Tabel 4.7 Sarana kesehatan yang tersedia di kelurahan Bantan Timur pada tahun 2010
No. Sarana Kesehatan
Jumlah
1. Dokter umum
5 2.
Dokter gigi 1
3. Dokter spesialis lainnya
2 4.
Paramedis 10
5. Dukun bersalin terlatih
1 6.
Bidan 12
7. Perawat
6 8.
Dukun pengobatan alternatif 4
9. Dokter praktek
13
Total 54
Sumber: daftar isian profil kelurahan Bantan Timur tahun 2010
4.2 Profil Informan
1. Nama : Reni Sinaga
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 16 tahun
Perkerjaan : Mengamen
Pendidikan terakhir : Kelas 3 SMP Suku
: Batak Toba Agama
: Kristen Protestan Status anak di jalanan : Children of the street
Reni adalah salah satu wanita yang tinggal dijalanan. Dia adalah anak yang paling besar dari 5 orang bersaudara. Sudah satu tahun dia menjalani kehidupan
seperti anak-anak yang lain yang tinggal dijalanan. Ayahnya bekerja sebagai tukang
Universitas Sumatera Utara
botot, dan ibunya bekerja sebagai seorang pemulung. Tentunya dengan pekerjaan yang demikian tidaklah mencukupi kebutuhan sehari-hari keluarganya, sehingga pada
tahun 2012 ibunya memutuskan untuk menjadi TKW ke Malasya. Ayahnya adalah orang yang selalu bersikap kasar kepada mereka, menjadi pendorong bagi ibunya
juga untuk meninggalkan mereka dan lebih memilih bekerja sebagai TKW disamping kehidupan ekonomi yang tidak mencukupi.
Setelah ibu Reni bekerja menjadi TKW, kehidupan keluarga Reni pun semakin tidak teratur. Merasa tidak nyaman tinggal dirumah, akhirnya Reni memilih
untuk melarikan diri dari rumah dan tinggal di jalanan. Saat ini tanpa sepengetahuan ibunya, Reni menjalani kehidupan di jalanan bersama dengan teman-temannya,
karena dia merasa lebih nyaman tinggal di jalanan. Saat ini Reni selalu menghabiskan waktu selama 24 jam di jalanan. Dia merasa lebih baik tinggal dijalanan daripada
hidup bersama dengan keluarganya. Menurut Reni ayahnya selalu bersikap tidak adil dan lebih baik kepada orang lain daripada kepada keluarganya sendiri. Dari suatu
pernyataan Reni terlihat jelas bahwa dia juga tidak mendapat perhatian dan kasih sayang dari keluarganya. Dan teman-temannya di jalanan lebih baik kepada dia
daripada orangtuanya sendiri. Dia mengakui kalau teman-temannya selalu memberikan Dia makanan, dan mereka selalu makan bersama-sama.
Hidup di jalanan bukanlah hal yang mudah bagi Reni dan juga teman- temannya, meskipun bebas. Mencari makan sendiri dan diperlakukan orang
seenaknya adalah tantangan berat bagi dia. Reni dan teman-temannya juga sering
Universitas Sumatera Utara
diganggu oleh anak-anak punk. Anak-anak punk sering meminta uangnya dan jika tidak diberikan maka mereka akan dibentak dan bahkan dikejar-kejarnya.
Kemudian hal yang menjadi tantangan bagi Reni adalah teman-temannya kadang-kadang bersikap usil kepada Reni. Sebagai seorang perempuan Reni sering
sekali dilecehkan sama teman-teman lelakinya dengan mencium wajahnya, meskipun dia menganggap bahwa itu sudah menjadi hal yang biasa dilakukan oleh laki-laki
kepada perempuan di jalanan.
