waktu operasi paling lambat lebih kecil dari kecepatan lintasan yang diinginkan.
2 Bagi jaringan kerja ke dalam wilayah-wilayah dari kiri ke kanan. Gambar ulang jaringan kerja, sedapat mungkin tempatkan seluruh pekerjaan di daerah
yang paling ujung kanan. 3 Dalam tiap wilayah, urutkan pekerjaan mulai dari waktu operasi terbesar
sampai dengan waktu operasi terkecil. 4 Bebankan pekerjaan dengan urutan daerah paling kiri terlebih dahulu.
Bebankan pekerjaan dengan waktu operasi terbesar pertama kali.
3.11.3. Metode Moodie Young
10
Metode ini terdiri dari 2 fase. Fase pertama adalah membuat pengelompokan stasiun kerja. Elemen kerja ditempatkan pada stasiun kerja dengan aturan, bila
terdapat dua elemen kerja yang bisa dipilih maka elemen kerja yang mempunyai waktu yang lebih besar ditempatkan yang pertama. Pada fase ini pula, precedence
diagram dibuat matriks P dan F, yang menggambarkan elemen kerja pendahulu P dan elemen kerja yang mengikuti F untuk semua elemen kerja yang ada.
Pada fase kedua dilakukan redistribusi elemen kerja ke setiap stasiun kerja hasil dari fase 1. Langkah-langkah yang harus dilakukan pada fase 2 ini adalah
sebagai berikut : 1 Identifikasi waktu stasiun kerja terbesar dan waktu stasiun kerja terkecil.
2 Tentukan GOAL, dengan rumus :
10
Baroto, op. cit., h. 202.
Universitas Sumatera Utara
GOAL = 2
min max
siklus waktu
siklus waktu
−
3 Identifikasi sebuah elemen kerja yang terdapat dalam stasiun kerja dengan waktu paling besar, yang mempunyai waktu yang lebih kecil daripada GOAL,
yang elemen kerja tersebut bila dipindah ke stasiun kerja yang minimum tidak melanggar precedence diagram.
4 Pindahkan elemen kerja tersebut. 5 Ulangi evaluasi sampai tidak ada lagi elemen kerja yang dapat dipindah.
3.11.4. Perbandingan Algoritma Kilbridge Wester, Helgeson Birnie, dan Moodie
Young
11
Sebuah penelitian dilakukan oleh Teguh Baroto di Laboratorium Simulasi dan Optimasi Sistem Produksi Universitas Muhammadiyah Malang tentang ketiga
metode di atas. Peningkatan efisiensi merupakan alternatif penting untuk peningkatan daya
saing. Meminimalkan idle adalah salah satu cara peningkatan efisiensi. Penyusunan atau pengaturan operasi-operasi produsi yang semula banyak menjadi beberapa
stasiun kerja yang lebih sedikit akan dapat menurunkan total menganggur idle. Pengaturan operasi dapat dilakukan dengan aplikasi konsep line balancing. Dalam
konsep line balancing, terdapat banyak alternatif proseduralgoritma. Sebagai hipotesa, tiap algoritma semestinya akan memberikan model
pengaturan stasiun kerja pengelompokan operasi yang berbeda-beda. Perbedaan
11
Teguh Baroto. Simulasi Perbandingan Algoritma Region Approach, Positional Weight dan Moodie Young dalam Efisiensi dan Keseimbangan Lini Produksi.
Malang: Universitas Muhammadiyah, 2004 h. 9-10.
Universitas Sumatera Utara
model pengaturan ini akan menyebabkan perbedaan jumlah idle. Perbedaan jumlah idle
akan mempengaruhi tingkat efisiensi. Pertanyaannya adalah, pada kasus-kasus seperti apakah suatu algoritma line
balancing akan memberikan efisiensi tertinggi?
Penelitian ini diharapkan akan menemukan karakteristik kasus-kasus produksi yang memiliki efisiensi tinggi bila digunakan algoritma secara eksklusif. Bila
eksklusifitas ini didapatkan, akan dapat dirumuskan suatu rekomendasi dalam pemilihan algoritma line balancing.
Sebagai batasan, yang dimaksud kasus adalah bagan proses operasi atau Operation Process Chart
OPC. Dalam prosedur line balancing, OPC ini akan disederhanakan menjadi suatu precedence diagram. Precedencece diagram adalah
simbolisasi proses produksi menjadi tanda panah dan lingkaran. Pada penelitian ini dibandingkan kinerja antara tiga algoritma keseimbangan
lintasan yaitu Algoritma Helgeson Birnie, Algoritma Moodie Young, dan Algoritma Kilbridge Wester
dalam kaitannya dengan peningkatan produktifitas. Penelitian dilakukan secara simulatif numerik dengan memunculkan berbagai kasus lini
produksi yang berbeda-beda. Berdasar kriteria tingkat efisiensi line efficiency dan tingkat keseimbangan smoothing index, dihasilkan empat kesimpulan. Pertama,
algoritma Moodie Young cocok digunakan untuk precedence diagram yang berawal dari satu atau banyak operasi terpisah namun menyatu dalam suatu elemen operasi
dan diakhiri pada satu elemen operasi. Kedua, algoritma Helgeson Birnie cocok digunakan untuk precedence diagram yang dimulai dari satu operasi dan selanjutnya
bercabang menjadi dua atau lebih dan selanjutnya diakhiri pada lebih dari satu
Universitas Sumatera Utara
operasi. Ketiga, tidak ada suatu precedence diagram spesifik yang cocok untuk algoritma Kilbridge Wester. Keempat, tidak ada algoritma terbaik untuk precedence
diagram berbentuk: satu jalur lurus; atau berawal dari satu atau banyak operasi
mandiri, bertemu lalu bercabang dan berakhir pada banyak elemen operasi; precedence
yang berawal dari satu operasi bercabang, bertemu lagi disatu elemen operasi, bercabang lagi, dan bersatu lagi serta berakhir pada satu elemen.
Untuk membuat generalisasi, gambar precedence diagram harus disusun dan diringkas terlebih dahulu. Setelah itu, precedence diagram dalam tiap kelompok
dinyatakan dalam suatu teori berdasar kemiripan karakteristiknya. Berikut ini generalisasi yang dapat dilakukan.
Algoritma Moodie Young memberikan hasil yang lebih baik dibanding algoritma Helgeson Birnie dan Kilbridge Wester pada precedence diagram seperti
pada Gambar 3.2. Algoritma Helgeson Birnie memberikan hasil yang lebih baik dibanding
algoritma Moodie Young dan Kilbridge Wester pada precedence diagram seperti seperti Gambar 3.3.
Universitas Sumatera Utara
1
3 4
5 6
7
8 9
10 6
4 3
5 5
5 2
4 4
2 2
1 3
4 5
6 7
8 9
10 6
3 5
4
5 5
2 2
4 4
2
1
3 4
5 6
7 8
9 10
6 3
5 5
4 5
2 4
4 2
2 1
3 4
5 6
7 8
9 10
6 3
5 4
5 2
4 5
2 4
2
1
3 5
4 6
7 8
9 10
6 5
5 2
4 3
4 5
2 4
2
1
3 4
7 8
5 6
9 10
6 3
5 4
5 5
2 2
4 4
2
Gambar 3.2. Precedence Diagram yang sesuai untuk Metode Moodie Young
2 2
5 5
6 3
4 4
4 5
4 4
2 2
5 5
6 3
4
5
Gambar 3.3. Precedence Diagram yang sesuai untuk Metode Helgeson Birnie
Universitas Sumatera Utara
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di lantai pabrik Production Training Centre PTC yang merupakan salah satu dari unit Balai Besar Kerja Industri BBLKI yang berlokasi di
jalan Gatot Subroto kilometer 7,5 Medan. Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2010 hingga November 2010.
4.2. Objek Penelitian
Dalam hal ini yang menjadi objek penelitian yaitu keseimbangan lintasan dan waktu pengerjaan elemen kerja pintu engineer petak 8.
4.3. Instrumen Penelitian
Penelitian dilakukan dengan melakukan perhitungan waktu secara langsung dengan menggunakan alat stopwatch jam henti pada setiap komponen-komponen
terhadap produk yang diteliti. Stopwatch yang digunakan adalah Silva digital stopwatch starter.
4.4. Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan dalam penelitian ini dilakukan dengan observasi langsung di lantai produksi untuk mendapatkan data elemen-elemen kerja dalam pembuatan
pintu, waktu pengerjaan setiap elemen kerja dan lintasan kerja awal proses pembuatan
Universitas Sumatera Utara