Tujuan dan Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian Kerangka Pemikiran Operasional

Sumber : PKPBDD dan Petani, 2009 Diolah Harga pembelian belimbing Dewa oleh PKPBDD kepada petani sebesar Rp. 6.000,- perkilogram grade A, Rp. 4.000,- perkilogram grade B dan Rp. 1.500,- perkilogram grade C. Sedangkan harga pembelian oleh tengkulak atau pedagang pengumpul sebesar Rp. 5.000,- perkilogram grade A, Rp. 3.000,- perkilogram grade B dan Rp. 1.500,- grade C. Sistem pembelian yang lebih sering diterapkan oleh tengkulak yaitu sistem pembelian perbuah dengan harga berkisar antara Rp. 700,- - Rp. 1.000,- perbuah. Meskipun harga penerimaan PKPBDD tinggi tetapi petani belum bisa menjual hasil panen sepenuhnya kepada PKPBDD. Petani belimbing sangat terikat kepada tengkulak diduga disebabkan karena masih memiliki keterbatasan modal untuk menjalankan operasional usahataninya sehingga sering melakukan pinjaman kepada tengkulak dan hubungan kekerabatan petani dengan tengkulak sangat dekat . Rasa memiliki anggota koperasi masih rendah, hal ini dapat dilihat dari loyalitas petani untuk menjual hasil panennya ke PKPBDD dirasakan masih kurang. Pada saat panen raya petani menjual hasil panennya ke PKPBDD, sedangkan pada saat belimbing langka petani menjual hasil panennya langsung ke pasar tradisional atau pedagang pengumpul. Oleh karena itu perlu diketahui kinerja PKPBDD yang telah dijalankan selama ini sehingga dapat meningkatkan peranannya, dan diperlukan suatu sistem yang dapat mengikat petani dan meningkatkan rasa memiliki koperasi. Berdasarkan permasalahan di atas menarik untuk dikaji mengenai : 1. Bagaimana sistem agribisnis belimbing Dewa yang terdapat di lokasi penelitian ? 2. Bagaimana kinerja PKPBDD yang telah dijalankan selama ini ? 3. Bagaimana implikasi peran PKPBDD terhadap petani dalam pengembangan sistem agribisnis belimbing Dewa ?

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini antara lain : 1. Menganalisis dan mengetahui sistem agribisnis belimbing Dewa yang terdapat di lokasi penelitian. 2. Menganalisis dan mengetahui kinerja PKPBDD yang telah dijalankan selama ini. 3. Mengetahui rekomendasi peran PKPBDD terhadap petani dalam pengembangan belimbing Dewa di masa yang akan datang. Penelitian ini diharapkan berguna bagi pihak-pihak yang memerlukan informasi dalam hal sistem agribisnis belimbing Dewa dan pemasaran belimbing Dewa melalui PKPBDD, mahasiswa dan perguruan tinggi. Bagi petani, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan masukan yang bermanfaat terutama dalam hal perbaikkan sistem agribisnis belimbing Dewa dan meningkatkan keanggotaan dan rasa memiliki petani dalam PKPBDD. Bagi PKPBDD penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam peningkatan perannya, sehingga diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Bagi pemerintah terutama Dinas Pertanian Kota Depok, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan dalam mengambil langkah-langkah yang tepat untuk meningkatkan produksi belimbing Dewa di Kota Depok. Manfaat bagi mahasiswa dan perguruan tinggi adalah hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi atau pembanding bagi studi-studi mengenai tanaman belimbing Dewa.

1.4. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Pusat Koperasi Pemasaran Belimbing Dewa Depok PKPBDD, sedangkan responden analisis kinerja PKPBDD dilakukan pada petani aktif anggota PKPBDD. Analisis sistem agribisnis belimbing Dewa dibatasi pada integrasi antar subsistem agribisnis hulu, usahatani, hilir dengan lembaga pendukung. II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Belimbing 2.1.1. Jenis Belimbing Belimbing dibedakan menjadi dua macam yaitu Belimbing AsamWuluh Averrhoa bilimbi L. dan Belimbing Manis Averrhoa carambola L., yang keduanya termasuk dalam keluarga Oxalidaceae marga Averrhoa. Beberapa ahli sepakat bahwa kedua tanaman ini merupakan tanaman asli Indonesia dan Malaysia. Belimbing wuluh buahnya berbentuk bulat lonjong sebesar ibu jari tangan dan rasanya sangat asam, biasanya digunakan sebagai penyedap masakan 6 . Belimbing Manis Averrhoa carambola L. merupakan salah satu jenis buah tropika yang sangat digemari konsumen. Definisi buah belimbing manis segar menurut Standar Nasional Indonesia SNI 01-4491-1998 adalah buah dari tanaman belimbing Averrhoa carambola L. dalam tingkat ketuaan optimal, utuh, segar, aman bagi manusia dan bebas OPT Organisme Penggangu Tanaman. Daerah sentra produksi belimbing yaitu Jawa Timur Blitar, Jawa Tengah Jepara, Demak, Jawa Barat Depok, DKI Jakarta Jakarta Selatan, Sumatera Utara Deli Serdang Dinas Pertanian Kota Depok, 2008. Belimbing Manis memiliki nama daerah Belimbing Legi, Balimbing Amis, Balireng, Lembertua, Bainang, Sulapa, Tofou. Orang Barat menyebut buah belimbing sebagai Star Fruit, karena bila diiris melintang bentuknya seperti bintang.

