Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

adanya perjanjian permasalahan yang dapat merugikan kedua belah pihak dapat dihindari dan menyelesaikan masalah. 9 Di sinilah pentingnya good faith atau iktikad baik dalam kontrak baku. sebagaimana dikatakan oleh Mariam Darus dalam acara Dies Natalis fakultas hukum USU bahwa iktikad baik adalah asas untuk mencari sebuah keadilan. 10 Kontrak baku menjadi pilihan utama para pengusaha demi efisiensi dan efektifitas dalam menjalankan usahanya. Walaupun demikian kontrak baku tetap menjadi perdebatan kebolehannya. Sluijter mengatakan bahwa perjanjian baku bukan merupakan perjanjian akan tetapi hanya sebatas undang-undang swasta legio particuliere wetgever. Pittlo menggolongkan perjanjian baku sebagai perjanjian paksa dwang contract. 11 Stein mencoba untuk memberikan solusi atas permasalahan ini dengan mengatakan bahwa perjanjian baku dapat diterima berdasarkan fiksi adanya kemauan dan kepercayaan fictie van wil en vertrouwen. Asser Rutten mengatakan bahwa setiap orang yang menandatangani perjanjian bertanggung gugat pada isi dan apa yang ditanda tanginanya. Bahkan Hondius dalam Sriwiyani v PT. Adira Dinamika Multy Finence, Tbk., yang telah diputus oleh Pengadilan Negeri Pekalongan dengan Nomor 42Pdt.G2011PN PKL. 9 Sri Rejeki Hartono, Hukum Asuransi dan Peruhaan Asuransi, cet. Ke-2. Malang: Bayu Media, 2007, h.132. 10 http:www.hukumonline.comberitabacalt52d150ceef12aprofesor-fh-usu-bedah-definisi- asas-iktikad-baik akses, 13 Januari 2014, pukul 14:18 wib. 11 Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2004, h.117. disertasinya menyatakan perjanjian baku mempunyai kekuatan yang mengikat berdasarkan kebiasaan gebruik yang hidup di bisnis. 12 Untuk mengontrol perbuatan perusahaan yang seperti itu. Pemerintah mengambil sikap dengan disahkannya Undang-undang Nomor 9 tahun 1998 tentang Perlindungan Konsumen selanjutnya disebut UUPK. Pada prinsipnya kontrak baku tidak dilarang dalam UU ini, akan tetapi sudah dibatasi dengan mencantumkan beberapa aturan yang dilarang dicantumkan dalam kontrak baku, sebagaimana yang dijelaskan dalam pasal 18 UUPK. Tidak sampai di sana, Otoritas Jasa Keuangan selanjutnya disebut OJK sebagai lembaga baru yang salah satu tugasnya adalah pengawasan lembaga keuangan yang bertujuan untuk meningkatkan perlindungan konsumen juga mengatur hal yang sama berkaitan dengan kontrak baku. OJK mengeluarkan peraturan dengan Nomor 1POJK.072013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan selanjutnya disebut POJK yang diundangkan pada tanggal 6 Agustus 2013 yang berlaku bagi seluruh perusahaan keuangan. Atas dasar pertimbangan di atas penulis tertarik untuk meneliti kontrak baku yang berlaku di beberapa perusahaan asuransi syariah, dengan judul “Kontrak Baku Pada Asuransi Syariah Dalam Persfektif Hukum Perlindungan Konsumen ”. 12 Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, h.117.

B. Indentifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut: 1. Apa yang dimaksud dengan perlindungan konsumen? 2. Apa yang harus dilakukan konsumen ketika haknya tidak dilindungi? 3. Bagaimana pandangan hukum Islam dan peraturan perundang-undangan terhadap kontrak baku Asuransi Syariah? 4. Apakah polis yang di atur oleh perusahaan Asuransi Syariah di Indonesia telah sesuai dengan peraturan perlindungan konsumen? 5. Bagaimana peran negara dalam melindungi konsumen?