2. Nama : Mail
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 9 Sembilan Tahun
Pekerjaan : Mengamen
Pendidikan Terakhir : kelas 2 SD Sekolah Dasar Suku
: Jawa Agama
: Islam Status anak di jalanan : Children on the street
Mail adalah seorang anak jalanan yang masih mempunyai hubungan dengan orang tua, mempunyai satu orang saudara laki-laki dan satu orang saudara
perempuan. Dia mulai bekerja di jalanan sejak ibunya meninggal dunia akibat menderita penyakit kanker. Setelah kepergian ibunya, dia kurang mendapat perhatian
dari ayahnya dan dia disuruh oleh ayahnya untuk bekerja di jalanan. Mempunyai teman sekolah yang bekerja di jalanan mendorong dia untuk menuruti perintah
Universitas Sumatera Utara
ayahnya untuk bekerja di jalanan. Mail bekerja dijalanan hanya dengan modal suara yang pas-pasan, dan terkadang dengan nada-nada lagu yang kurang tepat. Walaupun
demikian, dalam satu hari Mail mampu mendapatkan uang sekitar Rp.10.000- Rp.25.000 per harinya. Menurut pengakuannya, penghasilannya dia gunakan untuk
uang jajan dan juga untuk keperluan sehari-hari seperti membeli nasi. Kadang-kadang uang yang dia hasilkan dia berikan kepada ayahnya.
Mail tinggal dijalanan masih sekitar satu tahun. Ayahnya bekerja sebagai penjual jam tangan di sekitar pasar aksara dengan kondisi keuangan yang sangat
terbatas. Kondisi keuangan yang sangat terbatas tersebut mendorong ayahnya untuk menyuruh Mail bekerja dijalanan. Selama bekerja di jalanan, Mail mengakui dia
sering mendapat perlakuan kasar dari kernek angkot ketika dia mengamen, dia dibentak apalagi ketika mengamen tanpa permisi sama sopir angkot.
3. Nama : Reza Nasution
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 18 Tahun
Pekerjaan : Mengamen
Pendidikan Terakhir : Kelas 1 SMP Suku
: Mandailing Agama
: Islam Status anak di jalanan : Children of the street
Universitas Sumatera Utara
Reza Nasution salah satu anak jalanan yang tinggal di jalan Aksara. Dia telah tinggal dijalanan selama 8 tahun bersama anak kandungnya. Reza adalah anak ke
delapan dari delapan bersaudara, mempunyai dua orang saudara laki-laki dan lima orang saudara laki-laki. Meskipun Reza merupakan anak bungsu hidupnya tidak lebih
baik dari saudara-saudaranya karena dia adalah korban broken home. Ayahnya bekerja sebagai pedagang aksesoris, dan ibunya bekerja dikantoran. Pada tahun 2008
kedua orang tuanya bercerai karena ibunya tidak tahan lagi dengan sikap buruk ayahnya yang selalu bermain judi dan mabuk-mabukan. Setelah kedua orangtuanya
bercerai, ayahnya menikah lagi dan ibunya juga menikah. Saat ini Reza telah mempunyai 3 orang adik tiri dari ayah tirinya.
Reza mengakui ibunya mempunyai banyak uang. Pendapatan ayahnya juga sebelum mereka bercerai sangat lumayan. tetapi karena ayahnya suka mabuk-
mabukan dan main judi, akhirnya uangnya habis untuk dirinya sendiri. Sikap dan tindakan kasar kedua orang tuanya sebelum bercerai membuat dia sakit hati dan
akhirnya dia bersama dengan abangnya memutuskan untuk tinggal di jalanan. Reza mengatakan hampir setiap hari mengalami kekerasan dari ayahnya, setiap hari
dipukuli dan setiap hari juga mengeluarkan kata-kata kasar kepada dia dan abangnya. Tidak hanya ayahnya, bahkan ibunya mengusir dia dari rumah, sehingga dia benar-
benar pergi dari rumah dan tinggal di jalanan. Sampai saat ini Reza mengatakan sangat dendam dengan keluarganya karena telah membiarkannya dan salah satu
abangnya terasing dan berbeda dengan yang lain. Tetapi walaupun demikian reza
Universitas Sumatera Utara
sekali-sekali masih pulang ke rumah ibu kandungnya dan ayah tirinya. Berbeda dengan abang kandungnya yang sama sekali tidak pernah mau pulang.