2.1.2. Lingkungan Tumbuh Belimbing

Tanaman belimbing memerlukan curah hujan yang tinggi, oleh karena itu pertumbuhan tidak akan terhambat sekalipun ditanam di daerah yang cukup basah. Tempat yang paling baik untuk tanaman belimbing adalah yang mendapat sinar matahari langsung. Lamanya penyinaran minimal tujuh jam tiap hari. Pohon belimbing membutuhkan lebih banyak sinar matahari dalam masa pertumbuhannya. 6 Pusat Pemasaran Belimbing Dewa Depok. 2008. http:belimbingdewa.comindex.php?option=com_contenttask=viewid=40Itemid=1. Khasiat Buah Belimbing. Diakses Tanggal 9 Januari 2009. Tanaman belimbing dapat tumbuh dan berkembang dengan baik jika ditanam ditempat dengan ketinggian 0 – 500 meter di atas permukaan air laut. Tanaman belimbing tidak banyak menuntut persyaratan tanah, keasaman tanah yang cukup baik dan masih dapat ditolerir oleh tanaman belimbing berada diantar 5,5 – 7,0. Kedalaman air tanah yang ideal untuk pertumbuhan belimbing antara 50 – 200 cm. Tanaman belimbing memiliki beberapa kelebihan dibanding tanaman lain, yaitu : 1. Dapat dibudidayakan di kebun atau pekarangan atau pot serta mampu berbuah lebat 2. Cepat berbuah dan setelah berbuah pertama kali cenderung berbuah lagi secara terus menerus 3. Rasa manisnya bervariasi sesuai dengan jenis atau varietasnya

2.1.3. Kandungan Gizi Belimbing

Belimbing Manis memiliki kandungan lemak, protein, Kalsium dan vitamin A, B1 dan C yang sangat bermanfaat untuk kesehatan. Kandungan gizi belimbing Manis dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Kandungan Gizi Belimbing dalam 100 gram buah Kandungan Gizi Jumlah100 gram buah Satuan Kalori 36,00 Kal Protein 0,40 Gram Lemak 0,40 Gram Karbohidrat 8,80 Gram Kalsium 4,00 Milligram Fosfor 4,00 Milligram Besi 1,10 SI Vitamin A 170,00 Milligram Vitamin B1 0,03 Milligram Vitamin C 35,00 Milligram Air 90,00 Gram Bagian yang dimakan 86 Sumber : Dinas Pertanian Kota Depok, 2007 Disamping sebagai sumber nutrisi tubuh manusia, buah belimbing juga digunakan untuk pencegahan dan terapi berbagai macam penyakit, yaitu bermanfaat dalam menurunkan tekanan darah, anti kanker, memperlancar pencernaan, menurunkan kolesterol dan membersihkan usus. Belimbing dapat digunakan sebagai anti oksidan yang berfungsi mencegah penyebaran sel kanker 7 .

