Labeling Terhadap Anak Jalanan

2. Hubungan renggang dimana anggotanya tidak perlu saling mengenal secara pribadi 3. Sifatnya tidak permanen 4. Hubungan cenderung pada hubungan formil, karena sedikit sekali terdapat kontak di antara para anggotanya, dan baru terdapat kontak apabila ada kepentingan dan tujuan tertentu saja Suyanto, 2010: 27.

2.8 Labeling Terhadap Anak Jalanan

Sebagai seorang anak yang seharusnya mendapatkan perhatian dari orang dewasa, anak jalanan tidak pernah memimpikan untuk hidup di jalanan. Dengan keadaan terpaksa tanpa pilihan lain mereka memilih untuk hidup di jalanan. Di dalam masyarakat pada umumnya anak-anak jalanan telah mempunyai stigma negatif. Teori labeling tidak berusaha untuk menjelaskan mengapa individu-individu tertentu tertarik atau terlibat dalam tindakan menyimpang tetapi lebih ditekankan adalah pada pentingnya defenisi-defenisi sosial dan sanksi-sanksi sosial negatif yang dihubungkan dengan tekanan-tekanan individu untuk masuk dalam tindakan yang lebih menyimpang. Analisis tentang pemberian cap itu dipusatkan pada reaksi orang lain. Artinya ada orang-orang yang memberi defenisi, julukan atau pemberi label definerslabelers pada individu-individu atau tindakan yang menurut penilaian orang tersebut adalah negatif. Universitas Sumatera Utara Menurut ahli teori labeling, mendefenisikan penyimpangan merupakan sesuatu yang bersifat relatif dan bahkan mungkin juga membingungkan. Karena untuk memahami apa yang dimaksud sebagai suatu tindakan menyimpang harus diuji melalui reaksi orang lain. Menurut Becker, salah seorang pencetus teori labeling dalam Clinard dan Meier, 1989: 92 mendefenisikan penyimpangan sebagai “suatu konsekuensi dari penerapan aturan-aturan dan sanksi oleh orang lain kepada seorang pelanggar”. Melalui defenisi itu dapat diterapkan bahwa penyimpangan adalah tindakan yang dilabelkan kepada seseorang atau pada siapa label secara khusus telah ditetapkan. Dengan demikian, dimensi penting dari penyimpangan adalah pada adanya reaksi masyarakat bukan pada kualitas dari tindakan itu sendiri. Atau dengan kata lain penyimpangan tidak ditetapkan berdasarkan norma, tetapi melalui reaksi masyarakat, bukan pada kualitas dari tindakan itu sendiri. Atau dengan kata lain penyimpangan tidak ditetapkan berdasarkan norma, tetapi melalui reaksi atau sanksi dari penonton sosialnya Bagong, 2004: 114. Dalam pandangan masyarakat, anak jalanan adalah manusia yang menempati kedudukan yang sangat hina. Penampilannya yang jorok, ekonomi keluarganya yang miskin, lingkungan pemukimannya di daerah-daerah kumuh atau bahkan sama sekali tidak mempunyai tempat tinggal tetap, perangainya yang liar dan sering melakukan kejahatan juga kekhasan lain anak jalanan, menyebabkan pandangan masyarakat terhadapnya sangat rendah. Masyarakat bahkan tidak menganggap mereka sebagai manusia lazimnya. Anak-anak jalanan sering dianggap sebagai sampah-sampah yang Universitas Sumatera Utara tidak mempunyai masa depan, tidak bisa diharapkan sebagai generasi penerus dan tidak mempunyai manfaat bagi masyarakat. Status sebagai anak jalanan menyebabkan mereka harus rela dengan berbagai hinaan, cacian, makian, kekejaman, dan image buruk di masyarakat. Itu artinya ketika permasalahan sosial menimpa keluarga dan dirinya, dengan sendirinya ia mengalami penghilangan hak sebagai anak oleh masyarakat, termasuk oleh pemerintah. Stigma negatif masyarakat serta kurang berfungsinya pemerintah melaksanakan kewajibannya untuk memberikan yang terbaik kepada anak menyebabkan posisi anak jalanan semakin termarginalkan. Hal ini juga menimbulkan anak jalanan selalu mengalami perlakuan-perlakuan yang bukan saja mengabaikan keberadaanya sebagai anak dalam sutu negara tapi juga melanggar hak azasinya. Itulah sebabnya masyarakat begitu mudah melakukan kekerasan kepada anak. Stigma negatif dan latar belakang statusnya menyebabkan seseorang atau kelompok dengan mudah melakukan perbuatan yang berseberangan dengan konsep sesungguhnya masyarakat dan negara Frans, 1999:12.

2.9 Undang-Undang Terhadap Perlindungan Anak