Metode Moodie Young Usulan Perbaikan

5.2.5.3. Metode Moodie Young

Metode Moodie Young terdiri dari 2 fase. Fase pertama adalah membuat pengelompokkan stasiun kerja. Elemen kerja ditempatkan pada stasiun kerja dengan ketentuan, bila terdapat dua elemen kerja yang bisa dipilih maka elemen kerja yang mempunyai waktu yang lebih besar ditempatkan yang pertama. Pada fase ini pula, dari precedence diagram dibuat matriks P dan F, yang menggambarkan elemen kerja pendahulu P dan elemen kerja yang mengikuti F untuk semua elemen kerja yang ada. a. Fase Pertama Matriks P dan F dapat dilihat pada Tabel 5.17. Tabel 5.17. Matriks P dan F Elemen Kerja Matriks Operasi Pendahulu P Waktu detik Matriks Operasi Pengikut F 1 8 2 2 1 29 3 3 2 50 4 4 3 29 5 5 4 19 6 6 5 9 7 7 6 3 8 8 7 4 9 9 8 17 10 10 9 15 11 11 10 39 12 12 11 11 90 13 12 14 14 13 106 15 15 14 8 16 16 15 166 17 Universitas Sumatera Utara Tabel 5.17. Matriks … Lanjutan Elemen Kerja Matriks Operasi Pendahulu P Waktu detik Matriks Operasi Pengikut F 17 16 206 18 18 17 170 19 19 18 10 20 20 19 6 21 21 20 6 22 22 21 41 23 23 22 788 24 24 23 14 25 25 24 31 26 26 25 15 27 27 26 15 91 28 10 29 29 28 27 30 98 30 29 18 31 31 30 79 32 32 31 38 33 33 32 25 34 34 33 8 35 35 34 5 36 36 35 28 37 37 36 725 38 38 37 9 39 39 38 12 40 40 39 16 41 41 40 29 42 42 41 29 43 43 42 14 91 44 10 45 45 44 27 46 100 46 45 19 47 47 46 82 48 48 47 39 49 49 48 27 50 Universitas Sumatera Utara Tabel 5.17. Matriks … Lanjutan Elemen Kerja Matriks Operasi Pendahulu P Waktu detik Matriks Operasi Pengikut F 50 49 9 51 51 50 5 52 52 51 28 53 53 52 738 54 54 53 9 55 55 54 12 56 56 55 8 57 57 56 28 58 58 57 14 59 59 58 14 91 60 9 61 61 60 28 62 102 62 61 19 63 63 62 77 64 64 63 38 65 65 64 27 66 66 65 10 67 67 66 5 68 68 67 28 69 69 68 736 70 70 69 9 71 71 70 13 72 72 71 15 73 73 72 19 74 74 73 18 91 75 10 76 76 75 27 77 104 77 76 18 78 78 77 79 79 79 78 38 80 80 79 25 81 81 80 8 82 82 81 5 83 Universitas Sumatera Utara Tabel 5.17. Matriks … Lanjutan Elemen Kerja Matriks Operasi Pendahulu P Waktu detik Matriks Operasi Pengikut F 83 82 28 84 84 83 725 85 85 84 9 86 86 85 12 87 87 86 16 88 88 87 29 89 89 88 29 90 90 89 14 91 91 12 43 59 74 90 27 86 92 92 91 50 93 93 92 18 94 94 93 275 95 95 94 247 96 96 95 148 97 96 7 98 98 97 8 43 99 98 7 100 100 99 7 59 101 100 6 102 102 101 7 74 103 102 7 104 104 103 7 90 105 17 16 106 14 31 107 15 47 108 16 63 109 14 78 1. Dipilih elemen kerja task yang memiliki nilai 0 semua pada matriks P. Pilih task dengan waktu terbesar bila ada dua lebih dari 1 task yang matriks P nya 0 semua. Jika elemen kerja yang mungkin memiliki waktu yang sama maka Universitas Sumatera Utara dipilih salah satu tanpa aturan dengan dasar pilihan konsisten untuk langkah selanjutnya. Pada matriks P, terdapat 11 elemen kerja yang semua nilainya 0. Dipilih elemen kerja 105 dengan waktu elemen 17 detik. 