kepada beberapa tokoh adat dan Syech Saman Gayo Lues pada tanggal 20 Oktober 2012 menerangkan bahwa kesenian Tari Saman adalah kebudayaan asli
masyarakat Gayo Lues yang tidak boleh luntur oleh zaman modernisasi. Tari Saman tetap ada sampai penghujung kehidupan dunia dan bersifat dinamis
berkembang seiring waktu, serta masyarakat Gayo Lues sangat mencintai kesenian ini karena di setiap kampung yang ada di Kabupaten Gayo Lues sudah
dipastikan ada satu grup Tari Saman. Fakta ini belum tentu ada di daerah atau tempat lainnya sehingga menjadikan salah satu bukti bahwa Tari Saman asli Gayo
Lues. Berkaitan dengan hal tersebut maka Tari Saman dikukuhkan oleh Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-
Bangsa UNESCO, sebagai warisan budaya dunia tidak benda Intangible Heritage pada 24 November 2011 yang lalu di Bali.
4.3.3. Kontribusi Pemerintah Kabupaten Gayo Lues Terhadap Pembangunan Pariwisata
Rencana pembangunan sebuah daerah khususnya dalam sebuah kabupaten tentunya telah terintegrasi dalam berbagai rancangan khusus. Didalam Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional ada beberapa ruang lingkup perencanaan pembangunan baik secara
nasional maupun daerah, yaitu: 1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang RPJP
2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah RPJM 3. Rencana Kegiatan Tahunan,
Universitas Sumatera Utara
yang kesemuanya itu merupakan program-program yang diterapkan pemerintah daerah. Terlebih khusus di bidang pariwisata, tentunya upaya pembangunan Tari
Saman termasuk dalam agenda Pemerintah Daerah tersebut. Berikut gambaran secara umum, bagaimana kontribusi Pemerintah Daerah
dalam membangun Kebudayaan dan Pariwisata yang tertuang dalam APBK Gayo Lues. Kontribusi ini dapat dilihat dari bentuk kegiatan riil dan besaran dana yang
dialokasikan. Kontribusinya dapat dilihat pada tabel lampiran 1 sampai dengan 4. Tabel tersebut menerangkan bahwa Pemerintah Kabupaten Gayo Lues telah
memberikan kontribusi terhadap pembangunan pariwisata. Pembangunan pariwisata yang dimaksud berupa program kegiatan seperti : promosi pariwisata
nusantara di dalam dan di luar negeri, pengembangan kebudayaan dan pariwisata, pengembangan objek pariwisata unggulan, peningkatan peran serta masyarakat
dalam pengembangan kemitraan pariwisata, pengadaan barang bercorak kesenian, kebudayaan baju Saman, baju Bines dan seterusnya. Namun dari semua program
tersebut belum bisa diukur bagaimana baik atau buruk kontribusi pemerintah daerah terhadap pembanguna pariwisata. Besar kecilnya anggaran tidak dapat
dijadikan ukuran pembangunan pariwisata dapat berhasil dan berdaya guna. Hal ini disebabkan keterbatasan data yang diperoleh dalam penelitian ini. Penulis
hanya menarik kesimpulan bahwa wujud kontribusi Pemerintah Kabupaten Gayo Lues terhadap pembangunan pariwisata sudah ada yaitu berupa alokasi anggaran
dalam APBK Tahun 2008-2011 ini. Sementara itu Tari Saman tetap eksis dalam mengembangkan kebudayaan
asli Kabupaten Gayo Lues ini hingga ke mancanegara. Anggaran yang ada dipergunakan dengan sebaik-baiknya bahkan ini bukan menjadi halangan bagi
Universitas Sumatera Utara
para seniman yang berkecimpung dalam penari grup Saman untuk tetap berkarya mengembangkan kesenian ini dan memperkenalkan ke mata dunia International.
Hal ini sesuai dengan wawancara penulis terhadap beberapa Syech Saman dari berbagai kampung yang ada di Kabupaten Gayo Lues pada tanggal 25 Oktober
2012. Mereka mengeluhkan anggaran pembinaan yang sangat minim dan terbatas, tetapi satu sisi lainnya mereka juga memahami bahwa Pemerintah Kabupaten
Gayo Lues juga harus memikirkan bidang lainnya yang memang sangat diprioritaskan untuk pembangunan dan pengembangan seperti peningkatan sarana
dan prasarana serta infrastruktur lainnya.
4.3.4. Upaya Pelestarian Tari Saman