2.1.4 Varietas Belimbing

Belimbing manis terdiri dari berbagai jenis. Jenis belimbing manis yang tergolong unggul dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Jenis Belimbing Manis yang Tergolong Unggul Varietas Asal Ciri Khas Demak Jinggo Jepara Kuning kemerahan, sedikit air, sepet. Demak Kapur Jepara Putih kekuningan, rasa manis sedikit asam, mengandung banyak air. Demak Kunir Jepara Kuning keemasan, aroma harum, kandungan air banyak. Sembiring Pancur Batu, Medan Kuning menyala, rasa manis. Bangkok Bangkok, Thailand Kuning kemerahan, belimbingan berwarna hijau meskipun buah sudah tua. Filipina Kebun Jeruk Barat, Jakarta Warna kuning, bentuk ujung buah lebih runcing. Paris Pasar Minggu, Jakarta Kuning kemerahan, belimbingan tipis, berdaging padat. Dewi Pasar Minggu, Jakarta Pinggiran tetap matang meskipun buah sudah matang. SiwalanTuban Surabaya Kuning keemasan, daging buah berserat. Wulan Persilangan Demak Kunir betina dan Demak Jinggo jantan Kemerahan, bentuk bulat lonjong, tidak berserat, rasa manis, berdaging padat. Wijaya Pati, Jawa Tengah Rasa manis. Taiwan Taiwan Kuning, pinggiran berwarna hijau. Malaya Medan Kuning keemasan, tekstur buah lunak. Penang Malaysia Kuning agak jingga, bentuk lonjong. Madu Malaysia Malaysia Orange , bentuk memanjang runcing. Dewa Baru Jakarta Selatan Orange mengkilap, bentuk buah lonjong. Sumber : Tim Penulis Penebar Swadaya, 1992 Belimbing varietas Dewa merupakan belimbing hasil persilangan belimbing varietas Dewi dan Bangkok. Belimbing Dewa adalah belimbing yang populer dan banyak diminati petani buah maupun kolektor tanaman buah-buahan. Hal ini disebabkan karena belimbing Dewa menyimpan banyak kelebihan. Ukuran buahnya 7 Pusat Pemasaran Belimbing Dewa Depok. 2008. http:belimbingdewa.comindex.php?option=com_contenttask=viewid=40Itemid=1. Khasiat Buah Belimbing. Diakses Tanggal 9 Januari 2009 cukup besar dan panjang. Panjang buahnya dapat mencapai lebih dari 15 cm dengan diameter lebih dari 10 cm. Berat rata-rata per buah adalah 200 hingga 250 gram, bahkan ada yang mencapai 500 gram. Belimbing Dewa memiliki daging buah yang padat dan manis dengan sedikit kandungan air. Oleh karena itu, Belimbing Dewa lebih tahan disimpan dalam waktu cukup lama pada suhu kamar. Selain itu, Belimbing Dewa mempunyai tajuk daun yang rimbun dan kemampuan berbuahnya cukup lebat. Oleh karena itu, jenis belimbing ini sangat bagus untuk ditanam dalam pot Tim Penulis Penebar Swadaya, 1992. 2.2. Tinjauan Umum Koperasi 2.2.1. Definisi Koperasi Pengertian koperasi berdasarkan Undang-Undang Koperasi No. 25 Tahun 1992 Bab I pasal 1 Ayat 1, yang dimaksud dengan koperasi adalah suatu badan hukum yang kegiatannya berlandaskan pada prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan. Definisi koperasi menurut ICA Cooperative Identity Statement ICIS, koperasi adalah perkumpulan orang-orang yang berkumpul secara sukarela untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi ekonomi, sosial dan budaya melalui usaha yang dimiliki bersama secara demokratis Saragih, 2000. 2.2.2. Nilai dan Asas Koperasi Koperasi mendasarkan diri pada nilai-nilai menolong diri sendiri, tanggung jawab sendiri, demokratis, persamaan, keadilan dan kesetiakawanan. Percaya pada nilai-nilai etnis dari kejujuran, keterbukaan, tanggung jawab sosial dan kepedulian terhadap orang lain. Sedangkan asas-asas koperasi yaitu keanggotaan terbuka dan atas dasar sukarela, democratic control, bunga tetap atas modal, pembagian sisa hasil usaha kepada anggota secara proporsional dengan transaksinya, pendidikan koperasi dan kerjasama antar koperasi. 2.2.3. Prinsip, Fungsi dan Peran Koperasi Prinsip-prinsip koperasi yaitu Saragih, 2000. : 1. Keanggotaan sukarela dan terbuka Koperasi adalah organisasi yang bersifat sukarela, terbuka bagi semua orang yang bersedia menggunakan jasa-jasanya dan bersedia menerima tanggung jawab keanggotaan, tanpa membedakan jenis kelamin, latar belakang sosial, ras, politik atau agama. 2. Pengawasan demokratis oleh anggota Koperasi adalah organisasi demokratis yang diawasi oleh para anggotanya, yang secara aktif menetapkan kebijakan dan membuat keputusan. 3. Partisipasi anggota dalam kegiatan ekonomi Para anggota memberikan kontribusi permodalan koperasi secara adil dan melakukan pengawasan secara demokratis. 4. Otonomi dan kemandirian Koperasi adalah organisasi otonom, menolong diri sendiri serta diawasi oleh para anggotanya. 5. Pendidikan, pelatihan dan informasi Koperasi memberikan pendidikan dan pelatihan bagi para anggota, wakil-wakil anggota yang dipilih oleh rapat anggota serta para manajer dan karyawan, agar mereka dapat melakukan tugasnya lebih efektif bagi perkembangan koperasinya. 6. Kerjasama diantara koperasi, kepedulian terhadap komunitas Koperasi melayani para anggotanya secara kolektif dan memperkuat gerakan koperasi dengan bekerja sama melalui organisasi tingkat lokal, nasional, regional dan internasional. Fungsi dan peran koperasi dalam Bab III bagian pertama pasal 4 UU RI No. 25 Tahun 1992 yaitu : 1. Membangun potensi dan ekonomi anggota dan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial. 2. Berperan serta secara aktif dalam upaya meningkatkan kualitas hidup masyarakat. 3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional. 4. Mewujudkan perekonomian nasional berdasarkan atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi. Peran dan Tugas Koperasi 8 : 8 Organisasi.Org.2008. http:organisasi.orgarti_pengertian_definisi_fungsi_dan_peranan_koperasi_koprasi_indonesia_da 1. Meningkatkan taraf hidup sederhana masyarakat Indonesia. 2. Mengembangkan demokrasi ekonomi di Indonesia. 3. Mewujudkan pendapatan masyarakat yang adil dan merata dengan cara menyatukan, membina, dan mengembangkan setiap potensi yang ada.

