbitkan oleh Bank Indonesia. Gambar 1.1 Sumber: Bank Indonesia, http:www.bi.go.id Berdasarkan gambar 1.1 diperoleh data pergerakan tingkat NPL kredit modal kerja dan investasi dalam kurun waktu 2003-2007 mengalami pergerakan yang fluktuatif setiap tahunnya. Pada semester I tahun 2003 sampai dengan kuartal II tahun 2004 tingkat NPL kredit modal kerja dan invetasi mengalami penurunan di bawah 10. Kemudian pergerakan tingkat NPL kredit modal kerja dan investasi kembali mengalami peningkatan mulai 2005-2006 dan kembali menurun di awal semester I tahun 2007. Hal ini menggambarkan bahwa pergerakan fluktuatif tingkat kredit modal kerja disebabkan keadaan iklim investasi di Indonesia yang belum stabil, sehingga perusahaan sangat berhati-hati dalam pengelolaan modal kerjanya. Perusahaan yang tergolong ke dalam sektor manufaktur merupakan perusahaan-perusahaan yang dalam kegiatan operasionalnya banyak membutuhkan dana investasi yang cukup besar sehingga dengan sendirinya modal kerja yang digunakan juga sangat besar. Berpijak pada kondisi perusahaan yang banyak memerlukan modal kerja yang cukup besar, maka diperlukan suatu evaluasi terhadap keefektivitasan pengelolaan modal kerja tersebut. Industri manufaktur merupakan sektor terbesar di dalam Produk Domestik Bruto PDB Indonesia. Seperempat dari keseluruhan produksi barang dan jasa berasal dari sektor ini Kompas, Maret 2003. Hal ini menegaskan bahwa betapa pentingnya sektor industri manufaktur dalam pembentukan PDB. Namun, pertumbuhan sektor yang demikian penting ini tengah mengalami trend yang terus menurun. Gambar berikut ini menyajikan data pertumbuhan industri manufaktur dan pertumbuhan Produk Domestik Bruto PDB selama kurun waktu 2003 – 2007. Tabel 1.1 Pertumbuhan Industri Manufaktur dan Pertumbuhan PDB dalam Sumber: Bank Indonesia Observasi yang lebih rinci pada Tabel 1.1 menunjukkan bahwa pertumbuhan industri manufaktur memang terus menurun selama kurun waktu 2003-2006. Sebelum krisis, pertumbuhan sektor industri mencapai rata-rata 9 per tahun, setelah krisis hanya 5. Namun, yang lebih mengkhawatirkan, sampai dengan triwulan III 2003, pertumbuhan ini terus menurun. Industri pengolahan hanya tumbuh 2,3 sedangkan selama 2002 tumbuh 4,1 Kompas, Juni 2004. Sejak 2005 hingga sekarang, pertumbuhan industri manufaktur merosot menjadi jauh lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan PDB. Dengan Perkembangan industri manufaktur yang terpuruk maka mengakibatkan kualitas pertumbuhan PDB pun menjadi buruk. Hal ini karena persentase pertumbuhannya sangat lambat, bahkan lebih lambat dari inflasi Kwik Kian Gie, Desember 2007. Secara historis, kinerja perusahaan seringkali diukur dari tinggi rendahnya laba yang dihasilkan. Laba juga menunjukkan efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya yang dimiliki perusahaan. Untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dilihat dari tingkat rentabilitasnya. Dari data yang diperoleh melalui Capital Market Electronic Document Services CMEDS dalam kurun waktu 2003-2007 laba bersih 28 perusahaan Tahun Pertumbuhan Manufaktur Pertumbuhan PDB 2003 5,3 4,7 2004 6,4 5,1 2005 4,6 5,6 2006 4,7 5,2 2007 7,2 6,3 pada sektor manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia berkisar diantara Rp. 170.164.506.071 – Rp. 269.148.365.934. Besarnya nilai modal kerja yang dimiliki perusahaan selama periode penelitian pun mengalami peningkatan yang rendah setiap tahunnya. Sedangkan tingkat Penjualan dan total assets perusahaan mengalami peningkatan yang signifikan setiap tahunnya. Gambar berikut ini menyajikan data pertumbuhan laba, modal kerja, sales , dan total assets pada industri manufaktur selama kurun waktu 2003 – 2007. Gambar 1.2 Pertumbuhan Laba, Modal Kerja, Sales, dan Total Assets Perusahaan Manufaktur 500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500 2003 2004 2005 2006 2007 tahun m il li a r Total Assets Sales EBIT