Tidak hanya di rumah, di jalanan juga dia mengakui tidak merasa begitu nyaman, karena disana dia hidup bersama dengan abang kandungnya. Mereka sering
berkelahi dan saling pukul-pukulan sehingga sering tidak saling cakapan. Reza mengakui kehidupan di jalanan sangat keras, bahkan teman-temannya yang lebih
besar dari dia sering meminta uang hasil kerjanya, dan ujung-ujungnya pasti akan berkelahi dan maki-makian. Preman dan anak punk juga sering mengancam dan
memintai uangnya. Reza mengatakan bahwa anak-anak kecil yang juga anak jalanan sering menjadi korban, uang anak-anak tersebut sering dimintai oleh teman-temannya
juga. Reza mengakui kehidupan anak-anak jalanan disana terbiasa dengan tipuan.
Saat ini sangat dendam dengan salah seorang temannya yang telah dia curigai mengambil uangnya sebanyak Rp.250.000 ketika dia sedang tidur, tidak hanya itu,
dia mengakui bahwa teman-temannya juga baru saja mencuri, karena mereka memang pintar untuk mengelabui orang lain.
4. Nama : Rahmat Hidayat
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 13 tahun
Perkerjaan : Mengamen
Pendidikan terakhir : Kelas 5 SD
Universitas Sumatera Utara
Suku : Melayu
Agama : Islam
Status anak di jalanan : Children on the street Rahmat hidayat adalah seorang anak yang bekerja di jalan selama kurang
lebih 1 tahun. Hidayat lahir di Jakarta, tetapi pada waktu dia belum mengerti apa-apa neneknya yang saat ini telah berusia delapan puluhan tahun membawa dia ke Medan.
Saat ini dia tinggal bersama seorang nenek sejak ayah dan ibunya tidak tinggal bersama lagi karena permasalahan ekonomi. Ibunya bekerja menjadi TKW di
Malasya, namun setelah kontrak kerja selesai ibunya tidak kembali juga. Keluarganya menduga ibunya telah menikah dan mempunyai keluarga baru di Malasya. Hidayat
ditinggalkan oleh ibunya sejak berumur empat tahun. Sebenarnya hidayat masih mempunyai seorang ayah yang seharusnya bisa bertanggung jawab atas dirinya
khususnya masalah memenuhi kebutuhan hidupnya, tetapi sampai saat ini dia tidak pernah bertemu lagi dengan ayahnya dan tidak tau apa pekerjaannya.
Hidayat bukan saja tidak merasakan kasih sayang orangtuanya, tetapi selama dua tahun terakhir dialah yang menjadi sosok pelindung bagi neneknya yang sudah
tidak bisa bekerja lagi. Dari hasil mengamen setiap harinya dia bisa membeli makanan untuk dirinya sendiri dan juga untuk neneknya. Penghasilan yang tidak
cukup mengharuskan mereka kadang-kadang tidak makan dan hanya membeli jajanan saja.
Universitas Sumatera Utara
Setiap harinya Hidayat bekerja di jalanan biasanya akan mengamen sampai malam beserta dengan teman-temannya dengan Penghasilan per harinya Rp. 10.000-
25.000. Biasanya, dia dengan sekelompok temannya mengamen bersama-sama di lampu merah perempatan jalan Aksara. Setelah lampu hijau mereka akan
mengumpulkan penghasilan masing-masing dan dipegang oleh Hidayat sebagai orang yang telah mereka percaya. Setelah selesai mengamen dalam satu hari mereka akan
membagi-bagikan penghasilan mereka bersama-sama secara merata. Hidayat mengakui di tempat mereka mengamen masih banyak orang lain yang
mencari uang, anak jalanan yang tidak termasuk dalam kelompok mereka dan anak punk lainnya yang lebih dewasa dari mereka. Ketika mengamen anak punk sering
meminta uang hasil kerjanya. Jika tidak diberikan maka mereka akan dipukul, di maki dan diancam oleh anak punk, sehingga kadang-kadang menjadi ketakutan untuk
mengamen. Sebisa mungkin mereka akan menghindar jika disana ada anak punk. Tidak ada yang begitu peduli dengan keadaan ini, sehingga berulang-ulang terjadi
kekerasan pada mereka. Ketika mereka mendapat ancaman kekerasan dari anak punk, hidayat
mengatakan mereka pasrah saja, kadang-kadang penghasilannya disembunyikannya kalau masih bisa. Hidayat termasuk orang yang lebih besar dari sekelompok teman-
temannya sehingga sebisa mungkin kadang-kadang dia mau membela teman- temannya, walaupun dia juga kadang-kadang menjadi korban.