2.2.4. Sumber Permodalan Koperasi

Berdasarkan Undang-undang Perkoperasian Nomor 25 Tahun 1992, modal koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman. Modal sendiri dapat berasal dari : 1. Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang diwajibkan kepada anggota untuk diserahkan kepada koperasi pada waktu seseorang masuk menjadi anggota koperasi dan besarnya sama untuk semua anggota. 2. Simpanan wajib adalah simpanan tertentu yang diwajibkan kepada anggota untuk membayarnya kepada koperasi pada waktu-waktu tertentu. 3. Simpanan sukarela ini diadakan oleh anggota atas dasar sukarela atau berdasarkan perjanjian-perjanjian atau peraturan-peraturan khusus. Sedangkan modal pinjaman dapat berasal dari anggota, koperasi lainnya danatau anggotanya, bank dan lembaga keuangan lainnya, penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya.

2.2.5. Jenis Koperasi

Jenis koperasi didasarkan pada kesamaan kegiatan dan kepentingan ekonomi anggotanya. Dasar untuk menentukan jenis koperasi adalah kesamaan aktivitas, kepentingan dan kebutuhan ekonomi anggotanya. Berdasarkan kebutuhan dan efisiensi dalam ekonomi, jenis-jenis koperasi terdiri dari Firdaus dan Susanto, 2004 : 1. Koperasi konsumsi, koperasi yang beranggotakan para konsumen dengan menjalankan kegiatannya jual beli menjual barang konsumsi. 2. Koperasi kredit, koperasi yang bergerak di bidang simpanan dan pinjaman. n_dunia_ilmu_ekonomi_koperasi_ekop. Arti, Pengertian, Definisi, Fungsi dan Peranan Koperasi Koprasi Indonesia dan Dunia - Ilmu Ekonomi Koperasi Ekop. Diakses Tanggal 15 Pebruari 2009. 3. Koperasi produksi, koperasi beranggotakan para pengusaha kecil UKM dengan menjalankan kegiatan pengadaan bahan baku dan penolong untuk anggotanya. 4. Koperasi jasa, koperasi yang bergerak di bidang usaha jasa lainnya. 5. Koperasi distribusi pemasaran, koperasi yang menjalankan kegiatan penjualan produkjasa koperasinya atau anggotanya. Menurut Hendrojogi 2002 koperasi dapat dibedakan menurut bentuknya yaitu : 1. Koperasi Primer Koperasi yang beranggotakan minimal 20 orang yang memiliki kesamaan dan kepentingan ekonomi dan melakukan kegiatan usahanya yang langsung melayani para anggotanya. 2. Koperasi Sekunder Koperasi yang beranggotakan badan-badan hukum koperasi yang mempunyai kesamaan kepentingan ekonomis mereka bergabung untuk tujuan efisien dan kelayakan ekonomi dalam rangka melayani anggotanya.

