Karakteristik Petani Responden Analisis Kinerja PKPBDD

1. Menjadi fasilitator PKPBDD dalam membina petani, baik yang berhubungan dengan program internal PKPBDD maupun yang berhubungan dengan program pihak ketiga Pemerintah 2. Menjamin keberlangsungan penyediaan produksi melalui manajemen produksi di tingkat petani. 3. Media PKPBDD dalam proses pembinaan dan hubungan bisnis kepada petani. 4. Menjaga hubungan petani dengan pendekatan dan memberikan informasi-informasi yang jelas dan tepat kepada Kelompok taniPetani. 5. Memberikan informasi tentang kenaikan dan penurunan harga beli koperasi kepada Kelompok TaniPetani secara rutin dengan membawa selebaran yang resmi. 6. Melakukan penelitian dan pengembangan yang berhubungan dengan pembinaan petani dan pengembangan hasil produksi, yang selanjutnya disampaikan kepada manajemenpengurus. 7. Sosialisasi pasca panen untuk para petani khususnya anggota koperasi untuk penanganan pasca panen di petani yang lebih baik, bekerja sama dengan Dinas Pertanian PPL dan KTNA.

5.3. Karakteristik Petani Responden

Petani belimbing yang menjadi responden penelitian berada di Kota Depok dan tersebar dalam lima kecamatan dengan jumlah responden 60 orang. Petani responden adalah laki-laki, sebagian besar berusia antara 31 – 40 tahun 38,33 persen dan telah berkeluarga dengan jumlah keluarga suami, istri, anak sebagian besar sebanyak 4 – 6 orang 48,33 persen. Responden menetapkan menanam belimbing sebagai mata pencaharian utama 70 persen, pekerjaan sampingan selain petani adalah buruh tani, pedagang, karyawan dan peternak. Tingkat pendidikan yang umum dimiliki petani responden adalah SMA atau sederajat 41,67 persen. Sebagian besar motivasi petani responden bertanam belimbing yaitu prospek belimbing menjanjikan 56,67 persen. Karakteristik petani responden dapat di lihat pada Tabel 8. Tabel 8. Karakteristik Petani Responden No. Karakteristik Kategori Jumlah Persentase 20-30 Tahun 5 8,33 31-40 Tahun 23 38,33 41-50 Tahun 19 31,67 1. Umur 50 Tahun 13 21,67 Total 60 60 Lajang 12 20 3 Orang 16 26,67 4-6 Orang 29 48,33 7-9 Orang 3 5 2. Jumlah keluarga suami, istri dan anak 10 Orang Total 60 60 Pekerjaan utama 42 70 3. Pekerjaan sebagai petani Pekerjaan sampingan 18 30 Total 60 60 SD 17 28,33 SMP 8 13,33 SMA 25 41,67 4. Pendidikan Perguruan Tinggi 10 16,67 Total 60 60 Usaha turun temurun 12 20 Prospek belimbing menjanjikan 34 56,67 Harga belimbing tinggi 6 10 5. Motivasi bertani lainnya 8 13,33 Total 60 60 VI HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1. Analisis Sistem Agribisnis Belimbing Dewa

Budidaya belimbing di Kota Depok telah dilakukan sejak tahun 1970 hingga sekarang. Keragaan kebun belimbing di Kota Depok tersebar di enam kecamatan. Selain ditanam di lahan tersendiri, tanaman belimbing juga ditanam di sekitar halaman rumah. Usahatani belimbing yang dilakukan masyarakat pada awalnya dilakukan secara tradisional dengan pemeliharaan seadanya. Semakin berkembangnya potensi belimbing, usahatani belimbing memberikan keuntungan yang cukup besar serta adanya perhatian pemerintah kota untuk mempertahankan ikon Depok sebagai daerah penghasil buah-buahan mendorong para petani untuk megusahakan belimbing lebih intensif.