2. Ditandai task di matriks F yang berhubungan dengan task yang terpilih di langkah 1. Task yang berhubungan dengan task 105 di matriks F adalah task 16 dengan waktu elemen 166 detik. Task 16 masih belum mungkin masuk karena task yang lain belum dikerjakan. Maka yang mungkin masuk adalah task yang mempunyai semua nilai 0 pada matriks P task 1, 13, 28 dan seterusnya. Task yang terpilih adalah task dengan waktu terbesar yaitu task 108 dengan waktu elemen 16 detik. 3. Dilakukan langkah kedua berulang-ulang untuk mengisi stasiun kerja hingga mencukupi acuan waktu siklus stasiun kerja yaitu 788 detik. Hasil dari fase 1 dapat dilihat pada Tabel 5.18. Tabel 5.18. Pengelompokan Elemen Kerja Work Center Elemen Waktu Elemen detik Jumlah Waktu detik 105 17 108 16 106 14 107 15 109 14 13 12 44 10 28 10 75 10 1 8 60 9 14 106 2 29 I 61 28 743 Universitas Sumatera Utara Tabel 5.18. Pengelompokan … Lanjutan Work Center Elemen Waktu Elemen detik Jumlah Waktu detik 45 27 29 27 76 27 3 50 46 19 62 19 30 18 77 18 15 8 99 7 97 7 101 6 103 7 47 82 31 79 4 29 98 8 100 7 16 166 78 79 63 77 102 7 104 7 17 206 48 39 32 38 64 38 79 38 5 19 49 27 33 25 II 6 9 775 18 170 65 27 80 25 19 10 66 10 34 8 50 9 III 81 8 450 Universitas Sumatera Utara Tabel 5.18. Pengelompokan … Lanjutan Work Center Elemen Waktu Elemen detik Jumlah Waktu detik 7 3 20 6 8 4 35 5 51 5 67 5 82 5 52 28 68 28 36 28 83 28 9 17 21 6 10 15 IV 37 725 725 V 53 738 738 VI 69 736 736 84 725 VII 22 41 766 11 39 38 9 54 9 70 9 VIII 85 9 75 IX 23 788 788 24 14 39 12 55 12 71 13 86 12 12 11 25 31 40 16 87 16 72 15 56 8 41 29 57 28 88 29 X 73 19 581 Universitas Sumatera Utara Tabel 5.18. Pengelompokan … Lanjutan b. Fase Kedua Langkah-langkah yang harus dilakukan pada fase 2 ini adalah sebagai berikut: 6 Menentukan dua elemen terpendek dan terpanjang dari waktu stasiun dari penyeimbangan pada fase pertama. 7 Menentukan setengah dari perbedaan kedua nilai tujuan GOAL. 8 GOAL = waktu stasiun maksimum – waktu stasiun minimum 2 9 Menentukan elemen tunggal pada waktu stasiun maksimum yang lebih kecil dari nilai GOAL. 10 Menentukan semua pertukaran yang mungkin dari waktu stasiun maksimum dengan elemen tunggal dari waktu stasiun mimimum yang Work Center Elemen Waktu Elemen detik Jumlah Waktu detik 26 15 42 29 89 29 74 18 27 15 58 14 43 14 59 14 90 14 91 86 92 50 93 18 94 275 95 247 XI 96 148 670 Universitas Sumatera Utara mereduksi waktu stasiun maksimum dimana waktu stasiun minimum lebih kecil dari 2 x GOAL. 11 Melakukan penukaran yang ditujukan oleh kandidat dengan perbedaan mutlak terkecil antara kandidat tersebut dengan GOAL. 12 Bila tidak ada penukaran atau transfer yang dimungkinkan antara waktu stasiun terbesar dengan terkecil, diusahakan penukaran antara rank pada pengerjaan N-1, N-2, N-3,…,3,2,1 stasiun ranking ke N memiliki jumlah waktu idle terbesar. 