2.2.6. Dimensi Kualitas Jasa Koperasi

Koperasi merupakan badan usaha yang memiliki karakteristik sosial, dengan demikian produk yang ditawarkannya yaitu jasa. Kualitas jasa koperasi akan dinilai oleh anggota. Koperasi hendaknya menentukan suatu tolak ukur rencana kualitas produk dari tiap dimensi kualitasnya. Dimensi kualitas jasa menurut Zeithaml et. al. dalam Umar 2003 dapat dibagi ke dalam lima dimensi kualitas jasa yaitu : a. Reliability keandalan, yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan yang sesuai dengan janji yang ditawarkan. b. Responsiveness cepat tanggap, kemampuan karyawan dalam memberikan pelayanan yang cepat dan tanggap. c. Assurance jaminan, kemampuan karyawan atas pengetahuan terhadap produk, perhatian dan kesopanan dalam memberikan pelayanan, dan kemampuan dalam menanamkan kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan. d. Tangibles keberwujudan, penampilan fasilitas fisik, peralatan, personel, dan alat- alat komunikasi. 2.3. Tinjauan Studi Terdahulu 2.3.1. Studi Empiris Mengenai Belimbing Penelitian Husen 2006 yang berjudul Analisis Pendapatan Usahatani dan Pemasaran Buah Belimbing Depok Varietas Dewa Dewi Averrhoa carambola L. Kasus Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok, Propinsi Jawa Barat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerimaan usahatani belimbing dengan sistem penjualan per kilogram SPK lebih besar dibanding dengan sistem penjualan per buah SPB. Rantai pasokan belimbing Depok terdiri dari tiga rantai pasokan. Petani belimbing Depok memasarkan produknya secara langsung kepada tengkulak sebanyak 70 persen, petani menjual belimbing Depok ke pedagang besar sebanyak 16,7 persen dan petani menjual belimbing langsung ke pedagang pengecer sebanyak 13,3 persen. Struktur pasar yang terjadi antara petani dengan tengkulak adalah pasar oligopsoni, sedangkan pedagang besar yang menjual produknya ke pedagang pengecer pada pasar tradisional mempunyai struktur pasar oligopoli. Penelitian Haris 2008 yang berjudul Strategi Pemasaran Belimbing Manis Averhoa carambola L. di Pusat Koperasi Pemasaran Belimbing Dewa Depok. Penelitian ini menyatakan bahwa hasil matriks IFE menunjukkan faktor produk yang berkualitas, letak yang strategis, serta bentuk kemasan dan penggunaan merk sebagai kekuatan utama PKPBDD. Fluktuasi kuantitas dan kontinyuitas pasokan, fasilitas penyimpanan belum memadai, serta ketergantungan modal pada pemerintah menjadi kelemahan utama PKPBDD. Total skor matriks IFE sebesar 2,406 menunjukkan posisi internal PKPBDD sedikit di bawah rata-rata. Hasil matriks EFE menyatakan bahwa faktor yang menjadi peluang utama PKPBDD adalah potensi pasar lokal yang besar, peningkatan jumlah permintaan dari pelanggan tetap, dan dukungan pemerintah yang diwujudkan dalam bentuk kebijakan maupun pendanaan. Faktor yang menjadi ancaman utama PKPBDD adalah kesulitan dalam pengaturan waktu panen, persaingan dengan pesaing lokal, dan tingkat persaingan yang tinggi dengan produk subtitusi. Total skor matriks EFE adalah 2,801 berarti bahwa kemampuan PKPBDD dalam merespon peluang untuk menghindari ancaman berada di atas rata-rata.

2.3.2. Studi Empiris Mengenai Peranan Koperasi

Penelitian Hapsari 2003 yang berjudul Peranan Koperasi dalam Pengembangan Agribisnis Beras Organik Studi Kasus pada Koperasi Pertanian Nusantara KOPERTA, menyatakan bahwa pada analisis rasio terjadi penurunan karena pengelolaan keuangan KOPERTA yang kurang baik. Faktor internal yang mempengaruhi usaha beras organik adalah manajemen KOPERTA yang cukup baik dengan selalu diikusertakannya anggota dalam kegiatan yang diadakan oleh KOPERTA. Faktor eksternal yang mempengaruhi usaha beras organik yaitu permintaan konsumen, kondisi perekonomian, kerjasama yang dilakukan KOPERTA dengan mitranya yaitu petani yang terikat dalam IP2HT sebagai pemasok, distributor dan lembaga-lembaga lainnya turut mempengaruhi perkembangan usaha beras organik.