Universitas Sumatera Utara
5. Nama : Sultan Siregar
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 9 Sembilan Tahun
Pekerjaan : Mengamen
Pendidikan Terakhir : Kelas 2 SD Sekolah Dasar Suku
: Mandailing Agama
: Islam Status anak di jalanan : Children on the street
Sultan telah bekerja di jalan sudah satu tahun lebih. Di medan dia tinggal bersama seorang seorang ibu. Ibu dan ayahnya sudah lama tidak bersama lagi, dan
bahkan dia tidak tau persis mengapa ayah dan ibunya tidak bersama-sama lagi. Sebelumnya mereka tinggal di Aceh tetapi karena ada masalah dalam keluarganya
mereka pindah ke Medan bersama ibunya. Sultan bahkan tidak mengenali ayahnya, karena dia belum tau apa-apa ketika mereka pindah ke Medan. Sultan dan ibunya
tinggal di sekitar pasar Aksara. Saat ini ibunya tidak mempunyai pekerjaan yang jelas, sehingga dia terpaksa mengamen di jalan untuk mendapatkan uang membeli
makan mereka. Sultan bergantung dengan penghasilannya yang tidak menentu antara Rp 10.000-25.000 per hari untuk keperluannya setiap hari.
Di jalanan dia sering merasa ketakutan ketika mengamen karena anak punk sering merampas uang hasil pekerjaanya. Sultan Mengatakan dia sering diperlakukan
secara kasar oleh anak punk dan mengucapkan kata-kata kotor kepada dia dan teman- temannya. Kondisi seperti itu membuat edu dan teman-temannya selalu bersama-
Universitas Sumatera Utara
sama ketika mengamen, supaya ketika dimarahi atau dikompas paling tidak sesama mereka saling membela.
6. Nama : Edu Harahap
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 8 delapan Tahun
Pekerjaan : Mengamen
Pendidikan Terakhir : Kelas 2 SD Sekolah Dasar Suku
: Mandailing Agama
: Islam Status anak di jalanan : Children on the street
Edu Harahap adalah salah satu anak jalanan yang setiap harinya mengamen di jalanan, dia menghabiskan waktu di jalan antara 8-10 jam setiap harinya. Edu masih
mempunyai orangtua dan mempunyai seorang saudara perempuan, ayahnya bekerja sebagai penarik becak dan ibunya bekerja sebagai tukang cuci pakain.
Dalam satu hari biasanya Edu mempunyai penghasilan dari dari Rp 15.000- 30.000 tanpa mempunyai alat musik apapun hanya dengan bernyanyi saja. Dari hasil
dia mengamen biasanya digunakan untuk membeli makanan dan jajanan dan sebagian diberikannya kepada orangtuanya. Edu bekerja di jalanan sudah satu tahun lebih.
Kondisi keuangan yang tidak mencukupi membuat dia menuruti ajakan salah satu temannya untuk mengamen di jalanan.
Universitas Sumatera Utara
Edu mengakui bahwa dijalanan ketika mengamen mengamen dia sering mendapat perlakuan kasar dari anak jalanan yang lebih besar dari dia, khususnya anak
punk. Dia sering dibentak ketika mengamen dan uangnya diminta bahkan dipukul dan diancam. Tetapi meskipun sering mendapatkan ancaman untuk mengamen, dia tetap
bertahan dengan segala resiko demi untuk mendapatkan makanan setiap harinya.
