Asas-asas Perlindungan Konsumen Perlindungan Konsumen

Selain itu Lahirnya UUPK manfaatnya tidak hanya dirasakan oleh konsumen saja, sebagaimana dijelaskan di atas bahwa lahirnya UUPK memberikan pemahaman yang holistik tentang hak dan kewajibannya sebagai konsumen. Akan tetapi juga memberikan dampak yang positif kepada pelaku usaha, yang meningkatkan produktifitas dan kualitas produksi mereka, sehingga hak-hak konsumen dapat terpenuhi. 41 Untuk mendukung tujuan tersebut OJK mengeluarkan peraturan tentang perlindungan konsumen yang berlaku khusus pada lembaga keuangan menambahkan lima prinsip. Kelima prinsip tersebut sebagai berikut: a. Transparansi; b. Perlakuan yang adil; c. Keandalan; d. kerahasiaan dan keamanan datainformasi Konsumen; dan e. penanganan pengaduan serta penyelesaian sengketa Konsumen secara sederhana, cepat, dan biaya terjangkau. 42 Lebih lanjut POJK menjelaskan dalam pasal 4 UU bahwa OJK dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan jasa keuangan di dalam sektor jasa keuangan terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan 41 Tatik Suryani, Perilaku Konsumen: Implikasi pada Strategi Pemasaran, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008, h.332. 42 Peraturan Otoritas Jasa Keungan Nomor: 1POJK.072013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan pasal 2. akuntabel, serta mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil, dan mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.

3. Hak dan Kewajiban Konsumen

Secara umum hak-hak konsumen sangat beragam, secara garis besar hak-hak konsumen dapat dibagi tiga yaitu: a. Hak yang dimaksudkan untuk mencegah konsumen dari kerugian, baik keruguian personal, maupun kerugian harta kekayaan; b. Hak untuk memperoleh barang danatau jasa dengan harga yang wajar; dan c. Hak untuk memperoleh penyelesaian yang patut terhadap permasalahan yang dihadapi. 43 Dari tiga hak di atas UUPK memberikan penjelasan lebih lanjut tentang hak konsumen sebagi berikut: a. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang danatau jasa; b. Hak untuk memilih barang danatau jasa serta mendapatkan barang danatau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan; c. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang danatau jasa; 43 Abdul Halim Barkatullah, Hak-hak Konsumen, Bandung: Nusa Media, 2010, h.25. d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang danatau jasa yang digunakan; e. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut; f. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen; g. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif; h. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi danatau penggantian, apabila barang danatau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya; i. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundangundangan lainnya. Untuk menyeimbangkan antara hak konsumen di atas maka UUPK menjelaskan tentang kewajiban konsumen adalah: a. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang danatau jasa, demi keamanan dan keselamatan; b. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang danatau jasa; c. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati; d. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut.

4. Perlindungan Konsumen dalam Kontrak Baku

UUPK telah memberikan rambu-rambu dalam pembuatan kontrak baku. Harus diakui bahwa posisi konsumen dalam kontrak baku hanya sebatas mengambil atau menolak polis yang ditawarkan kepadanya. Atas dasar itu pula negara sebagai pihak yang bertanggung jawab akan tegaknya perlindungan konsumen, sehingga kenyamanan dan keamanan dapat dirasakan oleh setiap konsumen. Rentannya posisi konsumen untuk disalah gunakan POJK mengatur keseimbangan dalam perjanjian yang dibuat oleh perusahaan, asas ini dijelaskan dalam pasal 21. Keseimbangan ini ditujukan untuk meningkatkan rasa saling menghormati antara para pihak, serta melaksanakan kewajiban dan hak mereka secara seimbang, tanpa memberatkan satu pihak dan meringankan pihak lain. Kebebasan dan kesepakatan dalam membuat kontrak adalah salah satu prinsip dalam membuat kontrak. Akan tetapi dengan adanya kontrak baku maka hal ini perlu diatur dalam peraturan perundang-undangan. Untuk mengakomodir hal tersebut UUPK dalam pasal 18 telah memberikan rambu- rambu dalam pembuatan kontrak baku. Ketentuan yang hampir sama juga diatur dalam pasal 22. Dalam pasal 22 ayat 1 menegaskan kembali tentang pentingnya sebab yang halal sebagaimana dijelaskan dalam pasal 1320. Sebab yang halal dalam pasal 1337 menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan sebab yang halal adalah yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang- undangan dan ketertiban umum. Poin tidak bertentangan dengan perundang- undangan inilah yang ditekankan dalam POJK tersebut. Kemudian dalam ayat 3 dijelaskan hal-hal yang tidak boleh dicantumkan dalam kontrak baku sebagai berikut: a. Menyatakan pengalihan tanggung jawab atau kewajiban Pelaku Usaha Jasa Keuangan kepada Konsumen; b. Menyatakan bahwa Pelaku Usaha Jasa Keuangan berhak menolak pengembalian uang yang telah dibayar oleh Konsumen atas produk danatau layanan yang dibeli; c. Menyatakan pemberian kuasa dari Konsumen kepada Pelaku Usaha Jasa Keuangan, baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk melakukan segala tindakan sepihak atas barang yang diagunkan oleh Konsumen, kecuali tindakan sepihak tersebut dilakukan berdasarkan peraturan perundang-undangan; d. Mengatur tentang kewajiban pembuktian oleh Konsumen, jika Pelaku Usaha Jasa Keuangan menyatakan bahwa hilangnya kegunaan produk danatau layanan yang dibeli oleh Konsumen, bukan merupakan tanggung jawab Pelaku Usaha Jasa Keuangan; e. Memberi hak kepada Pelaku Usaha Jasa Keuangan untuk mengurangi kegunaan produk danatau layanan atau mengurangi harta kekayaan Konsumen yang menjadi obyek perjanjian produk dan layanan; f. Menyatakan bahwa Konsumen tunduk pada peraturan baru, tambahan, lanjutan danatau perubahan yang dibuat secara sepihak oleh Pelaku Usaha Jasa Keuangan dalam masa Konsumen memanfaatkan produk danatau layanan yang dibelinya; danatau g. Menyatakan bahwa Konsumen memberi kuasa kepada Pelaku Usaha Jasa Keuangan untuk pembebanan hak tanggungan, hak gadai, atau hak jaminan atas produk danatau layanan yang dibeli oleh Konsumen secara angsuran.