6.1.1. Subsistem Pengadaan dan Penyaluran Sarana Produksi

Berdasarkan hasil penelitian, status kepemilikan lahan tanaman belimbing sebagian besar pemilik dan penggarap 60 persen, penggarap 30 persen dan kontrak atau sewa 10 persen. Biaya kontrak atau sewa lahan berkisar antara Rp 4.000.000,00 sampai Rp 10.000.000,00 per tahun tergantung umur pohon, semakin tua umur pohon maka biaya kontrasewa semakin mahal. Sedangkan luas lahan yang dimiliki petani sebagian besar kurang dari 0,5 hektar 80 persen, 0,6 – 1 hektar 16,67 persen dan lebih besar dari 1,1 hektar 8,33 persen. Keberadaan lahan untuk tanaman belimbing biasanya tidak jauh dari pemukiman penduduk ataupun terdapat pula di pekarangan rumah. Pola tanam belimbing yang dilakukan petani di tempat penelitian yaitu monokultur hanya menanam belimbing saja sebanyak 63,33 persen dan menanam belimbing dan jambu biji sebanyak 31,67 persen. Apabila umur tanaman belimbing kurang dari 2 tahun akan lebih baik dilakukan tumpang sari dengan polong-polongan untuk menyuburkan tanam. Tumpang sari cukup baik dilakukan di lahan tanaman belimbing karena akan dapat memperbaiki sanitasi dan menambah penghasilan petani. Penyediaan bibit belimbing oleh petani dilakukan secara swadaya, bibit di beli sendiri dengan harga Rp 5.000,00 – Rp 10.000,00 per bibit dengan ketinggian 0,5 – 1 meter, ketinggian ini sudah memenuhi SOP yang diterbitkan oleh Dinas Pertanian Kota Depok. Bantuan bibit dari pemerintah jumlahnya tidak mencukupi dengan kebutuhan petani. Berdasarkan SOP, pemilihan bibit harus memenuhi kriteria : 1. Bibit berumur enam bulan atau lebih. 2. Tinggi bibit 60 – 100 cm. 3. Tinggi mata tempel 10 – 20 cm di atas leher akar. 4. Diameter batang 1 – 1,5 cm. 5. Bentuk batang tegak bercabang tiga. Varietas belimbing yang ditanam oleh petani beragam, tetapi sebagian besar petani menanam varietas Dewa 71,7 persen, varietas Dewi 16,67 persen dan varietas lain Philipina, Sembiring, Semarang sebanyak 11,67 persen . Alasan petani lebih banyak menanam varietas Dewa karena seratnya yang halus, penampilannya lebih menarik, buah besar dan beratnya dapat mencapai 250 gram per buah. Rata-rata umur pohon belimbing yang terdapat di lokasi penelitian berumur 5 – 10 tahun 55 persen, 1 – 5 tahun 23,33 persen, 11 – 15 tahun 15 persen, dan 16 – 20 tahun 6,67 persen. Tanaman belimbing mulai dapat menghasilkan buah pada umur 2 tahun, tetapi jumlahnya tidak terlalu banyak berkisar 15 kg 75 – 100 buah per pohon. Semakin tua umur tanaman, maka semakin banyak jumlah buah yang dihasilkan perpohonnya. Umur produktif tanaman belimbing yaitu pada 5 – 25 tahun. Tanaman belimbing yang berumur 5 tahun dapat menghasilkan 50 kg belimbing 250 buah per pohon, sedangkan tanaman belimbing di atas 7 tahun dapat mencapai 120 kg belimbing 500 – 600 buah per pohon. Sebagian besar penyediaan pupuk, obat-obatan, mesin dan alat pertanian merupakan swadaya petani sendiri. Penggunaan input usahatani untuk 50 pohon umur 5 – 10 tahun per 0,5 hektar dalam satu kali musim panen dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Penggunaan Input Usahatani 1 x musim panen per 0,5 hektar No. Uraian Satuan umlah Fisik Harga per Satuan Rp. Kebutuhan1x musim panen a. Pupuk kandang Kg 20 5.000 20 kg b. Pupuk NPK Kg 50 100.000 25 kg Obat-obatan • Curacron Ml 500 97.000 1000 ml • Decis Ml 500 87.000 1000 ml • Gandasil A Kg 0,5 25.000 1 kg • Gandasil B Kg 0,5 25.000 1 kg c. • Dusban Ml 500 36.000 1000 ml d. bungkus Buah Buah 150 12.500 buah Penggunaan input usahatani yang paling memberatkan petani adalah obat- obatan. Curacron untuk ukuran 500 mililiter dengan harga Rp 97.000,00, Decis ukuran 500 mililiter dengan harga Rp 87.000,00, Gandasil B dan A ukuran 0,5 kilogram dengan harga Rp 25.000,00. Petani memperoleh obat-obatan dengan membeli sendiri ke toko pertanian. Sedangkan dalam pengadaan pupuk terdapat pula petani yang memperoleh pupuk dari Gapoktan yang menjual pupuk bersubsidi, beberapa petani tidak menggunakan pupuk bersubsidi karena jarak lahan dan Gapoktan tersebut sangat jauh dan harga yang ditawarkan hampir sama. Penggunaan input tenaga kerja yang sangat memberatkan petani yaitu pada saat kegiatan pembungkusan, tenaga kerja yang digunakan pada saat pembungkusan sebagian besar adalah tenaga kerja luar keluarga. Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui bahwa kebutuhan tenaga kerja untuk kegiatan pembungkusan sebanyak tujuh orang dengan waktu penyelesaian enam hari. Upah yang harus diberikan antara Rp 35.000,00 – Rp 45.000,00 per orang, terdapat pula sistem pemberian upah Rp. 125,00 tiap satu kali bungkus. Tabel 10. Penggunaan Tenaga Kerja Per 0,5 Hektar No. Kegiatan Waktu Penyele saian Hari Kebutuhan Tenaga Kerja orang Upah Rp.HOK

1. Penanaman

7 3 2. Pengolahan Lahan 7 2

3. Pemupukan

2 2 4. Pemangkasan 2 2 6. Penyemprotan 10 3 7. Pembungkusan 7 6 8. Panen 2 2 35.000 – 45.000 Keterangan : 1 HOK = 8 Jam Sebagian besar mesin dan alat pertanian yang digunakan petani belimbing yaitu cangkul, gergaji, pisau stek, mesin sedot air dan power sprayer. Penyediaan mesin dan alat petanian tersebut ada yang diperoleh melalui bantuan pemerintah dan sebagian besar dibeli sendiri oleh petani.

6.1.2. Subsistem Usahatani

1. Penanaman

Sebagian besar penanaman belimbing dilakukan oleh petani pada saat ketinggian bibit lebih besar dari satu meter dengan kedalaman tanam 50 meter dan lebar satu meter. Jarak tanam belimbing yang dilakukan oleh petani yaitu 6 x 5 meter sebanyak 31 petani 51,67 persen, 6 x 6 meter sebanyak 14 23,33 persen, 6 x 7 meter sebanyak empat petani 6,67 persen, 7 x 7 meter sebanyak 11 petani 18,33 persen. Jarak tanam yang dilakukan oleh petani tidak sesuai dengan SOP. Berdasarkan SOP yang diterbitkan oleh Dinas Pertanian Kota Depok jarak tanam yang sesuai yaitu 7 x 7 meter. Alasan petani tidak menerapkan SOP yaitu karena tanaman belimbing sudah tertanam sejak lama sebelum diterbitkannya SOP dan apabila menerapkan SOP petani merasa banyak lahan kosong, padahal semakin jauh jarak tanam belimbing akan menyebabkan cabang-cabang semakin menyamping dan menghasilkan buah yang lebih banyak. Penggunaan pupuk pada saat penanaman yaitu 50 persen pupuk kandang kambing dan 50 persen NPK. Pupuk kambing lebih banyak digunakan oleh petani karena sifat pupuk kandang kambing tidak terlalu lembab. Pada saat penanaman penggunaan input tenaga kerja lebih banyak digunakan tenaga kerja dalam keluarga.

2. PemeliharaanPemangkasan

Kegiatan pemeliharaan dilakukan pada saat ranting-ranting kecil keluar. Kegiatan pemangkasan tidak boleh dilakukan terlalu terang karena akan mengganggu pertumbuhan pohon. Kegiatan pemeliharaan lebih banyak digunakan tenaga kerja dalam keluarga. Kegiatan ini dilakukan setelah panen buah terakhir. Pada kegiatan pemangkasan dilakukan identifikasi letak atau bagian yang akan dipangkas yaitu cabang atau ranting yang tidak produktif, cabang atau ranting yang rusak terkene OPT dan cabang atau ranting yang mati.

