Kondisi Pekerja Anak Tabel .1.

paling banyak 4-6 orang dimana sebanyak 11 orang responden memiliki jumlah anggota keluarga sebanyak itu. Sebanyak 5 orang menjawab bahwasanya memiliki jumlah anggota keluarga 7-10 orang. Bahkan 1 orang responden menjawab memiliki jumlah anggota keluarga 11-15 orang Jumlah anggota keluarga yang banyak juga dipengaruhi faktor kurangnya sosialisasi tentang Keluarga Berencana di Desa Madula. Tidak dijumpainya tenaga medis berupa dokter, bidan dan tenaga kesehatan lainnya di Desa Madula menjadi salah satu faktor pendukung jumlah anak yang banyak dalam satu keluarga. Jumlah anak yang banyak dengan tingkat pendapatan yang rendah menyebabkan anak diikutsertakan dalam proses ekonomi keluarga. 5.2 Kondisi Pekerja Anak Tabel 5.2.1. Distribusi Jawaban Pekerjaan Anak Sebelum Mengikuti Program Keterampilan Life Skill Pertukangan dan Tata Boga No Jenis Pekerjaan Frekuensi 1 2 3 4 5 6 7 Mengamen Pengumpul dan pemecah batu di sungai Pengangkut pasir Tukang Jahit Bertani Menyadap Karet Berdagang 1 2 3 1 3 7 1 5 10 15 5 25 35 5 Jumlah 20 100 Sumber : Data Primer 2010 Universitas Sumatera Utara Tujuan daripada pelatihan keterampilan pertukangan dan tata boga ini adalah untuk menghapus buruh anak. Oleh karena itu, yang menjadi peserta pelatihan ini adalah mereka yang merupakan buruh anak. Jika kita lihat dari tabel 5.2.1., pekerjaan terbanyak dari responden adalah sebagai penyadap karet sebanyak 7 orang. Pekerjaan sebagai penyadap karet lebih banyak dilakukan oleh perempuan. Sebanyak 1 orang bekerja sebagai pengamen di sekitar daerah pelabuhan dan kota Gunung Sitoli. Ada juga sebanyak 3 orang atau 15 dari responden bekerja sebagai pengangkut pasir yang bekerja di sungai-sungai sekitar Desa Madula. Bekerja di sungai sebagai pengumpul dan pemecah batu juga dilakukan oleh 2 orang responden atau sebanyak 10. Banyaknya permintaan terhadap batu akibat dampak tsunami 2004 dan 2005 membuat pekerjaan sebagai pengumpul dan pemecah batu menjadi salah satu pekerjaan yang dilakukan oleh anak-anak di Nias untuk membantu perekonomian keluarga. Sebanyak 1 orang responden bekerja sebagai tukang jahit dan sebanyak 3 orang atau 15 responden bekerja membantu orang tuanya sebagai petani. Sedangkan 1 orang responden bekerja sebagai pedagang daun ubi. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.2.2. Distribusi Jawaban Tanggapan Orangtua Ketika Anak Bekerja No Tanggapan Orang tua Frekuensi 1 2 Setuju Tidak Setuju 19 1 95 5 Jumlah 20 100 Sumber : Data Primer 2010 Salah satu faktor anak bekerja adalah adanya persetujuan orang tua kepada anaknya untuk bekerja. Berdasarkan tabel 5.2.2., sebanyak 19 orang menyatakan mendapatkan persetujuan dari orang tuanya untuk bekerja. Hanya ada 5 dari responden yang menjawab tidak mendapat persetujuan dari orang tuanya untuk bekerja. Rendahnya tingkat pendapatan serta jumlah anggota keluarga yang banyak memaksa anak untuk mengikuti permintaan orang tua mereka bekerja. Tabel 5.2.3. Distribusi Jawaban Tanggapan Responden Terhadap Situasi Tempat Bekerja No Situasi tempat bekerja Frekuensi 1 2 3 Baik Tidak Baik Tidak Tahu 12 4 4 60 20 20 Jumlah 20 100 Sumber : Data Primer 2010 Kondisi dan situasi tempat anak bekerja mempengaruhi fisik dan psikis anak secara langsung maupun tidak langsung. Pekerja anak yang digabung Universitas Sumatera Utara bekerja dengan orang dewasa membawakan dampak negatif terhadap tumbuh kembang anak. Jika kita melihat tabel 5.2.3., sebanyak 12 orang menyatakan bahwa situasi tempat bekerja baik. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, keadaan yang baik disini adalah tidak adanya perselisihan yang terjadi antara pekerja anak dengan majikan maupun antara pekerja anak dengan pekerja anak lainnya serta pekerja anak dengan pekerja dewasa. Sebanyak 4 orang atau 20 responden menjawab bahwa kondisi tempat mereka bekerja tidak baik. Tidak baik dalam artian pekerja anak merasakan sarana mereka bekerja sangatlah minim. Sebanyak 4 orang menjawab tidak tahu bagaimana kondisi tempat bekerja mereka. Tabel 5.2.4. Distribusi Jawaban Pengalaman Responden Mengalami Eksploitasi di Tempat Kerja No Pengalaman Eksploitasi Frekuensi 1 2 Pernah Tidak Pernah 19 1 95 5 Jumlah 20 100 Sumber : Data Primer 2010 Situasi tempat bekerja yang baik bukan berarti tidak mengalami bentuk eksploitasi kerja. Hampir semua responden menyatakan pernah mengalami eksploitasi di tempat bekerja. Sebanyak 19 orang atau 95 menjawab pernah mengalami eksploitasi di tempat kerja. Hanya ada 1 orang yang menyatakan tidak pernah mengalami eksploitasi di tempat kerja. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan hasil kuesioner yang disebarkan kepada seluruh responden yang ada, ternyata bentuk eksploitasi kerja yang terjadi tidak hanya satu saja, melainkan banyak bentuk eksploitasi yang terjadi. Setiap responden berdasarkan pilihan yang ada bebas memilih bentuk-bentuk ekspoitasi yang pernah terjadi di tempat kerja. Untuk responden yang berasal dari keterampilan pertukangan, bentuk eksploitasi yang terjadi seperti bekerja terlalu lama bahkan sampai larut malam. Padahal jika kita mengacu kepada batasan usia dan jam kerja yang diperbolehkan hanya 3-5 jam pada usia 13-18 tahun. Bentuk eksploitasi lainnya yang dialami adalah bekerja terlalu berat. Hal ini terjadi pada responden yang bekerja sebagai pengangkut pasir serta pengumpul dan pemecah batu di sungai. Tidak sedikit jika mereka dianggap bekerja terlalu lamban atau tidak banyak batu yang laku, maka bentuk eksploitasi lainnya yang dirasakan mereka adalah gaji diutang bahkan dipotong. Bentuk eskpoitasi kerja yang dialami lainnya adalah gaji yang tidak dibayar dan gaji yang terlalu sedikit mengingat pekerjaan mereka yang berat sebagai pengumpul dan pemecah batu serta pengangkut pasir. Untuk responden yang berasal dari kelompok tata boga bentuk eksploitasi kerja yang terjadi lebih kepada bekerja yang terlalu berat dan beberapa responden bekerja hingga larut malam. Bentuk eksploitasi seperti gaji yang dipotong bahkan tidak digaji, tidak terdapat pada responden yang berasal dari kelompok tata boga. Hanya ada 1 responden saja yang menyatakan bahwa pernah mengalami gaji diutang. Universitas Sumatera Utara 5.3 Evaluasi Program Pendidikan Life Skill Tabel 5.3.1.