2.3.3. Studi Empiris Mengenai Kinerja Koperasi

Penelitian Putra 2006 tentang kinerja keuangan dan kemampuan pelayanan koperasi produsen tempe tahu Indonesia KOPTI Kabupaten Garut. Penelitian ini untuk menganalisis kinerja keuangan digunakan dengan metode Analisis Rasio, Analisis Trend dan persentase perkomponen. Sementara, untuk mengukur kinerja pelayanan koperasi digunakan Importance Performance Analysis IPA dan Consumer Satisfaction Index CSI. Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari survei secara acak kepada 40 responden 20 responden pengusaha tahu dan 20 responden pengusaha tempe di setiap wilayah kerja, yang berjumlah tiga wilayah kerja. Sementara data sekunder diperoleh dari laporan keuangan KOPTI dan instansi terkait. Penelitian ini terdir dari 18 buah variabel yang diteliti menggunakan IPA, empat buah variabel berada pada kuadran I diagram kartesius yaitu ketepatan jumlah dalam memperoleh kredit, tingkat suku bunga pinjaman yang ditetapkan oleh KOPTI, harga jual kedelei oleh koperasi dan ketepatan jumlah dalam memperoleh kedelei. Variabel yang berada di kuadran II hanya ketepatan kualitas dalam memperoleh kedelei. Di kuadran III terdapat variabel kenyamanan tempat pelayanan, jam buka pelayanan, mutu bahan pembantu dan alat produksi yang disediakan, dan harga bahan pembantu dan alat produksi yang disediakan. Variabel selebihnya berada di kuadran IV. Sedangkan, tingkat kepuasan konsumen koperasi yang diukur dengan CSI diperoleh nilai sebesar 69,88 persen, atau berada pada kategori puas. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Putra 2006 adalah alat analisis yang digunakan sama yaitu Importance Performance Analysis IPA. Sedangkan Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu penelitian ini menganalisis peningkatan peran koperasi dalam pengembangan sistem agribisnis belimbing Dewa dengan pendekatan kinerja yang telah dilakukan oleh koperasi selama ini. Secara ringkas studi terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Studi Terdahulu yang Berkaitan dengan Penelitian Nama Penulis Tahun Judul Metode Analisis Ratih Indri Hapsari 2003 Peranan Koperasi dalam Pengembangan Agribisnis Beras Organik Efisiensi usaha, analisis usahatani, analisis laporan keuangan. Hana Angriani Husen 2006 Analisis Pendapatan Usahatani dan Pemasaran Buah Belimbing Depok Varietas Dewa Dewi Averrhoa carambola L. Kasus Kecamatan Pancoran Mas, Kota Depok, Propinsi Jawa Barat RC rasio, margin tataniaga, farmer’s share Widi Martes Dase Putra. 2006 Analisis Kinerja Keuangan dan Kemampuan Pelayanan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia KOPTI Kabupaten Garut Analisis Rasio, Trend dan persentase perkomponen, Importance Performance Analysis IPA dan Consumer Satisfaction Index CSI Abdi Haris T. 2008 Strategi Pemasaran Belimbing Manis Averrhoa carambola L. di Pusat Koperasi Pemasaran Belimbing Dewa Depok Matriks IFE dan EFE, SWOT, QSPM III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Sistem Agribisnis Sistem agribisnis adalah suatu sistem vertikal dari setiap komoditas pertanian yang terdiri dari beberapa subsistem, yaitu subsistem pengadaan sarana produksi, subsistem produksi, subsistem pengolahan hasil agroindustri dan subsistem pemasaran Downey dan Erickson, 1989. Arah dan tujuan dari pengembangan sistem agribisnis ini adalah untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas kegiatan pertanian sehingga dapat : 1. Meningkatkan nilai tambah hasil pertanian 2. Meningkatkan komersialisasi hasil pertanian 3. Memperluas kesempatan kerja 4. Meningkatkan kualitas hidup sumber daya pertanian 5. Meningkatkan persediaan produk yang bermutu dan bergizi 6. Meningkatkan daya tarik pertanian Agribisnis atau bisnis pertanian menurut Soeharjo 1992 mencakup empat subsistem utama yang memadukan sektor pertanian dan sektor industri, yaitu : 1. Subsistem pengadaan dan penyaluran sarana produksi, seperti bibit, pupuk, obat- obatan, alat dan mesin pertanian. Kegiatan pengadaan dan penyaluran sarana produksi dilakukan oleh perseorangan, pengusaha swasta, koperasi, dan lembaga pemerintah. 2. Subsistem usahatani, usahatani menghasilkan produk pertanian berupa bahan pangan, hasil perkebunan, buah-buahan, hasil ternak, bunga dan tanaman hias. Pelaku dalam subsistem ini adalah produsen yang terdiri dari petani, peternak, pengusaha tambak, pengusaha perkebunan, dan pengusaha tanaman hias. 3. Subsistem tataniaga, tataniaga merupakan rangkaian kegiatan mulai pengumpulan produk usahatani, pengolahan, penyimpanan dan distribusi. Tataniaga mencakup tataniaga produk olahan yang menggunakan produk usahatani sebagai bahan baku. Pelaku dalam subsistem ini terdiri dari pengumpul produk, pedagang dan penyalur pada konsumen. 4. Lembaga penunjang meliputi lembaga kredit, koperasi, litbang, angkutan, pasar, penyuluh, dan kebijakan-kebijakan. Sistem agribisnis merupakan sistem yang terpadu dan terkait antara satu subsistem dengan subsistem lain dalam agribisnis. Keterkaitan antar subsistem meliputi keterkaitan ke depan forward linkage dan keterkaitan ke belakang backward linkage. Bila satu subsistem terganggu, maka keseluruhan sistem tidak berfungsi dengan baik Krisnamurthi, 2001. Diagram sistem agribisnis dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Diagram Sistem Agribisnis 9 Tingkat keeratan hubungan yang terjadi antar subsistem menunjukkan kekuatan sistem agribisnis yang selanjutnya akan menentukan kinerjanya. Kinerja tersebut akan sangat tergantung pada terselenggaranya integrasi sistem agribisnis baik secara vertikal maupun horizontal Sa’id dan Intan, 2001. 1. Integrasi Vertikal Sistem Agribisnis Integrasi vertikal dapat terselenggara apabila terdapat hubungan yang saling menguntungkan secara proporsional dan saling mendukung antarpelaku dalam sistem komoditas secara vertikal tersebut. Keterkaitan yang saling menguntungkan secara proporsional dan saling mendukung tersebut merupakan fondasi untuk membangun integrasi vertikal karena terdapatnya jaminan pemenuhan hak-hak dan kebutuhan para pelaku, serta kekuatan sinergis yang terjadi dalam berbagai hubungan semakin kuat dengan semakin tingginya kinerja pihak-pihak yang bekerjasama dalam sistem tersebut. 9 Diktat Kuliah Agribisnis Pangan, 2006 SUBSISTEM I Pengadaan dan Penyalu ran Sarana SUBSISTEM II Produksi Primer SUBSISTEM III Pengolahan SUBSISTEM IV Pemasaran Lembaga Penunjang Agribisnis Pertanahan, Penyuluhan, Keuangan, Penelitian 2. Integrasi Horizontal Sistem Agribisnis Integrasi horizontal terselenggara apabila terdapat keterkaitan yang sangat erat antarlini komoditas pada tingkat usaha yang sama atau antarpara pelaku dalam suatu komoditas yang sama.

3.1.2. Importance and Performance Analysis

Importance and Performance Analysis IPA merupakan dasar bagi manajemen dalam pengambilan keputusan tentang tindakan apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki kinerja perusahaan. Analisis ini akan menghasilkan suatu matriks kartesius yang terdiri dari empat kuadran. Importance mengacu pada tingkat kepentingan menurut persepsi pelanggan. Dari persepsi tingkat kepentingan pelanggan, kita dapat merumuskan tingkat kepentingan yang paling dominan. Dengan memakai konsep kepentingan ini, kita dapat menangkap persepsi yang lebih jelas mengenai pentingnya variabel tersebut dimata pelanggan. Selanjutnya, kita dapat mengaitkan pentingnya variabel ini dengan kenyataan yang dirasakan oleh pelanggan. Kinerja Tinggi Gambar 2. Diagram Kartesius Sumber : Umar, 2002 Matriks ini terdiri dari empat kuadran, kuadran pertama terletak disebelah kiri atas, kuadran kedua di sebelah kanan atas, kuadran ketiga di sebelah kiri bawah dan kuadran ke empat di sebelah kana bawah. Strategi yang dapat dilakukan berkenaan dengan masing-masing variabel pada ke empat kuadran tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut : Prioritas Utama I Pertahankan Prestasi II Prioritas Rendah III Berlebihan IV Tingg i Rendah Kepent Kuadran I Kuadran ini merupakan wilayah yang memuat faktor-faktor yang dianggap penting oleh pelanggan tetapi kenyataannya faktor-faktor ini belum sesuai seperti yang diharapkan pelanggan. Variabel-variabel yang masuk dalam kuadran ini harus ditingkatkan caranya adalah perusahaan melakukan perbaikan secara terus menerus sehingga kinerja yang ada dalam kuadran ini akan meningkat. Kuadran II Kuadran ini merupakan wilayah yang memuat faktor-faktor yang dianggap penting oleh pelanggan dan faktor-faktor yang dianggap oleh pelanggan sudah sesuai dengan yang dirasakan. Variabel-variabel yang termasuk dalam kuadran ini harus tetap dipertahankan karena semua variabel ini menjadikan produkjasa tersebut unggul di mata pelanggan. Kuadran III Kuadran ini merupakan wilayah yang memuat faktor-faktor yang dianggap kurang penting oleh pelanggan dan pada kenyataannya kinerjanya tidak terlalu istimewa. Peningkatan variabel-variabel yang termasuk dalam kuadran ini dapat dipertimbangkan kembali karena pengaruhnya terhadap manfaat yang dirasakan oleh pelanggan sangat kecil. Kuadran IV Kuadran ini merupakan wilayah yang memuat faktor-faktor yang dianggap kurang penting oleh pelanggan dan dirasakan terlalu berlebihan. Variabel-variabel yang termasuk dalam kuadran ini dapat dikurangi agar perusahaan dapat menghemat biaya.