3. Pemupukan

Penggunaan pupuk kandang dan NPK jarang dilakukan, penggunaan pupuk kandang domba dilakukan 3 – 6 bulan sekali dengan dosis 50 kilogram perpohon. Sedangkan penyemprotan obat-obatan dilakukan satu minggu dua kali dengan sistem oplosan. Curacron, Decis dan Dusban digunakan sebagai pestisida, sedangkan Gandasil B sebagai perangsang bunga dan Gandasil A perangsang buah. Pada musim hujan frekuensi penggunaan input obat-obatan dua kali lebih banyak dibandingkan musim kemarau, hal tersebut disebabkan obat-obatan yang telah disemprotkan hilang tersiram air hujan. Berdasarkan SOP dosis pemupukan buah dapat dlihat pada Tabel11 : Tabel 11. Dosis Pemupukan Buah Berdasarkan SOP Jenis dan Dosis Pupuk Waktu Pemupukan Pupuk Kandang Kg NPK 15 : 15 : 15 Kg 3 – 12 bulan setelah tanam 20 - 30 0,2 – 0,3 per empat bulan 1 – 3 tahun setelah tanam 30 - 40 0,4 – 0,6 3 – 4 minggu sekali pada tanaman produktif Pupuk daun Sesuai dosis anjuran Kegiatan pemupukan dan penyemprotan lebih banyak digunakan tenaga kerja dalam keluarga dengan menggunakan mesin steam. Organisme Pengganggu Tanaman OPT yang sering menyerang pohon belimbing yaitu : 1. Lalat buah Untuk menghindari serangan lalat buah dilakukan pembungkusan 3 – 4 minggu setelah buah terbentuk dan buah yang terserang lalat buah dibenamkan dalam tanah. Dalam pengendaliaan lalat buah digunakan Petrogenol dengan dosis 50 mililiter untuk 50 pohon belimbing. 2. Jamur upas Menyerang batang seperti lapisan gabus tebal. 3. Ulat penggerek buah 4. Embun jelaga dan kutu.

4. Pembungkusan

Jarak pohon belimbing mulai berbunga sampai pembungkusan yaitu 1,5 bulan. Pembungkusan akan dilakukan lebih cepat apabila musim hujan. Pembungkusan dilakukan pada saat ukuran buah sebesar jempol kaki. Pembungkusan buah dilakukan untuk mencegah kerontokkan buah akibat gangguan hama dan bertujuan menghasilkan buah yang besar, bersih dan menarik. Ciri-ciri buah belimbing siap dibungkus yaitu batang terlihat coklat dan warna buah hijau tua. Sebelum dilakukan pembungkusan, terlebih dahulu dilakukan penjarangan buah pada saat ukuran buah 2 – 3 cm atau 15 – 20 hari sejak bunga mekar. Buah yang dibuang yaitu yang memiliki ciri-ciri bentuk dan ukurannya tidak normal, buah terserang OPT, terdapat diujung ranting atau cabang, daam satu domplotan terdapat ebih dari dua buah. Bahan yang digunakan untuk pembungkusan buah belimbing yaitu kertas karbon dan plastik mulsa, masing-masing bahan tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan. Kertas karbon memiliki kelebihan yaitu bahan ringan, sinar matahari tidak langsung masuk ke buah, buah tumbuh dengan baik dan warnanya kuning mengkilap. Sedangkan kelemahannya kertas karbon sulit diperoleh dan harganya lebih mahal. Plastik mulsa memiliki kelebihan yaitu harga lebih murah, tidak mudah rusak apabila terkena air hujan dan dapat digunakan beberapa kali pemakaian. Sedangkan kelemahannya bahan terlalu lembab dan buah yang dihasilkan lebih kecil dan berwarna pucat, waktu pembungkusan buah lebih lama. Waktu pembungkusan sampai dengan panen apabila menggunakan kertas karbon yaitu 45 hari sedangkan plastik mulsa 50 hari.

5. Panen

Kegiatan pemanenan dilakukan pada saat umur buah 50 hari. Sebanyak 93,33 persen petani menyatakan musim panen dilakukan tiga kali dalam setahun. Tingkat kegagalan karena kerontokkan buah yang telah dibungkus dan siap untuk dipanen adalah 20 persen, hal ini disebabkan karena buah yang sudah dibungkus mudah rontok. Berdasarkan hasil wawancara, rata-rata hasil panen belimbing petani yaitu 1 - 2 ton 73,33 persen, 3,1 – 4 ton per panen 3,33 persen dan lebih kecil dari satu ton 13,33 persen. Rata-rata hasil panen petani belum sesuai dengan target mutu yang diharapkan. Rata-rata hasil panen petani tiap pohon per musim panen yaitu : • Umur 2–4 tahun : 225 - 300 buahpohontahun 45 kg • Umur 5–9 tahun : 450 – 900 buahpohontahun 150 kg • Umur 15 tahun : 1950 buahpohontahun 390 kg Sedangkan target mutu yang diharapkan dicapai dari penerapan SOP belimbing Dewa Kota Depok menyangkut tiga aspek yaitu : 1. Produktivitas tiap pohon per tahun • Umur 2–4 tahun : 500 buahpohontahun 3 kali panen • Umur 5–9 tahun : 500 – 1.200 buahpohontahun • Umur 15 tahun : 2.000 buahpohontahun 2. Mutu buah hasil panen : • Tidak cacat • Bebas cemaran fisik tanah, kotoran • Ukuran buah seragam sesuai kelas • Tidak memar • Bebas cemaran OPT dan pestisida • Warna dan bentuk seragam 3. Proporsi kelas buah hasil panen berdasarkan berat buah atau jumlah buah per kilogram dari setiap pohon • Kelas A buah dengan berat 250 grambuah 40 • Kelas B buah dengan berat 200 – 250 grambuah 50 • Kelas C buah dengan berat 200 grambuah 10 Dalam pelaksanaan usahatani, petani dapat menghadapi risiko-risiko seperti risiko produksi penurunan volume dan mutu produk, risiko kerugian karena kecelakaan dan bencana alam dan risiko perubahan harga. Risiko kemungkinan menurunnya kualitas produksi dapat ditanggulangi dengan penerapan teknologi budidaya dan teknologi pasca panen yang tepat. Sedangkan risiko pasar dapat ditanggulangi dengan diversifikasi. Diversifikasi merupakan salah satu cara untuk mengeliminasi risiko, bentuk diversifikasi yang dilakukan oleh petani belimbing di lokasi penelitian yaitu dengan menanam jambu biji.

6.1.3. Subsistem Pengolahan

Berdasarkan hasil penelitian terdapat tujuh hasil olahan belimbing oleh UKM yaitu juice belimbing dengan merek dagang Kyko dan Winner terdapat di Kecamatan Sawangan Baru, sari buah belimbing, keripik belimbing, belimbing instant, dodol belimbing, selai belimbing dan sirup belimbing. Sebagian besar bahan baku UKM tersebut disediakan sendiri karena UKM tersebut memiliki kebun belimbing sendiri dan terdapat pula yang membeli bahan baku belimbing grade C dari PKPBDD dengan sistem curah. Pemasaran tujuh hasil olahan UKM dipasarkan oleh PKPBDD, melalui internet, pemasaran di Kantor Walikota Depok dengan sistem pesanan, melalui pameran- pameran dalam dan luar negeri dan distribusi langsung ke pasar tradisional dan warung- warung. Hambatan yang dihadapi UKM olahan belimbing yaitu apabila belimbing langka sehingga tidak dapat memenuhi permintaan. Untuk memfasilitasi petani dalam penyaluran hasil panen, pemerintah Kota Depok pada tahun 2008 telah mendirikan pabrik pengolahan belimbing di Kelurahan Sawangan Baru. Namun sampai saat ini pabrik pengolahan ini belum beroperasi.