13 Bila penukaran masih tidak mungkin, lakukan pembatasan dengan nilai GOAL dan ulangi langkah pertama hingga ke enam. Waktu terbesar pada stasiun kerja yang terbentuk adalah 788 dan waktu terkecil pada stasiun kerja yang terbentuk adalah 70. Goal = 2 75 788 − Goal = 356,5 Menurut langkah 4: Elemen kerja dari stasiun kerja IX stasiun dengan waktu terbesar tidak bisa dipindah lagi, begitu juga dengan stasiun kerja VII terbesar kedua, VI terbesar ketiga, V terbesar ke empat dan stasiun kerja IVterbesar ke lima. Stasiun kerja I waktu stasiun terbesar ke enam tidak dapat dipindah karena tidak ada elemen kerja yang berhubungan pada matriks P dan F yang dapat dipindahkan ke stasiun kerja dengan waktu terkecil. Elemen kerja pada stasiun kerja X masih dapat dipindah yaitu elemen Universitas Sumatera Utara kerja 12, 39, 55, 71 dan 86 ke stasiun kerja VIII stasiun dengan waktu terkecil. Hasil dari fase kedua dapat dilihat pada Tabel 5.19. Tabel 5.19. Penyusunan Elemen Kerja ke Dalam Stasiun Kerja Work Center Elemen Waktu Elemen detik Jumlah Waktu detik 105 17 108 16 106 14 107 15 109 14 13 12 44 10 28 10 75 10 1 8 60 9 14 106 2 29 61 28 45 27 29 27 76 27 3 50 46 19 62 19 30 18 77 18 15 8 99 7 97 7 101 6 103 7 47 82 31 79 4 29 98 8 I 100 7 743 Universitas Sumatera Utara Tabel 5.19. Penyusunan … Lanjutan Work Center Elemen Waktu Elemen detik Jumlah Waktu detik 16 166 78 79 63 77 102 7 104 7 17 206 48 39 32 38 64 38 79 38 5 19 49 27 33 25 II 6 9 775 18 170 65 27 80 25 19 10 66 10 34 8 50 9 81 8 7 3 20 6 8 4 35 5 51 5 67 5 82 5 52 28 68 28 36 28 83 28 9 17 21 6 III 10 15 450 IV 37 725 725 V 53 738 738 VI 69 736 736 84 725 VII 22 41 766 Universitas Sumatera Utara Tabel 5.19. Penyusunan … Lanjutan Work Center Elemen Waktu Elemen detik Jumlah Waktu detik 11 39 38 9 54 9 70 9 85 9 39 12 55 12 71 13 86 12 VIII 12 11 135 IX 23 788 788 24 14 25 31 40 16 87 16 72 15 56 8 41 29 57 28 88 29 73 19 26 15 42 29 89 29 74 18 27 15 58 14 43 14 59 14 90 14 91 86 92 50 X 93 18 521 94 275 95 247 XI 96 148 670 Universitas Sumatera Utara c. Perhitungan Balance Delay dan Efisiensi 100 . . 1 × − = = C n Sti C n D n i D = Balance Delay C = Waktu yang paling maksimum dalam stasiun kerja n = Jumlah stasiun kerja Sti = Waktu masing-masing stasiun I=1,2,3,…,n Maka, D = 8668 7047 8668 − x 100 = 18,70 Efisiensi dihitung dengan rumus: Efisiensi = 100 . 1 x CT n STi n i = Di mana: n = Jumlah stasiun kerja Sti = Waktu masing-masing stasiun I=1,2,3,…,n CT = Waktu Siklus Maka, Efisiensi = 100 788 11 7047 × x = 81,30 d. Indeks Penghalusan Smoothness Index SI Adalah suatu indeks yang mempunyai kelancaran relatif dari penyeimbang lini perakitan tertentu. SI = = − n i STi STi 1 2 max Universitas Sumatera Utara STi max = Waktu maksimum dari stasiun kerja yang terbentuk STi = Waktu stasiun di stasiun kerja ke-i n = Jumlah stasiun kerja yang terbentuk SI= = − + + − + − N i 1 2 2 2 670 788 ..... 775 788 743 788 SI = 662335 SI = 798,571 Setelah dilakukan penyeimbangan, maka dilakukan modifikasi terhadap susunan elemen kerja sehingga sedapat mungkin elemen-elemen kerja tersebut berada dalam area yang sama seperti pada kondisi aktual agar perubahan dapat seminimal mungkin. Modifikasi yang dilakukan adalah sebagai berikut : - Elemen kerja 13, 44, 28, 75, 1 dan 60 dari WC I dipindah ke WC III agar blanking untuk panel, ST, BR, M, MR, dan TR dikerjakan pada satu work centre. - Elemen kerja 102 dan 104 dari WC II dipindah ke WC I agar pengerjaan polish dowell dilakukan pada satu work centre. - Elemen kerja 17 dari WC II dipindahkan ke WC III agar clamping Stile dan pengepressan Stile dikerjakan oleh operator yang sama. Berdasarkan penyesuaian tersebut, hasil akhir work centre yang terbentuk dapat dilihat pada Tabel 5.20. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.20. Stasiun Kerja Hasil Modifikasi Work Center Urutan Elemen Waktu Elemen detik Elemen Jumlah Waktu detik 105 17 Pembelahan kayu untuk lipping Stile 108 16 Pembelahan kayu untuk lipping M 106 14 Pembelahan kayu untuk lipping MR 107 15 Pembelahan kayu untuk lipping BR 109 14 Pembelahan kayu untuk lipping TR 14 106 Pemotongan Stile 2 29 Pemotongan Panel 61 28 Pemotongan Middle 45 27 Pemotongan Bottom Rail 29 27 Pemotongan Middle Rail 76 27 Pemotongan Top Rail 3 50 Pengetaman Panel 46 19 Pengetaman Bottom Rail 62 19 Pengetaman Middle 30 18 Pengetaman Middle Rail 77 18 Pengetaman Top Rail 15 8 Pengeleman Stile 99 7 Pembelahan kayu sisa BR 97 7 Pembelahan kayu sisa MR 101 6 Pembelahan kayu sisa M 103 7 Pembelahan kayu sisa TR 47 82 Pengeleman Lipping Bottom Rail 31 79 Pengeleman Lipping Middle Rail 4 29 Pengeleman panel 98 8 Polish dowell sisa MR 100 7 Polish dowell sisa BR 102 7 Polish dowell sisa M I 104 7 Polish dowell sisa TR 698 16 166 Pemasangan Lipping Stile 78 79 Pengeleman Lipping Top Rail 63 77 Pengeleman Lipping Middle 48 39 Clamping Bottom Rail 32 38 Clamping Middle Rail 64 38 Clamping Middle 79 38 Clamping Top Rail 5 19 Clamping panel 49 27 Pengepressan Bottom Rail 33 25 Pengepressan Middle Rail II 6 9 Pengepresan panel 555 Universitas Sumatera Utara Tabel 5.20. Stasiun Kerja … Lanjutan Work Center Urutan Elemen Waktu Elemen detik Elemen Jumlah Waktu detik 17 206 Clamping Stile 18 170 Pengepresan Stile 65 27 Pengepressan Middle 80 25 Pengepressan Top Rail 19 10 Blanking Stile 66 10 Blanking Middle 34 8 Blanking Middle Rail 50 9 Blanking Bottom Rail 81 8 Blanking Top Rail 20 6 Pemeriksaan ketebalan Stile 35 5 Pemeriksaan ketebalan Middle Rail 51 5 Pemeriksaan ketebalan Bottom Rail 67 5 Pemeriksaan ketebalan Middle 82 5 Pemeriksaan ketebalan Top Rail 13 12 Blanking Stile 44 10 Blanking Bottom Rail 28 10 Blanking Middle Rail 75 10 Blanking Top Rail 1 8 Blanking panel 60 9 Blanking Middle 21 6 Pengeleman Stile 52 28 Pengeleman Veener Bottom Rail 68 28 Pengeleman Veener Middle 36 28 Pengeleman veener Middle Rail 83 28 Pengeleman Veener Top Rail 9 17 Pemotongan panjang Panel 7 3 Pembelahan Lebar panel 8 4 Pengetaman Tebal panel III 10 15 Penghalusan panel dengan WBS 715 IV 37 725 Pengepresan Middle Rail 725 V 53 738 Pengepresan Bottom Rail 738 VI 69 736 Pengepresan Middle 736 84 725 Pengepresan Top Rail VII 22 41 Pemasangan Veener Stile 766 VIII 23 788 Pengepresan Stile 788 11 39 Profil Panel 38 9 Pengetaman Middle Rail dengan pisau R IX 54 9 Pengetaman Bottom Rail dengan Pisau R 180 Universitas Sumatera Utara Tabel 5.20. Stasiun Kerja … Lanjutan Work Center Urutan Elemen Waktu Elemen detik Elemen Jumlah Waktu detik 70 9 Pengetaman Middle dengan Pisau R 85 9 Pengetaman Tup Rail dengan Pisau R 24 14 Pengetaman Stile dengan pisau R 39 12 Profil Lebar Middle Rail 55 12 Profil Lebar Bottom Rail 71 13 Profil Lebar Middle 86 12 Profil Lebar Top Rail 12 11 Penghalusan Profil Panel 25 31 Pemotongan Panjang Stile 40 16 Profil Panjang Middle Rail 87 16 Profil Panjang Top Rail 72 15 Profil Panjang Middle 56 8 Profil Panjang Bottom Rail 41 29 Bor Samping Middle Rail 57 28 Bor Samping Bottom Rail 88 29 Bor Samping Top Rail 73 19 Bor Samping Middle 26 15 Pengeboran Stile 42 29 Bor Tengah Middle Rail 89 29 Bor Tengah Top Rail 58 14 Bor Tengah Bottom Rail 27 15 Profil panjang Stile 74 18 Pemasangan dowell Middle 43 14 Pemasangan Dowel Middle Rail 59 14 Pemasangan Dowel Bottom Rail 90 14 Pemasangan Dowel Top Rail 91 86 Perakitan Daun Pintu 92 50 Pengepresan daun pintu X 93 18 Penghalusan daun pintu dengan WBS 476 94 275 Pendempulan daun pintu 95 247 Penghalusan daun pintu XI 96 148 Packing daun pintu 670 Universitas Sumatera Utara d. Perhitungan Balance Delay dan Efisiensi 100 . . 1 × − = = C n Sti C n D n i D = Balance Delay C = Waktu yang paling maksimum dalam stasiun kerja n = Jumlah stasiun kerja Sti = Waktu masing-masing stasiun I=1,2,3,…,n Maka, D = 8668 7047 8668 − x 100 = 18,70 Efisiensi dihitung dengan rumus: Efisiensi = 100 . 1 x CT n STi n i = Di mana: n = Jumlah stasiun kerja Sti = Waktu masing-masing stasiun I=1,2,3,…,n CT = Waktu Siklus Maka, Efisiensi = 100 788 11 7047 × x = 81,30 d. Indeks Penghalusan Smoothness Index SI Adalah suatu indeks yang mempunyai kelancaran relatif dari penyeimbang lini perakitan tertentu. SI = = − n i STi STi 1 2 max Universitas Sumatera Utara STi max = Waktu maksimum dari stasiun kerja yang terbentuk STi = Waktu stasiun di stasiun kerja ke-i n = Jumlah stasiun kerja yang terbentuk SI= = − + + − + − N i 1 2 2 2 670 788 ..... 555 788 698 788 SI = 558307 SI = 747,199 Universitas Sumatera Utara

BAB VI ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

6.1. Analisis Perbandingan Keseimbangan Lintasan Hasil Ketiga Metode

Analisis perbandingan keseimbangan lintasan dengan ketiga metode dapat dilihat pada Tabel 6.1. Tabel 6.1. Perbandingan Keseimbangan Lintasan Hasil Ketiga Metode Nilai Balance Delay Line Efficiency Smoothness Index Helgeson Birnie 25,48 74,52 1104,023 Kilbridge Wester 18,70 81,30 792,931 Moodie Young 18,70 81,30 747,199 Hasil perhitungan balance delay yang diperoleh untuk metode Helgeson Birnie adalah 25,43 , line efficiency 74,52 dan smoothness index 1104,023. Sedangkan balance delay dan line efficiency untuk metode Kilbridge Wester dan Moodie Young adalah sama yaitu 18,70 untuk balance delay dan line efficiency 81,30 . Smoothness index untuk metode Kilbridge Wester adalah 792,931 dan untuk metode Moodie Young 747,199. Jika dilihat dari perhitungan balance delay dan line efficiency, maka metode Kilbridge Wester dan metode Moodie Young adalah metode terbaik dan memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih. Jika dilihat dari nilai smoothness index, maka metode Moodie Young adalah metode yang paling baik untuk diterapkan di Production Training Centre karena memiliki angka smoothness Universitas Sumatera Utara