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah Untuk menghindari meluasnya permasalahan yang akan dibahas pada penelitian ini maka penulis membatasi masalah yang diteliti hanya terfokus pada kontrak baku yang terdapat pada perusahaan asuransi syariah dalam tinjauan, Fatwa Dewan Syariah Nasional selanjutnya disebut DSN, UUPK dan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan perlindungan konsumen. 2. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas penulis merumuskan masalah yang akan diteliti. Bahwa, masih banyak perusahaan asuransi syariah yang menerapkan polis yang bertentangan dengan ketentuan UUPK. Untuk mempermudah menjawab rumusan masalah tersebut, penulis merumuskan masalah sebagai berikut: a. Bagaimana pandangan hukum Islam dan peraturan perundang-undangan terhadap kontrak baku asuransi syariah? b. Apakah kontrak baku yang dibuat oleh perusahaan asuransi syariah di Indonesia telah sesuai dengan peraturan pelindungan konsumen?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian Penelitian ini ditujukan untuk menjawab beberapa permasalahan di atas yaitu: a. Mengetahui pandangan hukum Islam dan peraturan perundang-undangan terhadap penerapan kontrak baku asuransi syariah. b. Mengetahui kontrak baku yang dibuat oleh perusahaan asuransi syariah telah sesuai peraturan perundang-undangan perlindungan konsumen. 2. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat menemukan keadaan polis yang berlaku dibeberapa perusahaan asuransi syariah. Sehingga dapat menjadi acuan bagi perusahaan asuransi syariah untuk membentuk kontrak baku yang sesuai dengan hukum Islam dan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta memenuhi hak-hak setiap konsumen. Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan masukan bagi penegak hukum, pemerintah, dan legislatif agar lebih ketat dalam mengawasi produk dan kontrak yang ditawarkan kepada konsumen asuransi syariah. Kepada masyarakat umum penelitian ini diharapkan mampu memberikan penjelasan yang cukup untuk mengetahui hak-hak dan menilai kontrak asuransi yang akan dipilih terkait kedudukannya sebagai konsumen asuransi syariah. Manfaat terakhir yang diharapkan dengan adanya penelitian ini adalah meningkatnya kinerja Lembaga Pengawas Syariah selanjutnya disebut LPS dalam mengawasi produk yang dikeluarkan asuransi syariah, tidak hanya pada aspek kesyariahaanya tapi juga aspek perlindungan konsumen dalam persfektif hukum Islam dan UUPK.

E. Kajian Terdahulu

Perkembangan kajian perlindungan konsumen di lembagan keuangan syariah telah banyak dilakukan penelitia baik dalam bentuk penelitian sampai pada penelitian skripsi, tesis maupun disertasi. Berikut penelitian yang pernah dilakukan di beberapa universitas yang penulis temukan. Irjayanti Mardin skripsi S 1 dengan judul Analisis Perbandingan Perlindungan Debitur Perjanjian Kredit Pemilikan Rumah KPR Bank Konvensional X dan Akad Pembiayaan al-Mudharabah KPR Syariah Bank Syariah Y. yang ditulis pada tahun 2011 di Universitas Indonesia. Penelitian yang berdasarkan perbandingan yang mendasarkan pada pokok permasalahan perbedaan, kelebihan dan kekurangan perlindungan debitur KPR pada Bank Syariah dan Bank Konvensional. Penelitian yang menggunakan metode yuridis- normatif dan didukung dengan data wawancara menghasilkan kesimpulan bahwa perbedaan adalah sistem bunga dan keuntungan, sedangkan untuk akad KPR di Bank Syariah maupun Bank Konvensional sama-sama menggunakan akad baku, yang tentunya lebih memberatkan posisi debitur. Gista Lastersia dengan judul Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Bank Dalam Transaksi Derivatif yang ditulis pada tahun 2009 di Universitas Indonesia. Melli Meilany Skripsi S 1 dengan judul Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Bank Ditinjau Dari Undang-undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, yang ditulis pada tahun 2008 di Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini menggunaka penelitian lapangan mengambil sample PT. Bank Sumut Syariah yang dipadu dengan studi kepustakaan. Destri Budi Nugraheni dengan judul Penerapan Perlindugan Nasabah Produk Pembiyaan KPR BTN Syariah Cabang Yogyakarta, tesis S 2 yang ditulis pada tahun 2007 di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menggunkan metode kualitatif dengan penyajian deskriftif interpretatif terhadap produk pembiyaan KPR BTN Syariah dengan responden adalah nasabah pembiayaan KPR BTN Syariah dan staf Financing Officer. Hasil penelitiannya mengatakan bahwa tidak semua hak-hak nasabah belum semuanya diterapkan sesuai dengan UUPK, PBI dan Hukum Ekonomi Islam. Ivan Faiz Billah, skripsi S 1 dengan judul, Aspek hukum perlindungan konsumen dalam dunia perbankan Syariah di Indonesia: tinjauan atas