6.1.4. Subsistem tataniagapemasaran

Petani menjual hasil panen belimbingnya melalui beberapa pola pemasaran yaitu : 1. Petani menjual belimbing ke PKPBDD 2. Petani menjual belimbing ke tengkulak Berdasarkan hasil pengamatan di lokasi penelitian dapat diketahui bahwa responden menjual hasil panennya ke tengkulak selain ke PKPBDD 46 petani 76,67 persen, 15 persen menjual belimbing hanya ke PKPBDD dan sisanya hanya 8,33 persen menjual ke pasar tradisional. Hasil panen belimbing petani dipasarkan oleh tengkulak lebih banyak ke pasar tradisional yaitu Pasar Minggu, Pondok Labu, Citayam dan Tangerang. Proses aliran belimbing dari petani ke PKPBDD yaitu petaniKelompok Tani KorWil Divisi Produksi PKPBDD Sortasi Konsumen pasar modern, pasar tradisional, UKM pengolahan. Pembelian belimbing dari petani oleh tengkulak sebagian besar dengan cara pembelian perbuah tanpa sistem grade, sedangkan oleh PKPBDD dengan sistem perkilogram menggunakan grade. Petani memperoleh keuntungan yang lebih besar apabila menjual hasil panennya ke PKPBDD dibanding dengan hanya menjual kepada tengkulak. Keuntungan yang diperoleh apabila petani menjual ke tengkulak yaitu Rp 2.000,00 dengan sistem perbuah, sedangkan keuntungan jika menjual ke PKPBDD yaitu Rp 4.000,00 perkilorgam. Dengan perhitungan biaya produksi satu buah belimbing Rp 400,00 dan harga beli tengkulak Rp 800,00 perbuah, sedangkan PKPBDD Rp 6.000,00 perkilogram. Akan tetapi petani masih ketergantungan pada tengkulak karena pada saat panen raya PKPBDD kesulitan dalam pendistribusian belimbing ke konsumen dan petani terpaksa menjual belimbing kepada tengkulak dengan sistem ijon karena desakan kebutuhan keluarga dan kebutuhan operasional usahatani. Petani sering meminjam modal uang untuk membeli sarana produksi pertanian. Hal ini menyebabkan petani mengikuti harga yang telah ditentukan tengkulak, dengan demikian berpengaruh pada lemahnya posisi tawar petani dalam menentukan harga. Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh tengkulak dan PKPBDD yaitu : 1. Fungsi pertukaran, meliputi : a. Fungsi usaha pembelian b. Fungsi usaha penjualan 2. Fungsi fisik pemasaran, meliputi : a. Fungsi usaha penyimpanan b. Fungsi usaha pengangkutan Sedangkan kelebihan PKPBDD dibanding lembaga pemasaran lain telah melakukan fungsi fasilitas pemasaran berupa standarisasi dan penggolongan produk, fungsi penanggungan risiko dan fungsi penyediaan informasi harga. PKPBDD telah melakukan fungsi standarisasi dan penggolongan produk dengan sistem grade. Fungsi penanggulangan risiko dilakukan PKPBDD dengan cara menerima dan tetap membayar kepada petani apabila belimbing tidak dapat dipasarkan oleh PKPBDD, sedangkan fungsi penyediaan informasi harga yaitu petani dapat dengan mudah mengetahui harga beli yang telah ditetapkan oleh PKPBDD. Strukur pasar dalam pemasaran belimbing yang terjadi di lokasi penelitian jika dilihat dari sisi pembeli yaitu pasar oligopsoni. Petani sebagai penjual berjumlah cukup banyak, sedangkan tengkulak dan PKPBDD sebagai pembeli jumlahnya terbatas. Sehingga kondisi ini menyebabkan petani sebagai penerima harga price taker karena tidak memiliki kekuatan tawar. Tetapi pada penetapan harga oleh PKPBDD, petani tidak dirugikan karena penetapan harganya lebih menguntungkan bagi petani.

6.1.5. Lembaga penunjang

Keberhasilan dalam pengembangan komoditas belimbing Depok sebagai salah satu komoditas potensial di Kota Depok harus didukung dengan adanya kebijakan pemerintah dalam bidang teknologi, infrastruktur, kelembagaan, permodalan dan pemasaran. Dukungan kebijakan mempunyai peran yang sangat penting, tidak semua infrastruktur pertanian dapat disediakan secara swadaya oleh pelaku agribisnis. Bimbingan dari pemerintah melalui Petugas Penyuluh Lapang PPL Dinas Pertanian Kota Depok tidak dilakukan secara regular. Hal ini disebabkan karena jumlah PPL tidak sebanding dengan banyaknya petani, dalam satu kecamatan hanya terdapat satu petugas PPL. Bimbingan budidaya dan pengendalian OPT yang sangat dibutuhkan oleh petani dirasakan sebagian besar hanya pada saat pemberian bibit saja. Program Primatani dari Departemen Pertanian yang merupakan program rintisan dan akselerasi pemasyarakatan inovasi teknologi pertanian hanya diterapkan di Kelurahan Pasir Putih Kecamatan Sawangan. Padahal tujuan utama Primatani untuk mempercepat adopsi teknologi inovatif terutama yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian serta untuk memperoleh umpan balik mengenai karakteristik teknologi tepat guna spesifik pengguna dan lokasi sangat diperlukan oleh petani. Program Primatani ini seharusnya dapat membantu petani belimbing Dewa di Kota Depok dalam penerapan teknologi baru untuk meningkatkan kesejahteraan petani sendiri. Pada tahun 2009 ini, Bank Mandiri sebagai lembaga penunjang permodalan memberikan bantuan kepada 116 petani melalui Program Kemitraan Bina Lingkungan PKBL dengan PKPBDD sebagai fasilitator dan pihak penjamin, sehingga petani tidak perlu memberikan agunan untuk mendapatkan pinjaman tersebut. Besarnya bunga yang dibebankan kepada petani yaitu enam persen pertahun, dengan jumlah pinjaman sebesar Rp 5.000.000,00 - Rp 20.000.000,00. Peran PKPBDD sebagai lembaga penunjang dalam pemasaran diharapkan ditingkatkan. PKPBDD diharapkan berperan sebagai pintu pemasaran belimbing Dewa di Kota Depok yang akan meningkatkan kesejahteraan petani melalui peningkatan daya tawar petani dan kesejahteraannya. Bagan sistem agribisnis belimbing Dewa dapat dilihat pada Gambar 6. SUBSISTEM I SUBSISTEM II SUBSISTE M III SUBSISTE M IV Lembaga Pendukung • + • , • - • • . , Gambar 6. Sistem Agribisnis Belimbing Dewa Berdasarkan analisis sistem agribisnis belimbing Dewa di atas, sistem agribisnis belimbing Dewa di Kota Depok belum terintegrasi secara vertikal dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari penyediaan pupuk dan obat-obatan bersubsidi yang dikelola oleh Gapoktan belum dirasakan manfaatnya secara merata. Bimbingan PPL yang diharapkan dapat membantu permasalahan petani dalam penaggulangan OPT belum optimal. Perusahaan pengolahan belimbing yang seharusnya dapat menyerap belimbing pada saat panen raya belum bisa melakukan produksi dengan optimal karena terkendala dalam pemasarannya. Keberadaan Primatani sebagai sarana adopsi teknologi inovatif belum bisa terserap oleh petani dan belum dirasakan manfaatnya secara nyata oleh petani. PKPBDD lebih banyak berfungsi pada pemasaran, sebaiknya PKPBDD meningkatkan perananya pada subsistem lain. Berdasarkan analisis deskriptif dan teori koperasi 10 , penamaan Pusat Koperasi Pemasaran Belimbing Dewa Depok kurang tepat diberikan, karena nama pusat koperasi seharusnya merupakan koperasi sekunder yang terdiri dari tiga koperasi primer belimbing tidak terdapat pada PKPBDD ini. Sumber permodalan koperasi seharusnya terdiri dari simpanan pokok, simpanan wajib dan hibah. Sedangkan pada PKPBDD sumber permodalannya hanya dari bantuan pemerintah melalui program PPK-IPM, hal inilah yang menyebabkan rasa memiliki dari para anggota PKPBDD masih rendah. Seharusnya koperasi dibentuk atas dasar kesadaran para anggotanya untuk memajukan kepentingan bersama.

6.2. Analisis Kinerja PKPBDD

Peran koperasi menjadi hal yang sangat penting dalam sektor agribisnis, hal ini disebabkan karena petani pada umumnya memiliki posisi tawar yang rendah, pasar produk agribisnis umumnya dikuasai oleh pembeli, besarnya permintaan dari para pembeli produk agribisnis umumnya baru dapat dipenuhi dengan menggabungkan volume produksi banyak petani, kualitas produksi bervariasi sehingga menyulitkan dalam proses pemasaran, rendahnya kemampuan petani menjangkau berbagai alternatif pembeli, kualitas sumberdaya manusia petani umumnya relatif rendah. 10 Bab II Tinjauan Pustaka Halaman 14. Sejak PKPBDD beroperasi pada tahun 2008, telah cukup banyak peran yang dilakukan untuk meningkatkan posisi tawar petani dan sebagai lembaga yang membantu petani dalam pemasaran belimbing. Untuk mengetahui peran yang telah dilakukan oleh PKPBDD selama ini dapat diketahui melalui analisis kinerja PKPBDD. Kinerja PKPBDD dianalisis dengan menggunakan metode Importance and Performance Analysis IPA. Metode ini dapat melihat tingkat kinerja PKPBDD yang akan diukur dalam kaitannya dengan apa yang seharusnya dikerjakan oleh PKPBDD untuk meningkatkan kesejahteraan anggota. Untuk mengetahui tingkat kinerja PKPBDD secara keseluruhan dan mengetahui atribut yang perlu mendapat perhatian, perlu dilakukan penilaian terhadap tingkat kepentingan dan kinerja atribut. Dari tingkat kepentingan dan kinerja dapat diketahui sejauh mana tingkat kinerja PKPBDD terhadap atribut yang telah dijalankan selama ini. Atribut yang menjadi pertimbangan petani terdapat 12 atribut yang merupakan atribut pemasaran yaitu daya tampung belimbing, harga beli belimbing, pemasaran belimbing oleh PKPBDD, pinjaman bagi petani, pengambilan hasil panen ke petani, pembayaran oleh PKPBDD kepada petani, penimbangan dan pengelompokkan belimbing dalam grade , kemudahan menghubungi PKPBDD, kebersihan dan kerapihan dalam pengemasan belimbing, penyediaan fasilitas PKPBDD, tabungan petani, PKPBDD sebagai tempat penghubung antara petani adanya forum komunikasi antar petani. Atribut-atribut tersebut dihitung sehingga diperoleh nilai rata-rata tingkat kepentingan dan kinerja dari masing-masing atribut. Selanjutnya menghitung rata-rata nilai tingkat kepentingan dan kinerja seluruh atribut. Nilai-nilai tersebut kemudian diplotkan ke dalam diagram kartesius. Pada akhirnya akan terbentuk diagram kartesius yang menunjukkan posisi setiap atribut pada kuadran tertentu. Perhitungan tingkat sikap dan harapan petani dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Penilaian Rata-Rata Importance Performance Analysis Kinerja No Atribut Tingkat Kepentinga n Xi Kinerja Yi 1 Daya tampung belimbing oleh PKPBDD 4,55 3,03 2 Harga beli belimbing oleh PKPBDD 4,58 4,03 3 Pemasaran belimbing oleh PKPBDD 4,35 3,05 4 Pinjaman bagi petani 4,37 3,27 5 Pengambilan hasil panen ke petani 4,33 4,20 6 Pembayaran oleh PKPBDD kepada petani 4,53 3,95 7 Penimbangan dan pengelompokkan belimbing dalam grade 4,57 4,32 8 Kemudahan menghubungi PKPBDD 3,98 3,47 9 Kebersihan dan kerapihan dalam pengemasan belimbing 4,10 3,40 10 Penyediaan fasilitas PKPBDD 3,95 3,47 11 Tabungan petani 4,33 4,18 12 PKPBDD sebagai tempat penghubung antar petani adanya forum komunikasi antar petani 3,83 2,92 Total 51,48 43,28 Rata-Rata Xi , Yi 4,29 3,61 Matriks IPA terdiri dari empat kuadran yaitu kuadran I adalah prioritas utama kepentingan tinggi, kinerja rendah, kuadran II adalah pertahankan prestasi kepentingan tinggi, kinerja tinggi, kuadran III adalah prioritas rendah kepentingan rendah, kinerja rendah dan kuadran IV adalah berlebihan kepentingan rendah, kinerja tinggi. Antar kuadran dipisahkan oleh sumbu Xi dan Yi , dimana sumbu Yi adalah rata-rata dari rata-rata bobot tingkat kepentingan, sedangkan Xi adalah rata-rata dari rata-rata bobot tingkat kinerja seluruh atribut. Dari perhitungan yang telah dilakukan diperoleh Xi = 4,29 dan Yi = 3,61. Tampilan dari matriks IPA untuk penilaian terhadap kinerja PKPBDD dapat dilihat pada Gambar 7., Gambar 7. Matriks IPA Untuk Kinerja PKPBDD Keterangan : 1. Daya tampung belimbing 2. Harga beli belimbing oleh PKPBDD 3. Pemasaran belimbing oleh PKPBDD 4. Pinjaman untuk petani 5. Pengambilan hasil panen ke petani 6. Pembayaran oleh PKPBDD kepada petani 7. Ketepatan dalam penimbangan dan pengelompokkan belimbing dalam grade 8. Kemudahan menghubungi PKPBDD 9. Kebersihan dan kerapihan dalam pengemasan belimbing 10. Penyediaan fasilitas PKPBDD 11. Tabungan petani 12. PKPBDD sebagai tempat penghubung antara petani adanya forum komunikasi antar petani

