system penilaian yang ada dalam masyarakat. Sistem keyakinan ini akan mempengaruhi dalam kebiasaan, bagaimana memandang hidup dan
kehidupan, cara mereka berkonsumsi, sampai dengan cara bagaimana berkomunikasi.
e. Estetika berhubungan dengan seni dan kesenian, musik, cerita, dongeng, hikayat, drama dan tari–tarian, yang berlaku dan berkembang dalam
masyarakat. Seperti di Indonesia setiap masyarakatnya memiliki nilai estetika sendiri. Nilai estetika ini perlu dipahami dalam segala peran, agar
pesan yang akan kita sampaikan dapat mencapai tujuan dan efektif. Misalkan di beberapa wilayah dan bersifat kedaerahan, setiap akan
membangun bagunan jenis apa saja harus meletakan janur kuning dan buah – buahan, sebagai symbol yang arti di setiap daerah berbeda, tetapi di
kota besar seperti Jakarta jarang mungkin tidak terlihat masyarakatnya menggunakan cara tersebut.
f. Bahasa merupakan alat pengantar dalam berkomunikasi, bahasa untuk setiap wilayah, bagian dan Negara memiliki perbedaan yang sangat
komplek. Dalam ilmu komunikasi bahasa merupakan komponen komunikasi yang sulit dipahami. Bahasa memiliki sifat unik dan komplek,
yang hanya dapat dimengerti oleh pengguna bahasa tersebut. Jadi keunikan dan kekomplekan bahasa ini harus dipelajari dan dipahami agar
komunikasi lebih baik dan efektif dengan memperoleh nilai empati dan simpati dari orang lain”.
Pendapat-pendapat para ahli di atas tentang wujud dan komponen budaya sangatlah beragam. Namun kesemuanya itu telah mencakup dari tiga wujud dan
komponen budaya yaitu: gagasan, aktivitas, dan artefak. Ketiga wujud inilah yang sangat penting dalam kesempurnaan suatu kebudayaan.
2.2. Pembangunan dan Pariwisata
2.2.1. Pengertian Pembangunan
Todaro menjelaskan pembangunan adalah “merupakan suatu kenyataan fisik sekaligus tekad suatu masyarakat untuk berupaya sekeras mungkin-melalui
serangkaian kombinasi proses sosial, ekonomi dan institusional-demi mencapai kehidupan yang serba lebih baik”
http:devoband.blogspot.com200911devinisi- pembangunan
ekonomi.html? m=1, 2012. Lebih lanjut Todaro 2000
Universitas Sumatera Utara
menyatakan “pembangunan bukan hanya fenomena semata, namun pada akhirnya pembangunan tersebut harus melampaui sisi materi dan keuangan dari kehidupan
manusia”. Pembangunan idealnya dipahami sebagai suatu proses yang berdimensi jamak, yang melibatkan masalah pengorganisasian dann peninjauan kembali
keseluruhan sistem ekonomi dan sosial. Berdimensi jamak dalam hal ini artinya membahas komponen-komponen ekonomi maupun non ekonomi. Dari devinisi di
atas memberikan beberapa implikasi bahwa: 1. Pembangunan bukan hanya diarahkan untuk peningkatan income, tetapi juga
pemerataan. 2. Pembangunan juga harus memperhatikan aspek kemanusiaan seperti
peningkatan : a. Life Sustenance : Kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar.
b. Self-Esteem : Kemampuan untuk menjadi orang yang utuh yang memiliki harga diri, bernilai dan tidak diisap orang lain.
c. Freedom From Servitude : Kemampuan untuk melakukan berbagai pilihan dalam hidup, yang tentunya tidak merugikan orang lain.
Konsep dasar diatas telah melahirkan beberapa arti pembangunan yang sekarang ini menjadi populer:
1. Capacity, hal ini menyangkut aspek kemampuan meningkatkan income atau produktifitas.
2. Equity, hal ini menyangkut aspek pengurangan kesenjangan antara berbagai lapisan masyarakat dan daerah.
3. Empowerment, hal ini menyangkut pemberdayaan masyarakat agar dapat menjadi aktif dalam memperjuangkan nasibnya dan sesamanya.
Universitas Sumatera Utara
4. Sustainable, hal ini menyangkut usaha untuk menjaga kelestarian pembangunan Todaro, 2000.
Menurut Rostow dalam Arief, 1996 “pengertian pembangunan tidak hanya pada lebih banyak output yang dihasilkan, tetapi juga lebih banyak jenis
output dari pada yang diproduksi sebelumnya”. Dalam perkembangannya, pembangunan melalui tahapan-tahapan : masyarakat tradisional, pra kondisi lepas
landas, lepas landas, gerakan menuju kematangan dan masa konsumsi besar- besaran. Kunci diantara tahapan ini adalah tahap tinggal landas yang didorong
oleh satu sektor atau lebih. Sementara itu Bryant dan White, 1982 menegaskan bahwa pembangunan
mengandung implikasi yaitu, pertama, pembangunan berarti membangkitkan kemampuan optimal manusia, baik individu maupun kelompok. Kedua,
pembangunan berarti mendorong tumbuhnya kebersamaan dan pemerataan sistem nilai dan kesejahteraan. Ketiga, pembangunan berarti menaruh kepercayaan
kepada masyarakat untuk membangun dirinya sendiri sesuai dengan kemampuan yang ada padanya. Kepercayaan ini dinyatakan dalam bentuk kesepakatan yang
sama, kebebasan memilih dan kekuasaan untuk memutuskan. Keempat, pembangunan berarti membangkitkan kemampuan untuk membangun secara
mandiri. Kelima, pembangunan berarti mengurangi ketergantungan negara yang satu terhadap negara yang lain dengan menciptakan hubungan saling
menguntungkan dan saling menghormati.
2.2.2. Pengertian Pariwisata