7. Nama : Immanuel Gultom
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 17 Tahun
Pekerjaan : Mengamen
Pendidikan Terakhir : - Suku
: Batak toba Agama
: Kristen Protestan Status anak di jalanan : Children of the street
Immanuel adalah salah satu dari anak jalanan yang tinggal di jalan Aksara. Dia adalah anak paling besar dari 4 orang bersaudara. Immanuel Sudah biasa dengan
kehidupan jalanan, karena sejak umur 6 tahun dia sudah tinggal di jalanan. Jadi lamanya dia di jalanan sudah 11 tahun. Ayah dan ibunya bercerai ketika dia masih
sangat kecil dan belum tau apa-apa, penyebab kedua orangtuanya bercerai pun dia tidak tau sama sekali. Saat ini ibunya tinggal di Malasya bersama dua orang adiknya
dan ayahnya tinggal di Palembang bersama satu orang adiknya. Immanuel masih pernah berkomunikasi dengan ibunya yang sedang berada di Malasya ketika
berbicara melalui telepon dengan neneknya, sementara dengan ayahnya dia tidak
Universitas Sumatera Utara
pernah komunikasi sama sekali, sehingga dia tidak tau apakah ayahnya masih hidup atau tidak. Immanuel menduga kalau ibunya sudah menikah lagi sehingga tidak mau
lagi kembali ke Indonesia. Setelah kedua orangtua Immanuel bercerai, dia dititipkan di panti asuhan di
Siantar. Tetapi pada usia yang ke enam tahun dia ditarik neneknya dari panti asuhan karena sebenarnya Immanuel masih mempunyai keluarga yang dekat dengan dia, dia
masih mempunyai nenek dan kakek dari pihak ayahnya di Siantar. Setelah Immanuel keluar dari panti asuhan, tidak lama kemudian dia melarikan diri dari rumah dan
memilih tinggal di jalanan di pasar Aksara. Empat Tahun menjadi anak jalanan di Pasar Aksara Medan, dia dicari oleh neneknya dan ditemukan di Aksara. Setelah
ditemukan di jalan dia dibawa pulang ke Siantar. Merasa jenuh tinggal di rumah, disana pun dia menjadi anak jalanan juga, hingga pada akhirnya kembali ke jalanan
Medan. Tidak lama kemudian dia dicari oleh kakek dan neneknya, tetapi kali ini dia tidak mau lagi kembali ke rumah sehingga sampai sekarang dia tetap tinggal di
jalanan. Kegiatan sehari-hari immanuel sama seperti teman-temannya yang lain
mengamen di lampu merah. Dia mengakui pendapatan sehari tidak menentu, paling sedikit dia mendapat Rp.40.000,-. Ngelem, main judi, merokok, dan minum minuman
keras tuak adalah kebiasaan sehari-hari dia bersama dengan teman-temannya. Immanuel mengakui bahwa dalam setengah hari dia bisa menghabiskan lem kambing
sebanyak 2 kaleng.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Immanuel, kekerasan adalah hal yang sering terjadi di jalanan antara sesama anak jalanan, antara anak jalanan dengan anak punk, maupun kekerasan yang
dialami secara pribadi dari preman sekitar. Tidak jarang diantara mereka berkelahi karena masalah uang, dan karena masalah-masalah sepele di jalanan. Masalah yang
paling sering terjadi adalah, anak punk dan preman sekitar mau meminta uang mereka dan pada akhirnya berkelahi kalau mereka tidak mau memberikan. Sedangkan
penyebab perkelahian di antara anak jalanan adalah diantara mereka sering terjadi kehilangan uang kemudian tidak mau meminjamkan gitar karena alasan balas
dendam. Dari pengakuan Immanuel, dia juga dan beberapa orang temannya sering menegelabui anak-anak jalanan yang masih kecil untuk mengambil uangnya dan
bahkan memintanya secara kasar.
4.3 Penyebab Anak Menjadi Anak Jalanan