1. Kuadran I Prioritas Utama

Pada kuadran I terdapat tiga atribut yaitu atribut daya tampung belimbing, pemasaran belimbing dan pinjaman untuk petani. Atribut yang berada pada kuadran I ini memiliki tingkat kepentingan di atas rata-rata namun tingkat kinerja dibawah nilai rata-rata atau rendah, artinya petani menuntut adanya peningkatan atribut tersebut. PKPBDD hendaknya melakukan usaha untuk meningkatkan kesejahteraan petani, yang berarti bahwa atribut-atribut ini perlu ditingkatkan agar kesejahteraan petani dapat tercapai. PKPBDD harus melakukan perbaikan secara terus menerus sehingga performance atribut yang ada dalam kuadran ini akan meningkat. Petani menganggap atribut daya tampung belimbing oleh PKPBDD perlu ditingkatkan menjadi keinginan petani karena alasan petani menjual belimbing ke tengkulak disebabkan PKPBDD tidak dapat menampung belimbing pada saat panen raya, walaupun sebenarnya sebagian besar petani telah memiliki pasar sendiri seperti tengkulak yang merupakan keluarga petani sendiri dan kemudahan petani untuk keluar masuk pasar tradisional, tetapi atribut ini diinginkan petani karena dapat memudahkan petani dalam penjualan sehingga petani tidak perlu menjual hasil panennya ke beberapa lembaga pemasaran. Petani menganggap atribut pemasaran belimbing oleh PKPBDD perlu ditingkatkan karena kondisi yang terjadi selama satu tahun ini PKPBDD belum dapat menyalurkan belimbing hasil panen petani pada saat panen raya. Seperti kondisi yang terjadi pada bulan Januari dan Februari tahun 2008 dimana terjadi panen raya tahunan, PKPBDD tidak dapat menyalurkan sekitar 30 ton hasil panen petani Tabel 13. Tabel 13. Penerimaan dan Penjualan Belimbing di PKPBDD Bulan Januari – Desember 2008 No. Bulan Penerimaan Kg Penjualan Kg Selisih Kg 1. Januari 55.700 17.861,5 37.838,5 2. Februari 61.800 31.504,5 30.295,5 3. Maret 19.700 16.972,5 2.727,5 4. April 27.100 25.146,6 1.953,4 5. Mei 31.600 25.962,7 5.637,3 6. Juni 49.900 46.499,0 3.401,0 7. Juli 25.500 24.147,0 1.353,0 8. Agustus 30.000 27.635,1 2.364,9 9. September 35.800 29.742,0 6.058,0 10. Oktober 10.800 10.335,0 465,0 11. November 18.500 17.775,0 725,0 12. Desember 19.500 16.592,0 2.908,0 Sumber : PKPBDD, 2008 Sebenarnya PKPBDD telah melakukan pemasaran yang cukup baik, bukan hanya untuk pasar tradisional tapi juga pasar modern. Dengan pengemasan yang lebih rapi dan bersih, belimbing PKPBDD dapat masuk ke beberapa tempat pemasaran Tabel 14. Tabel 14. Pelanggan Produk Belimbing Segar di PKPBDD No. Pelanggan Alamat Rata-Rata Jumlah Pesanan Per Bulan Kg 1. PT Carrefour Kantor Pusat Carrefour Lt 3 Cr Lb. Bulus Jakarta 7.955 2. PT. Makro Indonesia Pasar Rebo 3.733 3. PT Lion Superindo Cikarang Selatan 1.540 4. Total Buah Segar Slipi, Kelapa Gading, Pondok Indah, Wolter M 1.087 5. Jakarta Fruit Market Kelapa Gading, Green Ville, Pluit 496 6. All Fresh Gatot Subroto 283 7. UD Langgeng Buah Pasar Induk Kramat Jati 1.234 8. Duta Buah Jakarta 67 9. Top Buah Bekasi 92,1 10. Maxim Fruit Market Gajah Mada 86,5 11. UKM Pengolahan Depok 1.736 12. Papa Ho Bogor 42,4 13. Pembeli Lain 12.459,5 Jumlah 25.816,5 Sumber : Data PKPBDD Diolah, 2009 Petani menganggap kemudahan dalam memperoleh pinjaman menjadi atribut yang sangat diharapkan, padahal sebesar 86,67 persen petani menggunakan modal sendiri untuk kegiatan usahataninya. Petani beranggapan bahwa apabila mendapatkan modal tambahan dengan beban bunga kecil mereka dapat mengembangkan usahataninya dengan cara menyewa lahan belimbing, sehingga dapat meningkatkan pendapatannya.

