3. Fatwa DSN-MUI NO: 21DSN-MUIX2001 Tentang Pedoman
Umum Asuransi Syar i’ah.
B. Prinsip-prinsip asuransi syariah
Prinsip sebagai kebenaran yang menjadi pokok berfikir dan bertindak
6
pada umumnya perusahaan asuransi berprinsip sama. Banyak pakar yang menjelaskan tentang prinsip-prinsip asuransi. Gemala Dewi mengatakan bahwa
ada tiga prinsip utama asuransi syariah yaitu: 1. Saling bertanggung jawab; 2. Saling bekerja sama atau saling membantu; 3. Saling melindungi penderitaan
satu sama lainnya.
7
Muhammad Syakir Sula
8
menjelaskan ada sebelas 11 prinsip asuransi syariah yaitu:
1. Prinsip berserah diri dan ikhtiar.
Sebagai makhluk Allah swt yang beragama Islam berserah diri adalah makna dari Islam itu sendiri. Segala tindakan dan keputusan harus diserahkan
kepada keputusan dan ketetapan Allah swt akan tetapi tidak berarti harus berserah apa adanya tanpa ada usaha yang mengiringi. Ikhtiar dan tawakkal
adalah dua hal yang harus beriringan tidak dapat berjalan sendiri-sendiri. 2.
Prinsip tolong-menolong.
6
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ketiga, Cet. Ke-4. Jakarta: Balai Pustaka, 2007, h.
7
Lihat bukunya, Gemala Dewi, dkk., Hukum Perikatan Islam di Indonesia, h.167. Hal yang
sama juga dijelaskan oleh Abdul Manan, lihat Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah, h.264-268.
8
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah life and general: Konsep dan Sistem Operasional, Jakarta: Gema Insani Press, 2004, h.228-249.
Ada banyak nas Quran dan Hadis yang menganjurkan untuk meningkatkan hubungan sesama masyarakat, salah satu bentuk untuk
meningkatkan hubungan tersebut adalah dengan tolong menolong atau dalam bahasa Arab
ta’awun dalam setiap kesulitan yang dihadapi. Prinsip ini menjadi dasar seluruh asuransi dalam hal life insurance dan
general insurance. Prinsip tolong menolong adalah fondasi dasar dalam menegakkan asuransi syariah, sekaligus juga yang menjadi dasar kebolehan
asuransi syariah. 3.
Prinsip saling bertanggung jawab. Prinsip saling bertanggung jawab antara satu sama lain tidak bisa
dipisahkan dari asuransi syariah. Sebab, hal ini lah yang membedakan asuransi syariah dengan asuransi konvensional. Asuransi konvensional dengan
trasnfer of sharing, sedangkan asuransi syariah berlandaskan share of sharing.
9
Asuransi konvensional yang bertanggung jawab adalah perusahaan, sedangkan dalam asuransi syariah seluruh pihak, perusahaan dan sesama
anggota asuransi harus bertanggung jawab sesuai dengan kedudukan mereka masing-masing.
4. Prinsip saling kerjasama dan bantu-membantu.
9
Agus Edi Sumanto, dkk., Solusi Berasuransi Lebih Indah Dengan Syariah, Bandung: PT. Salamadina Pustaka Semesta, 2009, h.8.
Agama Islam mengajarkan kerjasama dalam segala hal, termasuk dalam mengelola resiko. Abu Zahroh menjalaskan bahwa kerja sama umat
muslim telah dijelaskan dalam berbagai hal, seperti zakat. Atas dasar ini pula KH. Sahal Mahfud mengkampanyekan fikih sosial, untuk mengatasi
permasalahan masyakat.
10
5. Prinsip saling melindungi dari berbagai kesusahan.
6. Prinsip kepentingan terasuransikan insurable interest.
Benda yang menjadi objek asuransi tertanggung harus memiliki kepentingan dengan benda tersebut. Kepentingan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 268 KUHD adalah yang dapat dinilai dengan uang, dapat diancam oleh suatu bahanya, dan tidak dikecualikan oleh undang-undang.
11
Ada lima hal yang dapat menimbulkan kepentingan yaitu: 1 hubungan keluarga; 2 hubungan bisnis; 3 kepemilikan; 4 kuasa orang
lain; 5 karena undang-undang;
12
7. Prinsip iktikad baik utmost good faith.
Asuransi sebagai usaha yang bermodalkan jasa, iktikad baik bagi penanggung dan tertanggung adalah suatu hal yang mutlak harus dimiliki,
sebab, usaha ini sangat rentan terhadap terjadinya kecurangan baik dari perusahaan, seperti yang banyak terjadi dalam kontrak baku. Kecurangan yang
10
Jamal Ma’mur Asmani, Fiqh Sosial Kiai Sahal Mahfudh Antara Konsep dan Implementasi, Surabaya: Khalista, 2007, h.50.
11
R. Subekti dan R. Tjitrosudibjo, Kitab Undang-undang Hukum Dangang dan Undang- undang Kepailitan, Cet. Ke-23. Jakarta: PT. Pradnya Paramita, 2003, h.77.
12
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Cet. Ke-2. Jakarta: Kencana, 2010, h.262.
dilakukan oleh anggota asuransi sendiri seperti melakukan penipuan terhadap klaim. Jika prinsip ini dilanggar terutama tertanggung dapat mengakibatkan
pertanggungan menjadi batal.
13
8. Prinsip ganti rugi indemnity.
Sebagaimana pada dasarnya asuransi ditujukan untuk menghilangkan atau meringankan resiko yang diderita oleh tertanggung karena terjadi
peristiwa yang tak terduga. 9.
Prinsip penyebab dominan proximate cause. Ada juga yang memberi istilah sebab aktif.
14
Peristiwa yang ditanggung dan dijamin oleh asuransi selama sesuai dengan apa yang diisi
dalam perjanjian polis dan tidak dikecualikan dalam polis. Kejadian tersebut tidak ada intervensi suatu kekuatan lain, diawali dan bekerja dengan aktif dari
suatu sumber baru dan indpenden.
15
10. Prinsip subrogasi.
Jika tertanggung mengalami musibah, misalnya gedungnya terbakar, pihak ketiga yang melakukan pembakaran tersebut harus melakukan ganti rugi
sebagaimana dalam hukum tanggung gugat dan membayar ke perusahaan, dan tertanggung tidak boleh lagi menerima ganti rugi dari pelaku tersebut.
11. Prinsip kontribusi contributional-muhasamah.
13
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, h.263.
14
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, h.263.
15
Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, h.263.