• Kelas B buah dengan berat 200 – 250 grambuah 50
• Kelas C buah dengan berat 200 grambuah 10
Dalam pelaksanaan usahatani, petani dapat menghadapi risiko-risiko seperti risiko produksi penurunan volume dan mutu produk, risiko kerugian karena
kecelakaan dan bencana alam dan risiko perubahan harga. Risiko kemungkinan menurunnya kualitas produksi dapat ditanggulangi dengan penerapan teknologi
budidaya dan teknologi pasca panen yang tepat. Sedangkan risiko pasar dapat ditanggulangi dengan diversifikasi. Diversifikasi merupakan salah satu cara untuk
mengeliminasi risiko, bentuk diversifikasi yang dilakukan oleh petani belimbing di lokasi penelitian yaitu dengan menanam jambu biji.
6.1.3. Subsistem Pengolahan
Berdasarkan hasil penelitian terdapat tujuh hasil olahan belimbing oleh UKM yaitu juice belimbing dengan merek dagang Kyko dan Winner terdapat di Kecamatan
Sawangan Baru, sari buah belimbing, keripik belimbing, belimbing instant, dodol belimbing, selai belimbing dan sirup belimbing. Sebagian besar bahan baku UKM
tersebut disediakan sendiri karena UKM tersebut memiliki kebun belimbing sendiri dan terdapat pula yang membeli bahan baku belimbing grade C dari PKPBDD dengan
sistem curah. Pemasaran tujuh hasil olahan UKM dipasarkan oleh PKPBDD, melalui internet,
pemasaran di Kantor Walikota Depok dengan sistem pesanan, melalui pameran- pameran dalam dan luar negeri dan distribusi langsung ke pasar tradisional dan warung-
warung. Hambatan yang dihadapi UKM olahan belimbing yaitu apabila belimbing langka sehingga tidak dapat memenuhi permintaan.
Untuk memfasilitasi petani dalam penyaluran hasil panen, pemerintah Kota Depok pada tahun 2008 telah mendirikan pabrik pengolahan belimbing di Kelurahan
Sawangan Baru. Namun sampai saat ini pabrik pengolahan ini belum beroperasi.
6.1.4. Subsistem tataniagapemasaran
Petani menjual hasil panen belimbingnya melalui beberapa pola pemasaran yaitu :
1. Petani menjual belimbing ke PKPBDD 2. Petani menjual belimbing ke tengkulak
Berdasarkan hasil pengamatan di lokasi penelitian dapat diketahui bahwa responden menjual hasil panennya ke tengkulak selain ke PKPBDD 46 petani 76,67
persen, 15 persen menjual belimbing hanya ke PKPBDD dan sisanya hanya 8,33 persen menjual ke pasar tradisional. Hasil panen belimbing petani dipasarkan oleh
tengkulak lebih banyak ke pasar tradisional yaitu Pasar Minggu, Pondok Labu, Citayam dan Tangerang. Proses aliran belimbing dari petani ke PKPBDD yaitu petaniKelompok
Tani KorWil
Divisi Produksi PKPBDD Sortasi
Konsumen pasar modern, pasar tradisional, UKM pengolahan. Pembelian belimbing dari petani oleh tengkulak
sebagian besar dengan cara pembelian perbuah tanpa sistem grade, sedangkan oleh PKPBDD dengan sistem perkilogram menggunakan grade.
Petani memperoleh keuntungan yang lebih besar apabila menjual hasil panennya ke PKPBDD dibanding dengan hanya menjual kepada tengkulak. Keuntungan yang
diperoleh apabila petani menjual ke tengkulak yaitu Rp 2.000,00 dengan sistem perbuah, sedangkan keuntungan jika menjual ke PKPBDD yaitu Rp 4.000,00
perkilorgam. Dengan perhitungan biaya produksi satu buah belimbing Rp 400,00 dan harga beli tengkulak Rp 800,00 perbuah, sedangkan PKPBDD Rp 6.000,00
perkilogram. Akan tetapi petani masih ketergantungan pada tengkulak karena pada saat panen
raya PKPBDD kesulitan dalam pendistribusian belimbing ke konsumen dan petani terpaksa menjual belimbing kepada tengkulak dengan sistem ijon karena desakan
kebutuhan keluarga dan kebutuhan operasional usahatani. Petani sering meminjam modal uang untuk membeli sarana produksi pertanian. Hal ini menyebabkan petani
mengikuti harga yang telah ditentukan tengkulak, dengan demikian berpengaruh pada lemahnya posisi tawar petani dalam menentukan harga.
Fungsi pemasaran yang dilakukan oleh tengkulak dan PKPBDD yaitu : 1. Fungsi pertukaran, meliputi :
a. Fungsi usaha pembelian b. Fungsi usaha penjualan
2. Fungsi fisik pemasaran, meliputi : a. Fungsi usaha penyimpanan
b. Fungsi usaha pengangkutan
Sedangkan kelebihan PKPBDD dibanding lembaga pemasaran lain telah melakukan fungsi fasilitas pemasaran berupa standarisasi dan penggolongan produk,
fungsi penanggungan risiko dan fungsi penyediaan informasi harga. PKPBDD telah melakukan fungsi standarisasi dan penggolongan produk dengan sistem grade. Fungsi
penanggulangan risiko dilakukan PKPBDD dengan cara menerima dan tetap membayar kepada petani apabila belimbing tidak dapat dipasarkan oleh PKPBDD, sedangkan
fungsi penyediaan informasi harga yaitu petani dapat dengan mudah mengetahui harga beli yang telah ditetapkan oleh PKPBDD.
Strukur pasar dalam pemasaran belimbing yang terjadi di lokasi penelitian jika dilihat dari sisi pembeli yaitu pasar oligopsoni. Petani sebagai penjual berjumlah cukup
banyak, sedangkan tengkulak dan PKPBDD sebagai pembeli jumlahnya terbatas. Sehingga kondisi ini menyebabkan petani sebagai penerima harga price taker karena
tidak memiliki kekuatan tawar. Tetapi pada penetapan harga oleh PKPBDD, petani tidak dirugikan karena penetapan harganya lebih menguntungkan bagi petani.
6.1.5. Lembaga penunjang