2. Kuadran II Pertahankan Prestasi

Kuadran II terdapat lima atribut yaitu harga beli belimbing oleh PKPBDD, pengambilan hasil panen ke petani, pembayaran oleh PKPBDD kepada petani, ketepatan dalam penimbangan dan pengelompokkan belimbing dalam grade, tabungan petani. Pada umumnya atribut-atribut tersebut sudah dilaksanakan oleh PKPBDD, sehingga petani sudah dapat merasakan keuntungannya dari penerapan atribut ini. Atribut-atribut ini memiliki tingkat kinerja yang tinggi dan disertai dengan tingkat kepentingan yang tinggi sehingga hal ini harus dipertahankan oleh PKPBDD, karena atribut-atribut inilah yang bermanfaat bagi petani dan menjadikan jasa PKPBDD unggul di mata petani. Atribut harga beli belimbing oleh PKPBDD perlu dipertahankan sehingga kesejahteraan petani meningkat. Harga beli belimbing oleh PKPBDD diharapkan dapat menjadi atribut yang membedakan antara PKPBDD dengan lembaga pemasaran lainnya tengkulak dan pedagang pengumpul, sehingga rasa memiliki dan jumlah keanggotaan petani dalam PKPBDD meningkat. Harga pembelian belimbing oleh koperasi lebih tinggi dibandingkan lembaga pemasaran lainnya tengkulak, pedagang pengumpul, pedagang pengecer. Penetapan harga dengan menggunakan sistem perkilogram dirasakan lebih menguntungkan bagi petani, karena selama ini petani lebih banyak menggunakan sistem pembelian perbuah yang ditetapkan oleh tengkulak. Harga yang ditetapkan oleh koperasi untuk grade A Rp 5.000,00 - Rp 6000,00 perkilogram, grade B Rp 3.000,00 – Rp 4.000,00 perkilogram, grade C Rp 1.000,00 – Rp 2.000,00 perkilogram, dengan penetapan harga ditetapkan oleh pengurus PKPBDD. Sedangkan penetapan harga oleh tengkulak Rp 800,00 – Rp 1000,00 perbuah, adapun apabila dilakukan penetapan harga perkilogram oleh tengkulak harganya lebih rendah yaitu Rp 3.000,00 – Rp 4.000,00 dengan penetapan harga tidak menggunakan sistem grade . Pengambilan hasil panen ke petani menjadi atribut yang harus dipertahankan disebabkan karena sifat belimbing yang mudah rusak sehingga diperlukan penanganan pasca panen yang cepat. PKPBDD memberikan pelayanan kepada anggotanya dengan menjemput langsung hasil panen ke kebun petani, sehingga petani tidak perlu mengeluarkan biaya pengangkutan. Sistem pengangkutan dan pengemasan belimbing oleh PKPBDD menggunakan keranjang plastik dan kertas koran, sehingga kualitas belimbing terjaga. Sistem pembayaran dua kali dalam seminggu menyebabkan petani mengharapkan kecepatan dalam pembayaran oleh PKPBDD ini dipertahankan. Petani tidak menjadikan atribut ini sebagai atribut yang sangat diharapkan karena dengan sistem pembayaran tersebut lebih baik dibandingkan dengan sistem pembayaran yang diterapkan oleh tengkulak. Petani akan memperoleh rekap jumlah dan grade belimbing yang dikirim ke PKPBDD sehingga petani memperoleh transparansi hasil panen. Supaya meningkatkan peran PKPBDD lebih unggul dimata petani, diharapkan PKPBDD dapat mempercepat pembayaran. PKPBDD melakukan sistem pembayaran dengan transparan. Tiap petani yang menjual hasil panennya ke koperasi akan memperoleh rekap mengenai harga dan jumlah uang yang akan diterima. Rekap harga tersebut dipegang oleh Koordinator Wilayah KorWil dari masing-masing kecamatan. Pembayaran oleh PKPBDD kepada KorWil dilakukan setiap hari Selasa dan Jum’at, untuk selanjutnya KorWil melakukan pembayaran kepada anggotanya. Sistem ini lebih baik daripada sistem yang dilakukan oleh tengkulak yang lebih sering mengambil hasil panen petani terlebih dahulu, sedangkan pembayarannya setelah belimbing laku terjual ataupun menggunakan sistem ijon. Petani menjadikan penimbangan dan pengelompokkan belimbing dalam grade perlu dipertahankan karena sistem yang telah dijalankan selama ini cukup memuaskan petani. Atribut tabungan petani harus dipertahankan karena tabungan yang di simpan dapat diambil sewaktu-waktu dan dapat digunakan untuk membeli kebutuhan usahatani. Sejak akhir tahun 2008, PKPBDD menyediakan fasilitas tabungan bagi petani. Setiap pembayaran hasil panen belimbing petani hasilnya akan dikurangi 10 persen sebagai tabungan. Tabungan tersebut dapat diambil setiap waktu oleh petani. Alasan diadakannya tabungan petani untuk membantu petani dalam masalah keuangan, karena yang terjadi selama ini petani selalu kesulitan keuangan apabila belum panen sedangkan pohon belimbing memerlukan pupuk dan obat-obatan. Akibat keadaan tersebut petani terpaksa menyerahkan hasil panennya kepada tengkulak dengan sistem ijon untuk mendapatkan uang dimuka guna membiaya kegiatan operasional usahataninya.

3. Kuadran III Prioritas Rendah

Kuadran III terdapat empat atribut yaitu kemudahan menghubungi PKPBDD, kebersihan dan kerapihan dalam pengemasan belimbing, penyediaan fasilitas PKPBDD, PKPBDD sebagai tempat penghubung antara petani adanya forum komunikasi antar petani. Jika dilihat dari tingkat kepentingannya, atribut-atribut ini kurang dianggap penting. Tetapi jika dilihat dari tingkat kinerjanya cukup baik. Petani mengabaikan atribut-atribut yang terletak pada posisi ini. Peningkatan atribut-atribut yang termasuk dalam dalam kuadran ini dapat dipertimbangkan kembali karena pengaruhnya terhadap manfaat yang dirasakan oleh petani sangat kecil. Kemudahan menghubungi PKPBDD menjadi atribut yang cukup diharapkan petani karena petani sudah dapat dengan mudah menghubungi PKPBDD melalui KorWil di setiap kecamatan untuk mengetahui harga beli belimbing apabila harganya sewaktu-waktu berubah, informasi jadwal pemetikan dan pengambilan hasil panen serta mengetahui informasi pembayaran. Atribut kebersihan dan kerapian dalam pengemasan belimbing pelaksanaannya di lapangan dirasakan petani sudah cukup baik. Pengurus PKPBDD sudah melaksanakan proses pasca panen dengan baik, belimbing yang akan di bawa ke PKPBDD disusun dengan menggunakan kertas koran dan keranjang plastik sehingga risiko kerusakan dapat diminimalisir. Penyediaan fasilitas PKPBDD seperti keranjang, timbangan dan mobil pengangkutan lebih lengkap, cukup baik bagi petani karena penyediaan fasilitas yang telah disediakan sudah mencukupi kebutuhan tetapi terkadang kekurangan fasilitas pada saat panen raya. PKPBDD sebagai tempat penghubung antar petani dianggap cukup penting, karena para petani sudah tergabung dalam kelompok tani di masing-masing kecamatan.

4. Kuadran IV Berlebihan

Atribut-atribut yang berada pada kuadran IV menurut petani dianggap kurang penting dan dirasakan terlalu berlebihan. Atribut-atribut yang termasuk dalam kuadran ini dapat dikurangi agar PKPBDD dapat menghemat biaya. Berdasarkan hasil wawncara dengan petani, petani belum menganggap ada atribut-atribut PKPBDD yang dirasakan berlebihan dan kurang bermanfaat. Berdasarkan matriks IPA di atas, kinerja PKPBDD yang perlu dipertahankan peranannya yaitu harga beli belimbing oleh PKPBDD, pengambilan hasil panen ke petani, pembayaran oleh PKPBDD kepada petani, ketepatan dalam penimbangan dan pengelompokkan belimbing dalam grade, tabungan petani. Sedangkan kinerja PKPBDD yang perlu ditingkatkan peranannya demi kesejahteraan petani dan pengembangan sistem agribisnis belimbing Dewa yaitu daya tampung belimbing, pemasaran belimbing dan pinjaman untuk petani. 6.3. Implikasi Peran PKPBDD Terhadap Petani Dalam Pengembangan Sistem Agribisnis Belimbing Dewa Berdasarkan analisis sistem agribisnis belimbing Dewa dan analisis kinerja PKPBDD yang telah dijalankan selama ini, PKPBDD sebagai lembaga penunjang diharapkan dapat berperan dalam pengembangan sistem agribisnis belimbing Dewa di Kota Depok. PKPBDD diharapkan dapat meningkatkan peranannya pada : 1. Subsistem pengadaan dan penyediaan sarana produksi seperti pupuk, obat-obatan dan pembungkus buah. Untuk menghasilkan belimbing berkualitas diperlukan pemenuhan penyediaan sarana produksi. Peran PKPBDD dalam agribisnis hulu ini diutamakan dalam pengadaan, penyediaan dan penyaluran input produksi. PKPBDD harus dapat berperan menjamin akses petani dan ketersediaan dalam jumlah yang cukup, mutu yang sesuai kebutuhan, dan harga yang wajar berbagai sarana produksi terutama pupuk dan obat- obatan. Pelaksanaan peran PKPBDD dalam penyediaan sarana produksi bagi petani dengan cara PKPBDD dapat mengajukan diri kepada Dinas Pertanian untuk berperan sebagai lembaga resmi dalam penyaluran sarana produksi bagi petani. Sistem penyaluran sarana produksi dari PKPBDD ke petani dapat dilakukan melalui KorWil di masing-masing kecamatan. Sedangkan sistem pembayaran sarana produksi yang sudah digunakan oleh petani dapat dipotong atau dikurangi dari uang pembayaran hasil penjualan belimbing petani kepada PKPBDD. PKPBDD diharapkan mampu melakukan pengorganisasian sumber daya berupa input-input dan sarana produksi yang akan digunakan dan berguna bagi pencapaian efisiensi usahatani belimbing. Pencapaian efisiensi dalam pengorganisasian input-input dan fasilitas produksi lebih mengarah kepada optimasi penggunaan berbagai sumber daya sehingga dapat dihasilkan output maksimum dengan biaya tetap atau biaya minimum dengan output tetap. 2. Subsistem pemasaran dengan meningkatkan posisi tawar petani dan memperluas pemasaran. Produk pertanian seperti halnya belimbing sering menghadapi masalah dalam ketersediaan pasokan di pasaran. Ada kalanya belimbing yang dihasilkan melimpah karena terjadi panen raya pada waktu yang bersamaan, atau sebaliknya belimbing yang dihasilkan mengalami kelangkaan. Keadaan ini berdampak pada fluktuasi harga jual, dan akibatnya berdampak pula pada fluktuasi harga beli kepada petani. Fluktuasi harga terutama dirasakan oleh petani yang menjual belimbing dengan sistem perbuah kepada tengkulak, dimana tengkulak berperan sebagai penentu harga. Petani dengan sistem penjualan perbuah menerima harga yang sama untuk semua belimbing Depok yang dihasilkan tanpa melihat ukurannya. Petani yang melakukan sistem penjualan perkilogram tidak terlalu terpengaruh dengan fluktuasi harga yang terjadi. Petani relatif akan menerima harga yang tinggi baik pada kondisi belimbing melimpah ataupun langka, dengan syarat buah yang diproduksi merupakan buah yang berkualitas. Peran PKPBDD yang telah melakukan sistem pembelian buah perkilogram dengan menetapkan grade perlu ditingkatkan, karena hal ini dapat meningkatkan posisi tawar petani. Keadaan ini harus diikuti dengan peningkatan kualitas belimbing, karena PKPBDD berorientasi pada pasar modern toko buah, supermarket dan hypermarket. Dimana pada pasar modern menuntut belimbing dengan kualitas dan kuantitas yang baik. Pemasaran belimbing oleh PKPBDD perlu terus ditingkatkan terutama untuk pasar di luar Depok, Bogor dan Jakarta, dengan tetap mengacu pada SOP bidang pemasaran. Strategi pemasaran pada saat belimbing melimpah dan saat terjadi kelangkaan akan berbeda. Strategi pemasaran pada saat belimbing melimpah yaitu menawarkan barang untuk promosi ke pasar yang sudah ada maksimal dua bulan sebelum panen raya, menyesuaikan harga dengan kondisi pasar secara umum, memaksimalkan pasar-pasar yang memungkinkan untuk meningkatkan penjualan seperti pameran dan koordinasi dengan UKM untuk mendorong olahan supaya lebih banyak berproduksi. Sedangkan strategi pemasaran pada saat belimbing langka yaitu menjalin hubungan dengan pasar, menjelaskan ketersediaan belimbing kepada pasar dan memberikan informasi ketersediaan barang berikutnya ke pasar. 3. Subsistem lembaga pendukung dengan berperan sebagai fasilitator petani dalam memperoleh pinjaman. Unit dukungan pelayanan untuk menunjang sistem agribisnis belimbing yang sebaiknya ditingkatkan oleh PKPBDD yaitu penyediaan fasilitas perkreditan. PKPBDD diharapkan dapat berperan membuka akses petani pada berbagai fasilitas perkreditan, dan PKPBDD bertindak sebagai penjamin untuk kepentingan para petani. Kerjasama antara PKPBDD dengan koperasi yang bergerak di sektor keuangan atau pembiayaan koperasi simpan pinjam, koperasi kredit, koperasi pembiayaan perlu dilakukan. PKPBDD dapat menjadi penjaminfasilitator dalam pencairan dana dari lembaga perkreditan, sehingga petani tidak perlu memberikan agunan untuk memperoleh pinjaman. Sistem pengembalian kreditpinjaman oleh petani dapat dilakukan dengan memotong atau mengurangi uang pembayaran hasil penjualan belimbing petani kepada PKPBDD. Keberadaan PKPBDD diharapkan mampu mengintergasikan petani belimbing yang terpencar-pencar dan merupakan tanaman di pekarangan rumah dengan jumlah pohon yang relatif sedikit, sehingga belimbing Dewa dapat dijadikan promosi keunggulan daerah. Bahkan dapat memiliki nilai jual dan pasar yang lebih baik apabila mempertahankan kualitasnya. Pengembangan sistem agribisnis belimbing Dewa jangka panjang melalui PKPBDD yaitu untuk meningkatkan daya tampung PKPBDD diharapkan PKPBDD mampu bekerjasama dengan pabrik pengolahan dan mendorong UKM untuk meningkatkan produksinya. Dengan semakin berkembangnya kota Depok sebagai kota wisata religi, diharapkan dalam jangka panjang PKPBDD mampu membangun unit usaha khusus pusat penjualan belimbing segar dan olahannya, sekaligus dapat dijadikan tempat promosi keunggulan daerah. VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan