Produk Asuransi Syariah ASURANSI SYARIAH DALAM SISTEM HUKUM INDONESIA

34

BAB III ASPEK PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM KONTRAK BAKU

ASURANSI SYARIAH A. Kontrak Baku 1. Pengertian Kontrak Baku Sebagaimana pada umumnya kontrak baku atau perjanjian baku sama halnya dengan perjanjian pada umumnya. Perikatan sebagai ikatan yang menghubungkan antara dua pihak. 1 Sebagaimana dijelaskan dalam KUH Perdata pasal 1313 perjanjian atau persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana seorang atau lebih mengikatkan dririnya terhadap satu orang lain atau lebih. Kontrak baku, kontrak standard atau kontrak adhesi adalah beberapa istilah yang digunakan terhadap perjanjian yang seluruh klausul-klausulnya sudah dibakukan oleh pemakainya dan pihak yang lain pada dasarnya tidak mempunyai peluang untuk merundingkan atau minta perubahan. 2 Perjanjian baku pada umumnya telah tercetak boilerplate sehingga pihak lain tidak memiliki kesempatan untuk menegosiasi, pilihan yang ada adalah mengambil kontrak tersebut atau meninggalkannya, 3 hal yang senada 1 Soebekti, Hukum Perjanjian, cet. Ke-19. Jakarta: Intermasa, 2002, h.1. 2 Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan Yang Seimbang Bagi Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, Jakarta: Institut Bankir Indonesia, 1993, h.66. 3 Munir Fuady, Hukum Kontrak Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis, Buku Kedua, Jakarta: PT. Citra Aditya Bakti, 2003, h.76. juga diutarakan oleh Hondius. 4 Yang belum dibakukan hanya terkait beberapa hal yaitu seputar objek yang ditransaksikan dan besaran biaya yang harus ditanggung. 5 Di tengah bisnis yang semakin pesat diperlukan kontrak yang baku untuk mengefisiensikan biaya, tenaga, dan waktu 6 dalam perjalanan bisnis. Banyak contoh perjanjian yang bisa kita lihat penggunaan kontrak baku seperti tiket pesawat, kredit bank, jual beli, asuransi, dan lain-lain. Ciri-ciri kontrak baku menurut Mariam Badrulzaman, yaitu: a. Isi ditetapkan secara sepihak oleh pihak yang posisi ekonominya kuat; b. Masyarakat debitur sama sekali tidak ikut bersama-sama menentukan isi perjanjian; c. Terdorong oleh kebutuhannya, debitur terpaksa menerima perjanjian itu; d. Bentuknya tertulis; e. Dipersiapkan secara massal dan kolektif. 7

2. Dasar Hukum Kontrak Baku

Secara khusus keberadaan kontrak baku tidak diatur dalam perundang- undangan dan juga tidak dilarang oleh undang-undang. Kontrak baku telah 4 Salim HS, dkk., Perancangan Kontrak dan Momerandum of Understanding MoU, Jakarta: Sinar Grafika, 2007, h.70. 5 Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak, h.66. 6 Salim HS, dkk., Perancangan Kontrak, h.73. 7 Salim HS, dkk., Perancangan Kontrak, h.70-71. ada dan eksis sejak ribuan tahun yang lalu dalam dunia bisnis. 8 Pengaturan kontrak baku dapat kita temukan pada beberapa peraturan perundang- undangan berikut. a. Pasal 6.5.1.2 dan pasal 6.5.1.3 NBW Belanda. b. Pasal 2.19 sampai dengan pasal 2.22 Priciples of international Commercial Contract Prinsip UNIDROIT. Prinsip ini mengatur hak dan kewajiban para pihak pada saat mereka menerapkan prinsip kebebasan berkontrak. c. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. d. Undang-undang Nomor 8 tentang Perlindungan Konsumen. UUPK menjelaskan secara khusus pengertian pasal 1 angka 10 kemudian menjelaskan ketentuan yang tidak boleh dicantumkan dalam kontrak baku di dalam pasal 18. e. Rancangan Undang-undang tentang Kontrak. Kontrak ini dijelaskan dalam pasal 2.19 sampai dengan pasal 2.22. 9 f. Peraturan Otoritas Jasa Keungan Nomor: 1POJK.072013 yang diundangkan pada tanggal 6 Agustus 2013 yang berlaku bagi seluruh perusahaan keuangan, termasuk di dalamnya perusahaan Asuransi Syariah. Peraturan ini memuat ketentuan yang tidak boleh dicantumkan 8 Salim HS, dkk., Perancangan Kontrak, h.72. 9 Salim HS, dkk., Perancangan Kontrak, h.73-76. dalam sebuah kontrak baku dalam pasal 22. Pada dasarnya ketentuan yang dilarang dicantumkan dalam kontrak baku yang diatura dalam peraturan OJK ini tidak jauh berbeda dengan UUPK yang dijelaskan dalam pasal 18.

3. Keabsahan Kontrak Baku

Keabasahan kontrak baku sebenarnya tidak perlu dipersoalkan lagi, sebab, kontrak baku telah ada sejak 80 tahun yang lalu. 10 Walaupun demikian perdebatan tentang keabsahan kontrak baku tidak bisa dilupakan begitu saja, sebab, hal ini berkaitan dengan perbaikan peraturan perundang- undangan khususnya yang berkaitan dengan penggunaan kontrak baku. Ahli hukum berbeda pandangan dalam menilai keabsahan kontrak baku. Negara yang umumnya bersistem Eropa Kontinental berbeda pandangan dalam menilai keabsahannya dengan argumentasinya masing- masing. Sluijter mengatakan bahwa kontrak baku bukan perjanjian. Baginya kontrak yang dibuat oleh perusahaan adalah undang-undang swasta. Dengan bahasa yang berbeda Pitlo mengatakan kontrak baku adalah perjanjian paksa. 11 Bagi yang mendukung sahnya kontrak baku berdasarkan alasan fiksi adanya kemauan dan kepercayaan yang mengikatkan dirinya pada kontrak 10 Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak, h.70. 11 Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak, h.69.