W orking Capital Sumber: Data diolah, financial report CMEDS Pada perusahaan industri seringkali dijumpai masalah-masalah yang timbul dalam pengelolaan modal kerja menjadi penyebab terjadinya mismanagement . Dari fenomena yang ada pada beberapa perusahaan terdapat kondisi modal kerja yang kurang efisien, terutama apabila perusahaan sudah mendapatkan posisi yang baik dalam pasar, terlepas dari faktor pendukung lainnya. Tujuan setiap perusahaan adalah memperoleh tingkat keuntungan yang maksimal, salah satu caranya adalah dengan melakukan efisiensi pengelolaan modal kerja. Agar tujuan perusahaan bisa tercapai maka diperlukan suatu kemampuan perusahaan di dalam mengelola modal kerja secara efisien guna memperoleh tingkat rentabilitas yang tinggi. Tingkat rentabilitas mencerminkan kemampuan modal kerja menghasilkan keuntungan, berarti dengan tingkat rentabilitas yang tinggi mencerminkan adanya penggunaan modal kerja secara lebih efisien. Sebagian besar sumber daya yang dimiliki perusahaan berada di dalam modal kerja. Sehingga masalah modal kerja merupakan hal yang penting dan memerlukan perhatian besar dengan tindakan cermat dalam pengelolaannya. Modal kerja penting bagi setiap perusahaan, hal ini dikarenakan beberapa alasan yaitu: Pertama, tanpa modal kerja perusahaan tidak dapat melakukan kegiatan operasional perusahaan sehari-hari. Kedua, sebagian besar waktu dari manajer dicurahkan untuk mengelola modal kerja perusahaan JF Weston Brigham, 2000. Ketiga, pada beberapa perusahaan manufaktur, investasi modal kerjanya dapat mencapai lebih 50 dari total aktiva perusahaan. Oleh karena itu modal kerja perusahaan perlu dikelola dengan baik Federal Trade Commision dalam Sudana dan Widyaningrum 2003. Sumber-sumber modal kerja dapat menggunakan modal kerja sendiri intern dan pinjaman dari pihak lain. Pembiayaan yang menggunakan modal sendiri jumlahnya sangat terbatas, sedangkan kebutuhan untuk pembiayaan modal kerja sangat besar. Maka perusahaan membutuhkan modal kerja dari pihak lain berupa pinjaman. Walaupun besarnya kebutuhan dapat dipenuhi akan tetapi timbul tambahan beban dalam penggunaannya, yaitu berupa bunga pinjaman. Kebutuhan dana yang besar akan mengakibatkan penggunaan dana pinjaman yang besar pula, sehingga menyebabkan tingginya beban. Oleh karena itu, modal kerja harus dikelola secara efektif dan efisien Siswantini, 2006. Mengingat pentingnya modal kerja dalam menunjang suksesnya perusahaan perlu adanya pertimbangan-pertimbangan yang mendetail dalam menentukan besarnya modal yang diperlukan dan dari mana sumber modal itu diperoleh. Penggunaan modal yang tepat diberbagai aktivitas perusahaan dan pengalokasiannya adalah salah satu indikator yang menunjukkan sukses tidaknya perusahaan. Salah satu unsur atau komponen rentabilitas adalah efisiensi penggunaan modal kerja Indri, 2005. Selain itu, efektivitas dan efisiensi perusahaan dapat dilihat dari kecepatan perputaran operating assets dalam suatu periode tertentu. Semakin cepat perputaran operating assets berarti semakin efisien penggunaan operating assets perusahaan tersebut. Kemudian faktor lain yang mempengaruhi tingkat rentabilitas perusahaan selain operating assets turnover, yaitu tingkat profit margin Riyanto, 2001. Alasan mengapa topik ini menarik untuk diteliti, karena perusahaan pada umumnya lebih mengutamakan masalah laba daripada masalah rentabilitas, dengan laba yang besar bukan berarti bahwa perusahaan itu telah bekerja dengan efektif dan efisien. Efisiensi barulah dapat diketahui dengan menghitung tingkat rentabilitasnya. Penelitian-penelitian sebelumnya mengenai efektivitas kinerja perusahaan dengan indikator perputaran modal kerja dan analisis rasio serta hubungannya dengan laba telah banyak dilakukan. Vedavinayagam Ganesan 2007 melakukan penelitian tentang analisa efisiensi pengelolaan modal kerja pada industri perlengkapan telekomunikasi selama periode 2001 – 2006 dengan menggunakan Uji F pada analisis regresi, mengemukakan bahwa efisiensi pengelolaan modal kerja memiliki hubungan negatif dengan tingkat profitabilitas pada perusahaan industri perlengkapan telekomunikasi di USA. Hasil penelitian Ganesan 2007 sependapat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kesseven Padachi 2006 tentang trend dalam pengelolaan modal kerja dan implikasinya terhadap perusahaan manufaktur di Mauritius, Afrika selama periode 1998-2003. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa tingginya tingkat investasi dalam persediaan dan piutang usaha berhubungan dengan rendahnya tingkat profitabilitas pada perusahaan manufaktur. Susi Dwimulyani dan Shirley 2007 melakukan penelitian tentang pengaruh faktor-faktor seperti rasio keuangan, laba bersih, dan ukuran perusahaan terhadap prediksi pertumbuhan laba pada periode mendatang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat memprediksi pertumbuhan laba usaha pada perusahaan manufaktur, yaitu rasio kemampulabaan, laba bersih, dan ukuran perusahaan. Penelitian lainnya dilakukan oleh Suryo Luhur W.A dan Triani Pujiastuti 2006 mengemukakan bahwa profit margin dan perputaran aktiva lancar mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap rentabilitas modal kerja. Selain itu, profit margin ternyata memiliki pengaruh yang paling signifikan terhadap tingkat rentabilitas modal kerja. Indri Yuliafitri 2005 mengemukakan tentang pengaruh kecepatan perputaran modal kerja dan operating assets turnover terhadap tingkat rentabilitas pada perusahaan yang bergerak di sektor industri dasar dan kimia yang diobseravasi selama 3 tahun, yaitu dari tahun 2001 sampai 2003. Berdasarkan uji F yang dilakukan terhadap 48 sampel, diperoleh hasil penelitian adalah secara bersama-sama atau simultan terdapat pengaruh yang signifikan antara efektivitas modal kerja dan operating assets turnover terhadap tingkat rentabilitas. Sedangkan pengujian secara parsial atau individual menemukan bukti bahwa efektivitas modal kerja dan operating assets turnover tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat rentabilitas. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Aprilia 2003 yang menyatakan bahwa perputaran modal kerja dan operating assets turnover secara individual tidak berpengaruh terhadap rentabilitas. Dari temuan ini menunjukkan bahwa kedua variabel perputaran modal kerja dan operating assets turnover akan berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat rentabilitas apabila keduanya berfungsi secara bersama. Selanjutnya Tria Siswantini 2006 melakukan penelitian yang membahas tentang pengaruh pengelolaan modal kerja, khususnya perputaran kas, perputaran piutang, dan perputaran persediaan terhadap tingkat profitabilitas pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa perputaran kas memberikan pengaruh negatif secara signifikan terhadap profitabilitas. Sedangkan perputaran piutang dan perputaran persediaan memberikan hasil yang positif dan signifikan serta berpengaruh terhadap profitabilitas. Berbeda dengan hasil penelitian Nugroho 2004 bahwa pengujian secara parsial menunjukkan perputaran kas dan perputaran persediaan masing-masing memiliki pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas. Sedangkan perputaran piutang secara individual tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas perusahaan. Dari uraian di atas, peneliti tertarik untuk menguji konsistensi dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Indri Yuliafitri 2005 dan Tri Siswantini 2006 dengan melihat pengaruh pengelolaan modal kerja dan operating assets turnover terhadap tingkat rentabilitas. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang telah dilakukan oleh Indri Yuliafitri 2005 dan Tri Siswantini 2006. Adapun perbedaan dalam penelitian ini terletak pada: 1. Variabel independen yang digunakan merupakan kombinasi dari kedua penelitian di atas, yaitu pengelolaan modal kerja, operating assets turnover, dan rentabilitas. Selain itu, pada penelitian ini ditambahkan variabel independen lainnya, yaitu profit margin dan ukuran perusahaan. 2. Periode observasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah tahun 2003 – 2007. Periode ini merupakan lanjutan dari periode penelitian yang telah dilakukan oleh Indri Yuliafitri 2005 yang melakukan penelitian pada periode tahun 2001 – 2003, sedangkan Tri Siswantini 2006 melakukan penelitian pada periode tahun 2003. Dengan demikian maka penulis tertarik untuk menganalisa masalah pengelolaan modal kerja, profit margin, operating assets turnover, dan ukuran perusahaan serta pengaruhnya terhadap tingkat rentabilitas perusahaan, yang diungkap dalam skripsi dengan judul “Analisis Pengelolaan Modal Kerja, Profit Margin, Operating Assets Turnover, dan Ukuran Perusahaan Serta Pengaruhnya Terhadap Tingkat Rentabilitas Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia”. Penulis mengidentifikasi beberapa masalah yang terdapat pada penelitian ini, yaitu antara lain: adanya perbedaan ukuran perusahaan berdasarkan nilai total assets pada perusahaan yang tergolong ke dalam sektor manufaktur; tingkat rentabilitas perusahaan dipengaruhi oleh beberapa variabel diantaranya working capital turnover, profit margin, operating assets turnover, dan firm size ; serta mengidentifikasi dari keempat variabel independen tersebut yang paling dominan dalam mempengaruhi tingkat rentabilitas perusahaan manufaktur. Dalam penulisan ini, terdapat batasan-batasan yang perlu ditentukan agar pembahasan penelitian ini lebih terfokus dan tidak mencakup hal yang lebih luas. Pembatasan masalah dalam penelitian ini antara lain: menganalisis tingkat rentabilitas perusahaan yang tergolong ke dalam sektor manufaktur selama periode penelitian, yaitu mulai tahun 2003 hingga 2007; kemudian menganalisis pengaruh variabel working capital turnover, profit margin, operating assets turnover , dan firm size berdasarkan nilai total aktiva terhadap tingkat rentabilitas perusahaan manufaktur dengan menggunakan metode regresi linier berganda; selanjutnya data keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan per semesteran pada perusahaan manufaktur antara lain berupa neraca, laporan laba rugi, serta laporan perubahan modal.

B. Perumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten di Provinsi Aceh

10 116 90

Pengaruh Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Terhadap Pengalokasian Belanja Modal pada Pemerintah Kabupaten/Pemerintahan Kota di Sumatera Utara

7 91 92

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Terhadap Belanja Modal Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Di Provinsi Kalimantan Tengah

5 88 80

Kontribusi Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Belanja Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Samosir

7 105 84

Kontribusi Penerimaan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah Pada Pemkab/Pemko di SUMUT.

3 62 88

Pengaruh Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Pengalokasian Belanja Modal Pada Pemerintah Kabupaten / Kota Di Sumatera Utara

13 65 83

Pengaruh Belanja Modal Dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Peningkatan Pendapatan Per Kapita Pada Pemerintahan Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat Pada Tahun 2010-2013

2 36 69

ANALISIS PENGARUH PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) Analisis Pengaruh Pajak Dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Di Kota Surakarta Jawa Tengah Tahun 1991-2012.

0 2 13

KONTRIBUSI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN ANGGARAN Kontribusi Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Grobogan Period

0 2 12

KONTRIBUSI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN Kontribusi Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten

0 6 15