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Kota Depok merupakan salah satu kota yang memiliki letak cukup strategis dekat dengan wilayah DKI Jakarta, hal ini mendorong meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi Kota Depok. Sektor pertanian dalam pembangunan perekonomian di Kota depok menjadi salah satu sektor yang sangat prospektif dan memiliki keunggulan spesifik, hal ini karena adanya jaminan permintaan dan pangsa pasar akan produk pertanian segar yang sangat beragam. Potensi pengembangan belimbing sebagai ikon Kota Depok sangat prosfektif untuk dikembangkan. Kesesuaian ekosistem lahan pertanian di Kota Depok baik kondisi iklim, tanah dan letak geografis merupakan faktor penting dalam memproduksi belimbing Dewa yang berkualitas. Peran pemerintah Kota Depok melalui program pengembangan tanaman belimbing sangat mendukung pengembangan potensi daerah ini. Belimbing Depok yang selama ini beredar di pasaran dan merupakan tanaman di pekarangan rumah dengan jumlah pohon yang relatif sedikit dapat dijadikan promosi keunggulan daerah, apabila terintegrasi dengan baik salah satunya melalui peran kelembagaan. Bahkan dapat memiliki nilai jual dan pasar yang lebih baik apabila mempertahankan kualitasnya. Melihat kondisi tersebut seharusnya potensi belimbing Dewa terus dikembangkan terutama di daerah-daerah sentra produksi seperti di Kecamatan Pancoran Mas, Sawangan dan Cimanggis. Hal ini dikarenakan pada kecamatan tersebut memiliki luas areal potensial dan populasi tanaman belimbing yang tinggi dibanding kecamatan lainnya. Namun kenyataannya, potensi tersebut belum dimanfaatkan secara optimal dikarenakan Pemerintah Kota Depok masih memiliki beberapa permasalahan dalam menjalankan sistem agribisnisnya mulai dari subsistem hulu sampai layanan pendukung. Petani belum bisa menerapkan sepenuhnya Standar Operasional Prosedur SOP yang sudah diterbitkan oleh Dinas Pertanian Kota Depok merupakan permasalahan pada subsistem hulu dan usahatani belimbing Dewa. Dilihat dari sisi pemasaran, petani belimbing tidak memiliki posisi tawar karena banyak menjual hasil panennya kepada tengkulak. Keberadaan PKPBDD yang diharapkan berfungsi sebagai salah satu gerbang pemasaran penghubung petani dan konsumen belum banyak dirasakan manfaatnya oleh petani, hal ini diduga karena kinerja PKPBDD belum optimal. Sehingga keanggotaan petani dalam koperasi masih rendah. Penyebab timbulnya permasalahan di atas perlu diketahui secara pasti sehingga perlu dilakukan analisis sistem agribisnis belimbing Dewa dan analisis kinerja PKPBDD yang telah dijalankan selama ini, sehingga tercipta kesejahteraan petani. Analisis sistem agribisnis dilakukan agar menjadi rekomendasi untuk pengembangan sistem agribisnis belimbing Dewa. Sedangkan analisis kinerja PKPBDD dilakukan untuk mengetahui kinerja PKPBDD yang telah dijalankan selama ini, serta mengetahui atribut PKPBDD yang menjadi prioritas utama sehingga perlu ditingkatkan peranannya. Operasional penelitian dilakukan dengan menganalisis sistem agribisnis dari subsistem hulu, subsistem usahatani, subsistem hilir dan subsistem layanan pendukung secara kualitatif. Sedangkan analisis kinerja PKPBDD menggunakan Importance and Performance Analysis IPA dilakukan dengan menganalisis dimensi kualitas jasa berupa reliability keandalan, responsiveness cepat tanggap, assurance jaminan, emphaty empati, tangibles keberwujudan yang telah dilaksanakan oleh PKPBDD. Sehingga meningkatkan kesejahteraan anggota serta peran PKPBDD bagi petani menjadi optimal. Gambar kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 3. 41 Gambar 3. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian • Sektor Pertanian di Kota Depok sangat prospektif dan memiliki keunggulan spesifik • Pemerintah Kota Depok menetapkan belimbing Dewa sebagai ikon kota • Prospek belimbing Dewa untuk diekspor ke negara Arab Saudi dan Brunei Darussalam • Pemerintah Kota Depok mengeluarkan Program Pengembangan SUBSISTEM HULU SUBSISTEM USAHATANI SUBSISTEM HILIR • Petani Belum menerapkan SOP • Petani tidak memiliki posisi tawar SUBSISTEM LAYANAN PENDUKUNG • Keanggotaan petani dalam PKPBDD masih rendah • Kinerja PKPBDD belum optimal Analisis Sistem Agribisnis Belimbing dan Harapan Petani Terhadap Koperasi ANALISIS SISTEM AGRIBISNIS BELIMBING DEWA • Subsistem Hulu • Subsistem Usahatani • Subsistem Hilir • Subsistem Layanan Pendukung ANALISIS KINERJA PKPBDD • Reliability Keandalan • ResponsivenessCepat tanggap • Assurance Jaminan • Tangibles Keberwujudan Importance and Performance Analysis IPA Rekomendasi Pengembangan Sistem Agribisnis Belimbing Dewa Melalui Peran Koperasi Rekomendasi Pengembangan Sistem Agribisnis Belimbing Dewa Analisis Kualitatif Rekomendasi Prioritas utama dan Pencapaian Kesejahteraan Petani Melalui PKPBDD IV METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian