Undang-Undang Terhadap Perlindungan Anak

tidak mempunyai masa depan, tidak bisa diharapkan sebagai generasi penerus dan tidak mempunyai manfaat bagi masyarakat. Status sebagai anak jalanan menyebabkan mereka harus rela dengan berbagai hinaan, cacian, makian, kekejaman, dan image buruk di masyarakat. Itu artinya ketika permasalahan sosial menimpa keluarga dan dirinya, dengan sendirinya ia mengalami penghilangan hak sebagai anak oleh masyarakat, termasuk oleh pemerintah. Stigma negatif masyarakat serta kurang berfungsinya pemerintah melaksanakan kewajibannya untuk memberikan yang terbaik kepada anak menyebabkan posisi anak jalanan semakin termarginalkan. Hal ini juga menimbulkan anak jalanan selalu mengalami perlakuan-perlakuan yang bukan saja mengabaikan keberadaanya sebagai anak dalam sutu negara tapi juga melanggar hak azasinya. Itulah sebabnya masyarakat begitu mudah melakukan kekerasan kepada anak. Stigma negatif dan latar belakang statusnya menyebabkan seseorang atau kelompok dengan mudah melakukan perbuatan yang berseberangan dengan konsep sesungguhnya masyarakat dan negara Frans, 1999:12.

2.9 Undang-Undang Terhadap Perlindungan Anak

Berbicara tentang perlindungan anak artinya membicarakan bagaimana untuk menciptakan suatu kondisi yang memungkinkan suatu keseimbangan antara hak dan kewajiban bagi anak. Karena itu unsur perlindungan harus merupakan wawasan, tujuan dan sifat semua kegiatan yang ingin mengembangkan kesejahteraan anak baik mental, fisik sosial, yang menyangkut berbagai bidang kehidupan. Universitas Sumatera Utara Sebagai perwujudan komitmen pemerintah dalam meratifikasi Konvensi Hak- hak Anak, Pemerintah Indonesia telah mengesahkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pada tanggal 22 Oktober 2002 yang secara keseluruhan, materi pokok dalam undang-undang tersebut memuat ketentuan dan prinsip-prinsip konvensi hak-hak anak. Sehubungan dengan konsepsi perlindungan anak yang utuh, menyeluruh, dan kompherensif undang-undang No.23 meletakkan kewajiban memberikan perlindungan kepada anak berdasarkan azas-azas sebagai berikut : 1. Nondiskriminasi 2. Kepentingan yang terbaik bagi anak 3. Hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan 4. Penghargaan terhadap pendapat anak. Kemudian dalam UUPA nomor 23 ayat 12 dikatakan bahwa “Hak anak adalah bagian dari Hak Asasi Manusia yang wajib dijamin, dilindungi dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan negara”. Jika memperhatikan jumlah anak jalanan saat ini dijalanan menjadi sebuah bukti bahwa Undang-undang yang ditetapkan oleh pemerintah belum berjalan sebagaimana yang diharapkan. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Dengan menggunakan penelitian kualitatif peneliti akan memperoleh informasi atau data yang lebih mendalam tentang kehidupan sosial anak jalanan. Penelitian kualitatif digunakan untuk melihat individu secara utuh serta menggambarkan secara utuh kekerasan terhadap anak jalanan di perempatan jalan aksara Medan. Penelitian kasus adalah penelitian mendalam mengenai unit sosial tertentu dan hasilnya merupakan gambaran yang lengkap dan terorganisasi baik mengenai unit tersebut atau dapat pula mencakup keseluruhan faktor-faktor dan kejadian. Tujuan dari penelitian kasus adalah untuk mempelajari secara intensif latar belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungan suatu unit sosial baik individu maupun kelompok lembaga atau masyarakat Suryabrata, 2002: 22 .

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di perempatan jalan kawasan sekitar Pasar Aksara Kecamatan Medan Tembung. Adapun yang menjadi alasan memilih lokasi ini adalah: Universitas Sumatera Utara